3- Rooftop

1.2K 648 817
                                    

Bu Revita sedang menerangkan proses masuknya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia di depan dengan serius.

Gue yang duduk di pojok kiri barisan paling belakang dekat tembok sedang menahan ngantuk dan mencoba mencegah kepala gue supaya nggak ambruk ke meja.

Teman sebangku gue, Erin sudah tumbang. Ia sudah tidur dengan pulas. Tenang aja, dia nggak bakal ketahuan karena tubuhnya yang mugil dan terlindungi oleh Juang yang bertubuh besar di depannya.

Apalagi tempat duduk gue yang strategis, Strategis buat sasaran guru dan strategis buat ngindarin guru.

Hp gue yang gue letakan di laci meja tiba-tiba berbunyi. Gue melihat Bu Revita sejenak, setelah memastikan Bu Revita yang masih menulis di papan tulis gue agak menunduk ke bawah. Melihat pop up massage yang menampilkan nomor tidak di kenal.

Gue membuka chat dari nomor itu. Siapa tau penting.

085667890XXX

ISTIRAHAT PERTAMA GUE TUNGGU LO DI ROOFTOP, NO LELET NO NGARET.

LAH INI SIAPA SI?!

GUE.

GUE SIAPA GOBS?!

RAYEN.

RAYEN? RAYEN SIAPA?!

Gue mengingat-ingat satu persatu teman gue. Gue kira nggak ada tuh yang namanya Rayen.

Ada chat masuk lagi darinya.

LO SAMA NENEK GUE KAYAKNYA TUA AN NENEK GUE TAPI, NAPA LO LEBIH PIKUN YA?

ANJIR, MALAH NGATAIN.

UDAH POKOKNYA ENTAR ISTIRAHAT GUE TUNGGU LO DI ROOFTOP.

NGGAK MAU, NGAPAIN?

MAU TUNTUT LO KE POLISI

LAH APA SALAH GUE?

BENTAR-BENTAR INI CAPSLOCK KAPAN BERHENTI YA, BTW?

Gue mau minta ganti rugi ke lo!

Ganti rugi apaan si nyet?

Hp gue setan lo pecahin!

Gue baru sadar, kemarin gue ngasal janji buat ganti hp biar bisa cepet pulang. Mampus dah gue. Dapet duit dari mana? Uang saku aja habis tiap hari. Tabungan kosong melompong.

Eh, bentar ini jigong kudanil dapet nomor gue dari mana ya? Kok tau? Padahal kemarin gue kan nggak kasih nomor ke dia.

Anu maafin gue ya. Tapi gue nggak punya duit buat ganti hape lo.

Eh, bentar ini lo dpt nomir gue dr mana? Setahu gue kemadin gue nggak ngasih nomor ke lo deh?

Nggak mau tau pokoknya lo harus ke sini nanti.

Dari Ibra

Ya dah iya. Gue ke sana.


Ah, Ibra kampret! Napa mau kasih nomor gue ke rentenir gila ini? Laknat emang, awas aja nanti gue ulek buat sambel.

***

Istirahat pertama gue pergi ke rooftop sendirian. Awalnya gue minta di temenin sama Erin. Tapi, katanya ia mau pergi nemuin Pak Jaka.

Yaudah lah, dengan terpaksa gue seret ini kaki berjalan ke sana dengan ogah-ogahan.

Sesampainya di rooftop, tidak ada seorangpun di sana. Ini anak satu ngerjain gue atau gimana? Katanya nggak boleh telat eh malah tuh anak yang nggak nongol-nongol. Minta di sleding kali ya.

Udah lima belas menit gue nunggu dia di sana, tapi batang hidungnya sampai saat ini juga nggak kelihat-kelihatan.

Gue sampai lumutan nungguinnya. Daripada nggak ngapa-ngapain mending gue jalan-jalan di sini aja lah ya.

Gue memandang ke bawah, ternyata kalau di lihat dari ini sekolah gue indah juga ya. Banyak tanamannya, banyak cogan yang lagi lewat juga.

Dan kalau memandang ke atas, indah juga, awannya lagi bagus. Cerah. Untung nggak terlalu panas juga.

Pintu rooftop tiba-tiba di buka. Gue otomatis menengok ke belakang. Melihat sosok cowok tampan berjalan mendekat.

"Sorry gue telat. Tadi gue di panggil Pak Ja sebentar. Jadi agak telat."

Gue menggembungkan pipi, merasa kesal, "Lo yang nyuruh nggak telat, malah lo sendiri yang telat." Sindir gue.

"Ya udah cepet mana hp baru gue yang janji mau lo ganti." Katanya langsung.

Lah bukannya tadi Rayen chat dia ya? Lah itu hp nya jadi, kok minta ganti si?

"Lo abis chat gue tadi kan? Lah itu lo ada hp, jadi gue nggak usah ganti ya?"  Kata gue memelas.

"Itu hp gue yang dulu." Katanya santai.

"Lah itu lo pake itu aja ya. Kan masih berguna."

"Ini lo nggak punya rasa tanggung jawab apa? Itu hape baru gue."

"Lah, ta-tapi kan...anu..gue nggak sengaja juga. Masa gue sengaja nabrak lo? Waktu itu juga gue lagi buru-buru. Ja-" Ucapan gue langsung di potong sama dia. Kurang diajar ini bocah satu.

"Jadi, intinya lo harus ganti hp gue nyet!"

Gue menghembuskan napas, cukup sudah. Kesabaran gue sudah habis, gue sudah pusing mendengar kata 'ganti hp gue sekarang'.

"LO NGGAK DENGER GUE UDAH MINTA MAAF SAMA LO? DAN GUE DI SINI JUGA NGGAK SENGAJA KALI. EMANG GUE MILYADER YANG SAMPAI SENGAJA JATUHIN HP ORANG?!"

Rayen memajukan langkah, membuat gue agak mundur, "LO MAU GUE LAPORIN KE POLISI?"

Seelah bawa-bawa polisi segala ini orang, mana gue berani kalau kalau gini. Gue masih sekolah ya entar kalau di masukin penjara gimana? Mau di taruh mana muka gue?

Oke, gue mulai takut juga sama ini orang,  tapi gue mencoba bersikap tenang, "Sembarang aja main lapor-laporin. Oke, gue ganti, tapi lo taukan gue anak sekolahan, uang gue abis buat jajan."

"Lah terus masalahnya apa?" Tanyanya bingung.

"Ya kan gue nggak punya duit banyak tuh, gue bukan anak konglomerat. Paling kalau hp lo harganya dua ratusan ribu gue punya si."

"HAH?! LO BILANG APA?! DUA RATUS RIBU? DUA PULUH JUTA!"

ATTENDANTWhere stories live. Discover now