42 Is It Over?

58.4K 4K 1.4K
                                    

Hei Guys... welcome back to my story...!!!

Sudah pada penasaran kelanjutan part sebelumnya?, kalo iya Author udah bawa part kelanjutannya...

So this is it... part terpanjang dan tersedih yang pernah Author tulis. So buat kalian semua... segera masuk kamar, tarik selimut, siapkan tissue untuk persiapan membaca. Jangan lupa backsong lagu tersedih versi kalian masing-masing.

Pokoknya hope you enjoy it, let's check this out

Enjoy and happy reading....

*

*

*

Annelish menghembuskan nafasnya berat sekali hari ini. Jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Ia harap Zac sudah makan di apartment. Ia tidak ingin kejadian saat Zac menunggunya dan tidak makan sama sekali terulang kembali. Ia harap Zac akan memahami isi pesannya dan mau menjalaninya untuk sementara waktu ini.

Kejadian akhir-akhir ini sungguh menguras emosinya. Sebenarnya bukannya Annelish tega meninggalkan Zac seperti itu. Sungguh setiap jam dan menitnya isi pikiran Annelish hanya ada Zac dan Zac. Ia sangat mengkhawatirkan Zac dengan kondisi mentalnya juga kondisi kesehatannya. Zac akan sangat mudah drop jika diabaikan olehnya.

Tapi lagi-lagi ketakutan selalu menghampirinya. Ia benar-benar kalut dengan ini semua. Di satu sisi ia sangat mencemaskan kondisi Zac, namun di sisi lainnya ia juga sangat takut berdekatan dengan Zac. Ia bingung harus melakukan apa untuk menyikapi hal ini. Apa iya dia harus berkonsultasi dengan Psikiater?.

Lagi-lagi hembusan nafas berat lah yang keluar dari mulut Annelish. Seharian ini pekerjaannya tidak ada yang beres. Dia menyerahkan semuanya kepada sekretarisnya. Dan hanya berdiam diri di ruang kerjanya merenungi semua kejadian yang menimpanya.

Kalau ia boleh memilih, ia akan memilih melupakan semua masalah misi balas dendam Zac padanya dan kembali berhubungan mesra dengan Zac. Mengatakan hubungan mereka kepada orang tuanya, dan menikah lalu hidup bahagia setelahnya. Tapi lagi-lagi itu hanyalah sebuah hayalan. Kenyataan jauh lebih rumit dari khayalan semata.

*

*

*

Annelish memasuki apartment tepat jam 10 malam. Sungguh dia sengaja menghindari bertemu dengan Zac karena belum siap dengan keadaan hatinya. Namun saat ia melangkah ke dekat tangga, Zac datang dengan berlari kecil menghampirinya.

"Nona...!!" Zac memanggil riang dengan berlari kecil. Ia memakai piyama baby blue bermotif beruang yang pernah dibelikan Annelish. Ia merentangkan kedua tangannya bermaksud memeluk Annelish.

Annelish bergetar melihat Zac datang padanya, jantungnya berdetak cepat, bukan karena senang, tapi karena takut. Maka dia melengos dari pelukan Zac.

Zac yang tidak siap saat Annelish menghindari pelukannya pun jatuh tersungkur. Ia menatap nonanya dengan pandangan bertanya. Matanya mengerjap polos.

"Nona..?" panggil Zac bingung.

"Ma.. maaf," jawab Annelish dengan nada bergetar.

Annelish segera berlalu meninggalkan Zac yang masih tersungkur di sana. Ia berjalan dengan cepat menaiki tangga, kemudian memasuki kamarnya lalu menutup pintu dan menguncinya cepat. Tubuhnya luruh bersender di pintu. Ia menangis tanpa suara di sana.

'Maafkan aku Baby... aku takut padamu,' batin Annelish berbicara pilu. Ia masih menangis sedih di depan pintu kamarnya.

*

My Spoiled Bodyguard (COMPLETE)Where stories live. Discover now