13- Badmood

427 122 112
                                    

RAYEN!!!

Tangan gue mengepal, kepala gue mendidih. Gue rasanya pengin cabik-cabik Rayen dan buang dia ke antariksa.

Gue mencoba mengatur napas gue, meredakan amarah. Jangan sampai Erin tau kalau itu gue, dan gue itu babunya Rayen.

Gue memakan makanan di depan gue dengan lahap, menyalurkan emosi.

Tiba-tiba seorang anak laki-laki mendatangi meja gue, yang tidak lain dan tidak bukan adalah biang dari kemarahan gue, Rayen.

"Hari ini setelah istirahat kedua di tempat biasa." Katanya begitu dan langsung pergi.

Gue mengernyit bingung, sendok yang sedang gue pegang juga jatuh, mulut gue ternganga lebar.

Apaan si maksudnya?

Apaan coba? Nggak tau apa gue lagi mendidih kayak gini? Dasar Rayen kurang ajar!

"Lo kenal sama Rayen?" Tanya Erin curiga.

Gue berlagak tenang, jangan sampai ada yang tau masalah gue dan Rayen. "Nggak." Jawab gue singkat. Menghindari tatapan dari Erin yang mulai curiga.

Untung saja Erin percaya dan tidak mempertanyakannya lebih dalam lagi.

Seorang perempuan berambut sebahu mendatangi meja gue dan Erin, "Rin, ini udah gue susun, lo tinggal rapiin lagi sama print sekalian." Perempuan itu menyerahkan flashdisk kepada Erin.

Gue kayak kenal sama perempuan itu, wajahnya sering gue lihat di ruang osis. Tapi gue nggak tau siapa namanya.

Erin menerima flashdisk itu dan mengangguk, "Siap! Nanti jangan lupa kumpul di ruos ya, bilang ke Sean juga suruh ikut kumpul, jangan bolos mulu."

"Tenang nanti biar gue seret dari kelas sampai ruang osis."

"Siyaappp mbakuu!!"

"Kalau gitu gue cabut dulu ya, mau ngerjain tugas belum selesai." Perempuan itu melambai kepada Erin yang di balas lambaian tangan juga dari Erin.

"Ada acara lagi, Rin?" Tanya gue.

Punya temen anak osis tuh enaknya gini, udah tau dulu mau ada acara apa di sekolah.

"Iya, bulan depan."

"Acara apaan?"

"Masih rahasia dong. Nggak seru kalau udah bocor duluan."

***

Gue menapaki tangga menuju rooftop. Satu demi satu gue semakin dekat dengan pintu rooftop dan itu berarti gue udah semakin dekat juga dengan moster paling ganas yang pernah ada di hidup gue.

Gue memegang gagang pintu sembari berdoa supaya gue diberi keberanian agar bisa mendorong Rayen dari sini.

Gue membuka pintu dan melihat rooftop itu sepi tidak ada orang.

Oke, gue tunggu sampai istirahat kedua berakhir. Tapi, setelah 20 menit gue menunggu tetap tidak ada yang muncul dari balik pintu itu.

KAMPRETTT

Mendingan tadi gue di kelas aja ngerjain pr matematika daripada ke sini.

Ini emang kegoblokan gue. Gue akui itu. Kenapa gue mau-maunya datang ke sini coba?

AWAS AJA KALAU RAYEN DATANG GUE JADIIN TEMPE ULEK DAN GUE KASIH LEMPAR DIA KE KANDANG BUAYA!

Gue memutuskan untuk balik ke kelas. Nggak ada guna juga gue di sini.

Saat melewati koridor dekat kelas gue, tiba-tiba hape gue berbunyi. Ada pesan masuk.

Rayen

Gue udah di rooftop. Lo di mana?

Kalau gue nggak inget hape gue yang sangat gue sayangi ini, mungkin saat ini udah gue lempar saat baca pesan kayak gitu dari dia.

Gue udah nunggu lama-lama dan dianya nggak nongol-nongol. Giliran gue udah balik dan udah hampir sampai ke kelas dengan tidak sopannya dia ngirimin gue pesan kayak gitu.

Nggak bakal gue jawab, dan gue milih nerusin ke kelas.

Bodo amat Rayen mah ngomel-ngomel. Gue udah bad mood.  Lagian juga yang harusnya marah tuh gue ya.

Rayen yang udah bikin gue malu dengan nyuruh gue guling-gulingan sampai di video. SAMPAI DI VIDEO!!

Dan Rayen juga yang nyuruh gue supaya ke rooftop dan bikin gue nunggu lama banget sampai akhirnya gue mutusin buat balil dan tiba-tiba dia malah chat kayak gitu.

Coba bayangin aja lo jadi gue, lo marah apa nggak di gituin? Pasti marahkan? Gue aja marah pake banget.

Rayen kembali mengirimi gue pesan.

Rayen

Dalam lima menit lo nggak ke sini. Lo akan dapat suatu hadiah dari gue. 

***

a/n :

No notes from me.

ATTENDANTWhere stories live. Discover now