41 Decision and Tears

Start from the beginning
                                    

"Mungkin bagi sebagian orang Mogilevich merupakan seorang yang kejam dan brengsek. Tapi bagi Baby, dia tidaklah seperti itu. Dia hanya seorang anak yang kehilangan kasih sayang keluarganya pada usia belia. Belum lagi dibebankan dengan organisasi hitam milik ayahnya. Karena tidak ada yang membimbingnya maka dia hidup semaunya dan semena-mena pada orang lain. Diselubungi oleh dendam. Tapi dibalik semua itu dia hanya orang yang kesepian. Sama seperti Baby... sampai pada akhirnya dia menitipkan dendamnya pada Baby. Sebagai seorang yang telah berjasa dalam hidup Baby, maka permintaannya akan Baby jalankan dengan patuh," ucap Zac dengan air mata yang mengumpul.

"Setelah kematiannya, Baby langsung mencari keturunan Ritzie laki-laki yang terakhir. Baby menemukan keluarga Tuan Eduardo dengan ke-dua anaknya yaitu Tuan Alex dan Nona... sebenarnya kita tidak pertemu di New York untuk yang pertama kali. Melainkan di Stockholm ini. 3 tahun lalu, tepat setelah kematian Mogilevich, Baby terbang langsung ke Stockholm. Baby datang sebagai salah satu petugas kemanan untuk mengganti semua CCTV di Mansion keluarga Ritzie. Saat itu Nona masih kuliah dan Tuan Alex baru belajar bekerja di perusahaan. Baby melihat Nona yang sedang makan bersama keluarga dengan tenang. Saat itu untuk pertama kalinya dalam hidup, Baby merasakan perasaan yang aneh kepada seseorang," ucap Zac lagi.

"Tapi Baby tidak tahu perasaan apa itu. jadi menyimpulkan bahwa Nona adalah target balas dendam Mogilevich sehingga Baby merasakan perasaan lain. Sebenarnya kenapa bukan Alex dan justru Nona yang ditargetkan adalah karena keluarga Ritzie sangat menyayangi Nona lebih dari apapun. Sebenarnya Mogilevich tidak mengatakan siapa orang yang harus dilenyapkan, dia hanya menitip dendam pada keturunan laki-laki Ritzie. Dan saat itu Ritzie laki-laki adalah Tuan Eduardo, dan keturunannya adalah Alex dan Nona. Setelah diselidiki, Nona sangat berharga bagi seorang Eduardo sehingga Baby memilih Nona untuk ditargetkan. Baby minta maaf Nona, tapi Baby lah yang membuat Nona menjadi target untuk dilenyapkan 3 tahun lalu," ujar Zac dengan air mata berurai penuh penyesalan.

Annelish menegang mendengarnya. Bahkan Zac sendiri lah yang membuatnya menjadi target balas dendam gila organisasi hitam yang berbahaya itu.

"Selama 3 tahun terakhir, Baby tidak aktif sama sekali dalam organisasi untuk mengokohkan penyamaran yang akan dilakukan nanti. Bekerja dengan jujur dan penuh prestasi di Badan Intelijen Amerika sehingga reputasi Baby akan tersorot dan sampai pada Tuan Eduardo," ujar Zac lagi dengan suara serak.

"Semua cerita tentang pengawalan kepresidenan Amerika itu sudah Baby atur dan rencanakan. Semua rencana Baby berhasil. Tuan Eduardo melirik prestasi Zachary Lincoln untuk dipercaya mengawal keselamatan putri kesayangannya. Tapi berkat pertemuan ke-dua kita di Manhattan saat itu, perasaan Baby yang pernah dirasakan 3 tahun lalu, ternyata kembali lagi, dengan segala cara Baby menekan perasaan itu dan bersikap profesional, hingga saat bertemu Nona secara langsung untuk yang ke-tiga kalinya dalam hidup, perasaan itu malah semakin menguat dan tak terkendali," ujar Zac dengan suara tercekat.

"Hingga malam penyatuan pertama kita, Baby masih menguatkan tekad untuk menjalankan misi ini, tapi semua tekad itu hancur. Semua rencana yang telah disusun selama 3 tahun hancur berantakan. Baby tahu kalau saat itu tekad Baby telah kalah. Kalah oleh perasaan asing yang bernama cinta. Perasaan yang tak pernah diharapkan, bahkan tak pernah disangka." lanjut Zac dengan suara bergetar. Wajahnya sudah basah oleh air mata.

