BAB 9

83.1K 2.7K 63
                                    

"Kamu sungguh tidak apa-apa sekarang?" tanya Sandra penuh kekhawatiran.

Ayla hanya bisa mengangguk dengan perasaan bersalah penuh. Dia sedang memotong buah untuk sarapan mereka, Sandra menyiapkan roti untuk suaminya.

Kembali menjalani rutinitas sebagai seorang pembantu walau dengan status yang berbeda. Sandra mempertanyakan jika dia sudah sembuh dari sakitnya.

Fisiknya mungkin baik-baik, tapi luka yang ditorehkan Auden tidak akan sembuh begitu saja, mungkin juga tidak akan ada penawar luka.

Pria brengsek yang tega memperkosanya hingga hamil, mengajaknya menikah kontrak selama satu tahun, setelah ini semuanya selesai. Mungkin nyawa Ayla sedang digadai dan sekarang menghitung mundur satu tahun ke depan.

"Nanti Moer akan datang." Kepala Ayla terangkat saat mendengar Moer, seorang wanita cantik yang begitu keibuan, lembut, dan begitu berwibawa. Dia selalu merasa terlindungi saat berada di sekitar Nyonya besar.

"Moer akan mengajak kamu belanja," tambah Sandra. Perasaan haru membuat Ayla ingin meneteskan air mata segera karena merasa punya keluarga.

"Y-ya, Terima kasih."

"Nanti kamu tinggal setrika aja Auden." Ayla mengangguk, sebenarnya tugasnya tak terlalu banyak di rumah ini.

Biasanya dia berfokus untuk membersihkan rumah, dan laundry. Masak tak masuk daftar utama, dua majikan orang yang sibuk di luar, jadi mereka lebih banyak makan di luar, jadi Ayla lebih sering memasak untuk dirinya, kecuali sarapan.

"Mi Amor, jas abu-abu aku di mana?" teriak Auden dari ruangan walk in closet.

"Wait, Sayang. Aku lupa," teriak Sandra sambil menuangkan jus ke dalam gelas.

"Ayla, bisa kamu carikan?"

Ayla mengangguk kaku, dia selalu takut jika hanya berduaan dengan Auden. Status yang terjadi di antara mereka tidak membuat laki-laki itu melunak, malah kian kejam dan terus menindasnya yang lemah.

Berjalan menuju ruangan walk in closet milik Auden yang lebih minimalis daripada milik sang nyonya muda yang begitu lebar dan luas.

Lemari walk in bergaya industri, dengan pintu lemari kaca transparan berwarna hitam menambah kesan manly, memberi tanda jika pemilik ruangan ini laki-laki. Ayla selalu mencium aroma Auden saat memasuki ruangan ini, dadanya selalu berdegup kencang.

Ayla membuka lemari kaca tersebut dan mencari jas abu-abu yang dimaksud, walau Auden punya banyak sekali jas berwarna kelabu tersebut.

Ayla mengambil kemungkinan lima jas dan meletakkan di atas meja marmer panjang di depannya, kembali merapikan dengan setrika uap dengan cepat, biasanya pakaian mahal milik kedua majikan di-laundry khusus. Jadi, Ayla mencuci pakaian biasa seperti pakaian olahraga atau piyama.

"Apa yang kamu lakukan?" bisik Auden tepat di belakang telinganya. Ayla berjengit kaget hampir saja wajah tampan itu kena setrika yang panas.

Auden mengukung tubuhnya dari belakang membuat tubuh Ayla kaku mendadak. Oh Tuhan, kenapa harus begini?

"T-tuan." Ayla berujar gugup.

"Kenapa? Merindukanku?" balas Auden songong sambil mengecup belakang lehernya, tanpa sadar sang gadis menggigit bibir.

"Kamu sudah binal sekarang," komentar Auden tanpa rasa bersalah. Ayla hanya mampu menelan ludah kasar.

Pria itu melepaskan dirinya, Ayla berbalik dan hanya mampu menunduk.

"T-tuan mau pakai warna apa?"

"Apa aku seperti makhluk tak kasat mata?" desis Auden. "Angkat kepalamu!"

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Where stories live. Discover now