BAB 29

60.1K 2.2K 175
                                    

"Aku mau cerai! Tidak ada lagi alasan buatku untuk bertahan!"

Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya bak mata pisau yang membunuhnya secara perlahan.

Auden benar-benar kehabisan kata bahkan sekedar menelan ludah saja rasanya tak sanggup.

"Sayang, maafkan aku juga pada akhirnya aku hanya memberi air mata kekecewaan. Saat mengenalmu aku sudah berjanji hanya memberi air mata kebahagiaan dan sekarang aku melanggar janji tersebut."

"Jangan bicara! Aku benci apa pun yang ada pada kamu!" sentak Sandra kasar.

Rasa ingin mengamuk, ingin bunuh orang, rasa benci semua menjadi satu.

Setiap helaan napas yang ia embuskan terus menyayat-nyayat perasaannya.

Wanita itu menutup mata meresapi kesialan yang menimpa hidupnya, entah bagaimana dia kembali menata semua kehancuran ini.

"Sayang...," tegur Auden pelan. Dia berusaha untuk mendekat walau Sandra memberi syarat agar jangan mendekat ke arahnya.

Saat keduanya bertatapan dia masih belum percaya dengan apa yang terjadi.

"Belasan tahun hidup bersama dan pada akhirnya kamu beri aku mati rasa!" Sandra tertawa miris.

"I'm sorry. Kesalahanku tidak akan termaafkan. Aku merasa tak layak buat kamu, tapi hidup tanpa kamu seperti neraka. Aku tidak akan sanggup," ungkap Auden.

Sandra tertawa mengejek. Air mata yang banjir seperti air bah tadi mendadak kering. Lucu sekali laki-laki ini, dia yang menciptakan neraka untuknya dan sekarang masih sanggup bicara hidup seperti di neraka tanpanya?

Di mana otaknya?

Wajah tampan yang selalu dia puja layaknya malaikat tanpa celah sekarang terlihat seperti Lucifer. Tergambar betul pengkhianatan yang dua orang ini lakukan.

"Berbahagialah dengan istri kecilmu dan anak kalian!"

Wanita itu bangkit. Selesai di sini kisahnya.

Tak ada lagi pasangan bucin itu, detik ini dia tak lagi percaya pada cinta.

"Sayang aku mohon, ini ujian buat kita," mohon Auden menahan sang istri yang hendak keluar dari rumah.

Sandra berbalik menatap nyalang pada Auden. "Ujian? Ujian buatku seorang! Karena kamu yang menciptakan neraka itu."

"Maafkan aku, Sayang. silakan kamu memaki-maki aku, pukul, tendang, tampar, mau bunuh juga boleh. Tapi jangan berpisah dariku. Aku tak bisa hidup tanpa kamu. Kamu sumber kebahagiaanku," mohon Auden. Laki-laki itu sudah merengek seperti anak kecil.

Otaknya benar-benar tak dapat membayangkan neraka seperti ini setelah ini, tanpa istrinya.

"Kamu sumber neraka bagiku!" teriak Sandra tak mau kalah.

"Maafkan aku telah melanggar janji hanya ada air mata kebahagiaan buat kamu. Semua terjadi di luar kesadaran. Aku tidak sedang membela diri."

Sandra tertawa saat Auden kembali bersimpuh di bawah kakinya. Wanita itu menunduk, rasa untuk menendang laki-laki ini begitu besar.

BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END) Where stories live. Discover now