12- Video

482 170 165
                                    

Gue nggak jadi ulangan hari ini, Mrs. Jenni ada kepentingan mendadak yang nggak boleh di wakilkan. Jadi saat ini, kelas gue sedang jamkos.

Tapi kesenangan gue musnah gitu aja, ada guru yang masuk ke kelas gue ngasih tugas dari Mrs. Jenni.

Gue heran, kenapa guru-guru kalau nggak ngajar masih tetep bikin muridnya pusing?

Kalau pergi ya tinggal pergi aja gitu nggak usah ngasih tugas juga. Gue udah seneng-seneng mau nonton film di pojokan eh, malah ada guru lain dateng ke kelas.

"Ini kelas 11 IPA 3? Jam pelajarannya Mrs. Jenni?" Tanya guru itu, gue nggak tau siapa namanya. Padahal gue udah kelas 11 tapi masih nggak hafal juga semua guru yang ada di sekolah ini.

Bona, yang ditanyai karena sedang duduk di dekat pintu pun mengangguk, dan bertanya ada apa pada guru itu.

Guru itu kemudian menyerahkan selembar kertas hvs berisi tulisan kepadanya, "Ini ada tugas dari Mrs Jenni suruh di kerjakan, nanti kalau udah selesai di tumpuk di mejanya Mrs Jenni."

Bona menerima kertas hvs itu, "Makasih, Bu." Guru itu mengangguk dan berjalan pergi.

Niatnya gue mau ngerjain di rumah aja nanti, males soalnya. Eh, guru itu balik lagi.

"Hari ini harus selesai ya."

Kalian, para guru itu nggak ngerasain  enaknya jamkos ya? Di dalam kehidupan seorang siswa, jamkos adalah hal yang paling ditunggu setelah pulang gasik, dan liburan.

"Soalnya berapa si, Rin?" Tanya gue kepada Erin yang tadi langsung ngibrit kaya yang lain untuk melihat soalnya.

"70 nomor essay semua! Suruh pake caranya lagi."

Mata gue membulat maksimal, Mrs. Jenni kalau buat soal nggak kira-kira si. Bikin pusing kepala aja. Kalau 70 nomer pilihan ganda si nggak papa lah ini essay semua suruh pake cara di tambah hari ini harus selesai lagi.

Oke, olahraga tangan akan dimulai sekarang!

Bona, murid yang di berikan soal itu maju ke depan kelas, mengacungkan selembar kertas hvs yang berisi soal. "Ini mau di fotocopy nggak soalnya? Apa mau di foto terus di share grup chat?"

"Fotocopy aja, biar gampang entar kalau di foto susah. Nanti bukannya ngerjain malah main hp." Kata Yuri, murid juara kelas 11 IPA 3. Ia bahkan masuk dalam 10 besar peringkat pararel sekolah. Makanya ia suka mengerjakan soal yang di berikan oleh guru dengan sangat baik.

"Foto aja ngirit duit!" Tolak Yuju, sang bendahara kelas.

Kalau soal fotocopy pasti bendahara kelas selalu menggerutu karena uang kas nya tinggal sedikit.

"Fotocopy aja sekalian sama jawabannya. Biar nanti tinggal di kasih nama terus di tumpuk!" Kata Yopan menimpali.

HAHAHAHA yang di katakan Yopan ini bener banget. Cocok untuk murid-murid dari kalangan malas kayak gue ini. Lo tau amat si Pan nggak gue mau.

"Bagus juga ide lo, Pan!" Sahut gue.

Yopan tersenyum bangga dengan tangan kanan menepuk dadanya.
"Ya dong, gue mah udah cerdas dari lahir." Kata Yopan dengan bangganya.

"Gue suka gaya lo, Pan." Sahut yang lain.

"Tolong ya, untuk semuanya panggil gue Jovan jangan Yopan!" Rajuk Yopan.

Iya, nama yang sebenernya emang Yopan tapi katanya ayahnya dulu  mau kasih nama dia Jovan Maheswara tapi, waktu bikin akte kelahiran ayahnya salah ngomong, jadilah namanya Yopan  Maheswara.

Tapi gue nggak percaya, akal-akalan dia aja paling biar namanya kelihatan keren.

"Tolong fokus dong, ini mau di foto aja? Atau di fotocopy biar cepet selesainya!" Bona yang sudah berdiri dari tadi di depan pun geram.

Gue mah setuju-setuju aja, mau di fotocopy ya monggo mau di foto ya silakan. Gue mah palingan tinggal nyalin jawaban teman. Terus kalau udah pada selesai tinggal koar-koar,

'he yang udah siapa? Sini bagi-bagi jangan pelit, biar kuburannya nggak sempit'

"Udah foto aja ya, fotocopy mahal." Kata Juang mulai angkat bicara. Padahal dari tadi ia hanya tidur di pojokan kelas, mungkin karena pada berisik dan ganggu jadwal tidurnya ia jadi angkat bicara.

"Mahal seberapa? Tinggal pake uang kas!" Sahut Yuri, ia sendari tadi masih minta buat di fotocopy aja biar lebih mudah.

"UANG KAS DARIMANA? KALIAN SEMUA JUGA NGGAK PERNAH KAS, JADI UANG KAS KELAS NGGAK ADA. CUMA TINGGAL LIMA RATUS PERAK!! KALAU MAU DI FOTOCOPY YA BAYAR!"

Orang yang paling ditakuti di kelas bukan ketua kelas tapi sebenarnya adalah bendahara kelas.

Kenapa?

Di kelas gue kalau pas hari rabu, pasti bendahara kelas udah stand by di depan kelas. Menagih uang kas pada setiap anak yang mau masuk.  Nggak ada orang yang boleh masuk ke kelas sebelum bayar kas.

"Ya udah di foto aja!" Kata Bona akhirnya dan kembali ke tempat duduknya, memfoto soal tersebut dan membagikannya di grup chat kelas.

***


Setelah olahraga tangan mengerjakan soal essay 70 nomer yang buanyak buanget, rasanya tangan gue mau patah. Buat megang sendok aja nggak bisa, malah sendoknya jatuh.

Perut gue keroncongan, tapi gue pegang sendok aja nggak kuat, terus gue makannya gimana?

Sementara di depan gue? Erin masih fokus melihat hapenya. Dan nasi goreng pesanannya terbengkalai begitu saja tidak di makan.

"Eh, eh Joy lihat deh, kayaknya gue kenal sama ini orang deh tapi siapa ya?" Erin menunjukan hapenya kepada gue, menampilkan salah satu status dari teman OSIS-nya.

Iya, Erin itu anggota OSIS. Jabatannya jadi sekertaris dua.

Gue mengernyit seperti tau hal yang di lakukan oleh anak itu. Dan ya, sepersekian detik setelahnya gue tersadar bahwa itu adalah gue.

GUE YANG SEDANG GULING-GULINGAN DI LAPANGAN TADI PAGI.

Gue baru sadar kalau banyak yang video-in gue tadi. Dan mungkin anak itu juga ikut video-in gue.

Mampus gue, aib gue tersebar ke seluruh penjuru sekolah untung aja muka gue nggak kelihatan secara jelas, samapai Erin aja nggak tau. Tapi, tetep aja ini gara-gara si kutu kupret!

RAYEN!!!!





***

a/n :

Sorry and thank you to my readers.

Sorry because I am not consistent with the story I wrote. And thank you for willingly taking the time to read.

ATTENDANTWhere stories live. Discover now