BAB 52

40.7K 1.7K 118
                                    

"Auden, berhenti bertingkah seperti anak kecil! Kamu bukannya yang melahirkan jadi harus kerja!" omel Delisha.

"Mami pulang sana! Menganggu acara main ayah dan anak," balas Auden tak mau kalah.

Ayla yang melihat pemandangan itu hanya menggeleng melihat interaksi ibu dan anak dan juga generasi selanjutnya. Entah mau mereka apakan anaknya, Delisha dan Auden terus berebut siapa yang mau menggendong Eden.

Akhirnya Auden mengalah, membiarkan ibunya menggendong Eden dan dia terus menganggu bayinya. Menowel-nowel pipi merah bayi itu, menggerakkan kaki mungilnya, memberi jari telunjuknya agar digenggam jari-jari mungil itu.

"Andai saja ini kartun, udah Edde makan kamu trus kamu jadi bayi lagi menggemaskan," gemas Auden dengan gigi gemelutuk menahan rasa gemasnya dan gigi yang hampir copot pada bayinya.

"Sudah jangan diganggu! Biarkan dia tidur dan tak rewel."

"Sabar, Mami. Eden lagi main bola. Lihat ini." Auden menggerakkan kaki mungil Eden seolah sedang menendang bola, Delisha menarik napas panjang rasanya ingin masukin lagi Auden dalam perutnya jika begini. Tapi, itu tidak mungkin, ya.

"Auden stop! Biarkan anaknya tidur."

"Mami berisik! Aku mau main sama anak sendiri masak tak boleh," protes Auden.

"Anak Ayla karena dia yang melahirkan. Kamu nggak lihat kemarin dia pertaruhkan nyawa saat melahirkan?" serang Delisha.

Senyum Ayla melebar dan mengangguk cepat, seratus buat Delisha! Akhirnya wanita ini mengerti jika Eden adalah hak properti miliknya dan Auden sebenarnya tidak berhak pada anaknya, bahkan laki-laki ini menolak kehamilannya di awal.

"Itu karena kerja keras GaGa." Auden menjawab sombong.

"Mami nggak tahu kalau GaGa bekerja keras untuk menghasilkan Eden yang menggemaskan dan Ayla selalu berteriak keenakan," jelas Auden menaik-turunkan alisnya.

Ayla langsung memalingkan wajah merasa begitu malu. Dih! Apa-apa pria ini mulutnya bicara tak pakai filter!

"Ya udah cetak anak sana, jangan ganggu bayi yang mau istirahat," usir Delisha.

Ayla hanya menunduk tak sanggup lagi mendengar percakapan tak senonoh ini.

"Ayo, istriku, kita cetak anak perempuan biar Eden bisa istirahat lama. Nanti kasih nama anaknya Heaven," ajak Auden begitu enteng.

Rasanya Ayla sudah tak punya muka lagi. Belum sempat protes tubuhnya sudah diseret menjauh dari kamar bayi.

Auden membawa tubuh Ayla ke sofa.

"Sekarang waktunya Emme time. Emme bebas melakukan apa saja saat Eden tertidur, memanjakan diri entah pijit, berendam air hangat, nonton film, atau makan enak."

Ayla tersenyum, sedikit banyak dia tersentuh dengan perhatian pria ini, jadi dia tak perlu merasakan baby blues.

Tangan Auden terulur untuk menghidupkan plasma lebar di depannya.

"Emme  mau nonton apa?"

"Apa aja," jawab Ayla. Sebenarnya gadis ini sedang kesulitan bernapas karena pelukan di tubuh kecilnya begitu ketat.

Ayla mengambil alih remot dan mengganti channel walau tidak berniat untuk nonton karena sebentar lagi dia akan masuk ke kamar untuk mengecek bayinya, rasanya tidak bisa meninggalkan lebih dari lima menit.

Saat sedang memikirkan bayinya, tiba-tiba Ayla merasa dingin di pipinya. Gadis itu melirik pada gelas kaca berisi jus jeruk segar, Ayla tersenyum.

"Emme time dengan satu gelas jus jeruk dan beberapa potong cake."

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang