BAB 55

39K 1.3K 133
                                    

Pagiku cerahku, matahari bersinar.

Seharusnya suasana hati Ayla ikut cerah seperti matahari pagi, tapi wanita itu hanya terdiam berdiri dengan tubuh gemetaran. Sedikit banyak trauma itu masih membekas.

Hamil!

Satu kata berjuta makna. Hamil membawa trauma baginya, saat hamil pertama dia tidak menginginkan sama sekali karena diperkosa. Saat dia mulai membangun kepercayaan pada laki-laki yang menghamilinya Ayla pikir trauma itu akan hilang, nyatanya masih ada.

Seharusnya dia senang, inilah yang dia tunggu-tunggu, tapi Ayla ketakutan sendiri saat melihat dua garis biru di testpack itu.

"Bayiku masih bayi, bagaimana dengan Eden?" tanya Ayla dengan suara gemetaran, bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan?

"Eden baru 3 bulan." Ayla masih gemetaran di tempat tak percaya jika dia benar-benar hamil!

"Aku kan punya suami kenapa harus takut?"

"Suami?" Ayla kaget mendengar suaranya, mengangkat kepala cepat sambil berkaca dan meralat kalimat tadi sambil menggeleng cepat. Tidak ada kata suami dalam kamus hidupnya karena Auden bukan suaminya. Dia suami orang!

"Dia suami orang dan kamu hanya meminjamnya." Kembali menggigit bibir setelah menyadari soal nasibnya.

"Apa aku terlalu jahat merebut kebahagiaan orang lain? Tapi sekarang bahkan aku udah punya anak dua." Ayla terus saja ribut dengan isi kepalanya, dia selalu merasa berdosa besar telah merebut kebahagiaan Sandra, tapi ada satu titik keegoisan jika anak-anaknya lebih membutuhkan Auden daripada Sandra.

Tangannya menggenggam test pack itu sambil berkaca dan menarik napas panjang berkali-kali tak percaya dengan semua nasibnya, bahkan setiap malam Ayla selalu bermimpi jika dia menjadi Ayla yang lugu, hanya fokus kerja bukan merusak rumah tangga majikannya sendiri.

Saat membuka pintu Auden sudah berdiri di depan pintu, Ayla menunjukkan benda sakti itu, terharu, senang, tapi juga sedih di saat bersamaan.

"It's okay, kan Eden punya pengasuhnya, jadi Emme bisa fokus pada bayi dalam kandungan," kata Auden menenangkan Ayla yang sudah menangis di pelukan laki-laki itu.

"Selamat Emme, kamu akan jadi ibu yang hebat."

Ayla menutup matanya meresapi kecupan dalam di keningnya. Meremas kaos abu-abu yang Auden kenakan.

"Jangan pergi," pinta Ayla pelan hampir berbisik. Auden menaikkan alisnya tak mengerti. Pergi ke mana? Bukankah Ayla sekarang rumahnya.

Ayla benar-benar takut Auden meninggalkan dia dan kembali bersama Sandra, sekarang dia sudah punya dua anak.

Auden memeluk pinggang Ayla ke pinggir ranjang dan duduk di sana, masih memangku tubuh kecil Ayla yang masih melow, segala emosi bercampur dalam dadanya.

Ayla menenggelamkan kepalanya di dada Auden, dia telah menggantungkan seluruh hidupnya pada laki-laki ini, jadi jika Auden telah bosan padanya dan mencampakkan dia maka nasib Ayla habis.

"Kasihan Eden harus disapih cepat, padahal Emme pengen menyusui sampai dua tahun," keluh Ayla. Dia bahkan tak segan lagi menarik kaos yang Auden kenakan dan menyeka ingusnya.

"It's okay, kita bisa melewati ini semua. Eden akan tetap dapat semua perhatian dan kasih sayang." Tangan Auden terus mengelus-elus rambut Ayla.

Ibu hamil itu mengangguk dan menarik napas panjang. Rasanya baru saja kemarin dia hamil dan sekarang hamil lagi, Tuhan begitu percaya padanya untuk menitipkan dua keajaiban padanya.

"Edde harus diberi hadiah karena telah bekerja keras," goda Auden dan meremas bokong Ayla geram.

"Apa?" Mulut Ayla terbuka lebar. "Kan yang hamil aku," protesnya.

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang