BAB 11 (21++)

165K 2.9K 78
                                    

(MENGANDUNG MUATAN DEWASA)

____

Setelah mengantarkan sang istri ke lokasi syuting Auden kembali untuk mengerjai sang pembantu.

Bukan, kalian terlalu berpikir jauh. Sebagai rasa tanggung jawab pada gadis bodoh itu dia akan mengantarkan Ayla ke dokter untuk meminta obat pereda mual, gadis itu tak boleh terus-terusan muntah setiap hari yang membuat Sandra curiga.

Ayla sedang berada di dapur mengemas dan membersihkan makanan untuk satu minggu ke depan, dia sedang memikirkan akan membuat menu apa untuk makan siang.

Auden hanya melihat dari kejauhan tubuh mungil itu mondar-mandir di dapur. Terkadang rasa bencinya pada gadis bodoh itu memuncak tanpa sebab, gadis itu hadir untuk menghancurkan pernikahan indahnya bersama Sandra.

Saat melihat tatapan polos dan juga bloon yang gadis itu tunjukan membuatnya sadar jika dia tidak bersalah, tapi dirinya yang menyeret si pembantu dalam pusaran masalah.

"Masih mual?" Suara Auden tiba-tiba yang mengejutkannya membuat pegangan di tangannya terjatuh. Pria itu geleng-geleng dengan kecerobohan gadis bodoh ini.

Auden mendekat, Ayla selalu merasa berjumpa dengan malaikat maut saat berhadapan dengan sang majikan.

"Kita akan ke dokter," putus Auden.

Ayla terdiam sambil mencuci apel memang sedang membuat food preparation untuk satu minggu ke depan.

Tak mendapat respons pegangan Auden mengambil tangan Ayla yang baru selesai mencuci, Auden memakan buah tersebut dari tangan Ayla. Sang gadis hanya menatap sang majikan polos.

"Tatapanmu selalu minta dicium." Mulut Ayla terbuka tidak menyangka dituduh seperti itu, walau dia tidak bisa membantah.

Auden mengambil tangan Ayla dan memberi apel pada gadis itu agar dia juga bisa memakannya. Dengan ragu Ayla menerimanya.

"Cepat ke dokter." Auden meninggalkan Ayla di dapur yang masih mematung, proses pemotong apel dalam mulutnya belum selesai. Gadis itu menyelesaikan pekerjaan yang tertunda dan bersiap untuk ke dokter. Sebenarnya tak perlu Auden menemani dia bisa pergi sendiri.
___

Keduanya kembali terdiam seperti biasa. Auden melirik pada gadis bodoh di sampingnya, tanpa sadar keduanya terikat sekarang. Ayla harusnya tidak boleh takut padanya.

"Saya tidak makan kamu, jadi jangan takut," pungkas Auden.

"A-apa?" Ayla bertanya dengan gelagapan tidak mendengar apa yang pria itu bicarakan.

"Kepala cantikmu mengatakan minta dicium."

Wajah Ayla merah padam hingga ujung pantatnya dengan ucapan asal itu. Sial! Auden kembali memasang tampang cool seolah tidak mengatakan apa-apa.

Dia tidak sedang menggoda gadis itu, tapi dia gemas dengan sikap lelet yang ditunjukkan Ayla.

"Jika saya ajak bicara jawab, jangan terus menunduk. Pada siapa pun, sikap takut-takut itu yang membuat orang tidak menghargai kamu."

Ayla berharap otak Auden masih berfungsi telah mengeluarkan kalimat tersebut karena pria itu yang membuatnya takut pada dunia, karena merasa dunia tidak ramah baginya yang lemah.

"Y-ya."

"Jangan bicara gugup lagi."

"Y-ya, Tuan."

"Panggil Paduka!" perintah Auden.

"Paduka," gumam Ayla.

"Yes, My Lady?"

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Where stories live. Discover now