Annelish mendengarkan dengan seksama bersamaan dengan air yang mengalir keluar dari matanya. Tangannya mengepal. Dadanya bergemuruh.

"Kau berencana membunuhku?" tanya Annelish bergetar.

"Iya... Baby memang berencana membunuh Nona...hiks. " jawab Zac terisak. Ia tahu kejujuran ini sangat menyakitkan untuk diungkapkan. Tapi ia tidak punya pilihan lain lagi. Ia harus mengungkapkan segera semua kejujuran ini sebelum berubah menjadi kesakitan yang lebih lagi suatu saat nanti.

Annelish membekap mulutnya untuk meredam suara tangisannya yang sudah pasti akan pecah. Sakit sekali mengetahui kenyataan bahwa orang yang dicintainya dengan tulus selama ini ternyata berniat untuk membunuhnya. Rasanya ia telah dikhianati dengan sangat kejam.

Ke-dua anak manusia itu sedang menangis pilu sekarang. Tak terelakkan lagi tangisan mereka yang sudah keluar dengan gamblang. Menyesali semua yang pernah terjadi. Namun entah apa yang disesali oleh ke-duanya. Entah hal yang sama ataupun tidak.

Setelah dirasa cukup tenang. Annelish menatap Zac dengan sendu. Zac juga balas menatapnya dengan tatapan sedih.

"Apakah jasanya padamu sangat besar?" lirih Annelish kemudian. Zac terdiam dengan menunduk lesu.

"Dia yang telah membuat Baby dapat berpijak di atas kaki sendiri di dunia ini." jawab Zac dengan lemah.

"Aku mengerti." ucap Annelish lirih dengan menganggukkan kepalanya. Zac menoleh dan menatap Annelish dengan lekat.

Annelish bangkit dari duduknya. Ia kemudian beranjak menuju dapur mereka. Zac menatapinya dengan lekat seakan takut raga Annelish akan menghilang dari jangkauan matanya. Tak lama Annelish kembali dengan sesuatu di tangannya. Ia berdiri tepat di depan Zac, menyerahkan sebuah pisau kepada Zac.

"Jasanya kepadamu sangat besar. Kau berhutang budi padanya. Kau harus menjalankan misi terakhir yang dia berikan padamu. Kaulah satu-satunya yang dipercaya olehnya. Kau harus menuntaskan misimu dan semua ini akan berakhir. Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu sebenarnya padaku selama ini, tapi satu hal yang harus kau tahu. Apa yang kurasakan padamu selama ini bukanlah sebuah kebohongan. Aku merelakkan semua yang kupunya untukmu, bahkan diriku seutuhnya telah kau miliki. Aku mencintaimu Baby... sangat... dan aku tidak mau kau harus mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidupmu untukku. Aku mengijinkanmu... " ujar Annelish menatap Zac penuh kesenduan dan ketulusan.

Zac terbelalak menatap Annelish. Ia pikir Annelish akan langsung mengusirnya dari kehidupan keluarga Ritzie. Tapi kenyataannya, bukanlah sesuatu yang pernah dia bayangkan.

"Ma maksud Nona?" lirih Zac ingin memastikan kembali.

"Bunuhlah aku Baby, maka kau akan terbebas dari misimu atas dasar balas budi... aku hanya meminta satu hal. Jadikan aku sebagai kenanganmu yang terindah..." jawab Annelish berurai air mata.

[Halo pembaca setia My Spoiled Bodyguard, menginformasikan kalau membaca lanjutan part ini kalian bisa baca di eBook Google Play Book atau di aplikasi Kubaca. Terimakasih]

TBC

gimana part ini? Author buatnya sambil berkaca-kaca.. karena pas dapat feelnya.

kalian gimana? dapat feelnya nggak?... semoga dapet lah yaaa...

pokoknya Author tunggu kalian di kolom komentar yaaa...... and if you like this story please vote, comment, and share...

Oke, see you in the next chapter...

My Spoiled Bodyguard (COMPLETE)Where stories live. Discover now