77 : Penyesalan

5.4K 203 3
                                    

'Meski menyakitkan, kadang sebuah kejujuran adalah hal yang paling dibutuhkan'









              Hari yang indah. Matahari yang tak malu malu menampakkan sinarnya. Sinar nya menyorot kedalam ruangan melalui celah celah. Menyinari wajah yang saat ini tengah menatap seseorang dengan sendu.
       Terlihat beberapa kali Nathan menguap. Kantuk nya datang sejak semalam, namun kelopak matanya tak kunjung ingin menutup. Meski Nathan paksa, tetap saja sia-sia. Jadilah seperti ini, ia tak tidur sejak kepergian Azzyra. Yah, Azzyra pergi tak lama setelah memeluknya.

      Entahlah, Nathan rasa Azzyra hanya pergi sebentar. Mungkin sekedar menenangkan diri atau entahlah itu. Yang jelas Nathan tak ingin berfikiran negatif. Karna saat ini. Pikirannya hanya di penuhi tentang seseorang yang berada dihadapan nya.
         Yang masih terlelap dalam tidurnya. Terlihat ia bergerak kekiri dan kanan berusaha mencari posisi yang nyaman.

     Di tempat nya, Risa tengah terlelap. Meskipun matahari sudah beranjak naik, ia masih nyaman dengan posisinya. Lelah yang luarbiasa saat ia harus menyelesaikan tugas kantor dan menjadi penjaga untuk Nathan menjadi faktor utama ia tidur lebih lama.  Hari ini ia absen tidak masuk bekerja dan melimpahkan tugasnya pada sekretaris nya.

        Risa mengerjapkan matanya beberapa kali. Menyelaraskan cahaya matahari yang masuk dalam matanya. Ia menegakkan tubuhnya, duduk bersandar sambil mengumpulkan tenaga nya.
"Nathan, sayang kamu udah bangun? " Tanya Risa dengan suara yang serak khas orang yang baru bangun tidur.

    Tak ada jawaban dari nya. Nathan hanya diam sambil menatap Risa dengan lekat. Beda Strecher sandaran kepalanya ia naikan sedikit agar tubuhnya sedikit tegak.

"Maaf yah Mamah bangun kesiangan, soalnya tidur disini nyaman. Eh, kamu udah makan belum? Tadi suster udah periksa kamu? " Celoteh Risa yang merapikan diri dan berdiri mendekati Nathan.

"Semalem mama ketemu dokter, katanya sebentar lagi kamu boleh pulang. Hanya saja, tangan kanan kamu masih dalam masa pemulihan, jadi belum bisa digerakkan" Risa menyibak tirai tipis. Mengakibatkan cahaya matahari menyorot kearah wajahnya.

"Hari ini cerah banget yah, jam segini aja matahari udah panas, "

"Mah, " Panggil Nathan lirih.

"Ada apa sayang? Kamu butuh apa? " Tanya Risa mendekati Nathan.

"Maaf, " Lirih Nathan yang menundukkan kepalanya.

     Risa terhenyak di tempat nya. Ia tercengang dengan ucapan yang dilontarkan oleh Nathan. Setelah sekian lama, Nathan mengatakan kata maaf. Belum sempat Risa mengatakan sesuatu, Tiba-tiba Nathan kembali berujar.

"Maaf, maafin Nathan yang bodoh ini. Maaf sudah menjadi beban buat Mamah"

      Mendengar perkataan yang begitu memilukan dari anaknya sendiri. Membuat pertahanan Risa runtuh seketika. Lelehan air mata mengalir begitu saja. Tanpa ia minta, tanpa hal yang menyedihkan .

      Tangan Risa bergerak memeluk Nathan. Memeluk anak yang teramat ia rindukan. Menyalurkan rasa sayang yang teramat dalam. Risa menangis, tangis harus bahagia. Ketika anaknya mulai menganggap ia ada.

"Kamu gak salah apa apa sayang, gak perlu minta maaf, " Risa menatap wajah Nathan dengan senyum tulus. Tangan lembutnya mengusap wajah Nathan.

      Membuat Nathan tertampar di tempat nya. Sedalam ini kah Risa menyayangi nya?. Ia bodoh. Telah membenci seseorang yang begitu peduli padanya. Ia berdosa, telah mencampakkan ibu yang begitu menyayangi nya.
       Nathan menangis. Air matanya mengalir dengan deras. Seiring ingatan nya beberapa tahun kebelakang. Bagaimana ia membenci ibunya. Tak menganggap nya ada, mencap ibunya sendiri sebagai wanita gampangan. Anak seperti apa dirinya?.

    Nathan melepas tangan Risa yang tengah mengusap wajahnya. Dengan satu tangan, ia menggenggam tangan Risa. "Gimana rasanya ma? Menahan semua rasa sakit itu sendirian?,"

Risa menggeleng, ia tak mempunyai jawaban atas apa yang Nathan pertanyakan.

"Kenapa mama diem aja saat Nathan membenci mama? Kenapa mama ngebiarin Nathan nyakitin mama? Kenapa ma kenapa! " Nathan memejam kan matanya dengan erat. Wajahnya memerah menahan amarah juga rasa kecewa nya.

      Sekali lagi, ia harus menghadapi nya. Kenyataan yang benar benar menusuk hingga ke ulu hatinya. Memporak-porandakan segala benteng yang ia bangun sendiri. Hanya karna sebuah kebenaran.

"Kenapa mama diem saat Nathan bilang mama wanita murahan! Kenapa mama gak bilang kalau Papa yang selingkuh! Papa meninggal bukan karna mama, tapi karna istri mudanya yang mengkhianati Papa, kenapa ma kenapa! " Nathan semakin tak terkendali. Ia mendorong tubuh Risa.

"Nathan, dengerin mama dulu sayang! Kamu jangan seperti ini kamu masih sakit ,, " Dengan berurai air mata, Risa mencoba mendekati Nathan. Berusaha meraih tubuh anaknya. Anaknya yang kembali terluka.

"Bodoh! Goblok! Nathan bego! Kenapa lo baru tahu sekarang sih anjing! " Nathan terus mengumpati dirinya sendiri. Dengan keras ia memukul mukul kepala nya dengan satu tangan.

"Nathan, tenang sayang"

"Mah, Nathan itu anak gak tahu diri! Kenapa mama masih anggap aku anak? Kenapa mama sebaik itu! " Teriak Nathan.

"Nathan itu anak kurang ajar! Gak tahu diri! Bodoh! Pantas Tuhan hukum Nathan dengan kecelakaan itu. Tuhan cuman patahin tangan Nathan, tapi Nathan? Udah patahin hati mama! Harga diri mama! "

"Nathan cukup! " Bentak Risa.
     Risa memeluk tubuh Nathan. Tak peduli jika Nathan terus memberontak meminta dilepaskan.

"Kenapa ma, kenapa Nathan setolol ini! " Nathan menangis. Kesakitan luar biasa tengah ia rasakan. Wajahnya semakin memerah.

"Udah Nathan, udah. Kamu gak kayak gitu sayang. Kamu kesayangan mama, anak mama yang baik, " Kali ini, tangisan Risa berubah. Tangisan yang ia kira akan menjadi tangis bahagia. Berubah menjadi tangisan duka. Saat Nathan mulai menyalahkan dirinya.

    Nathan menangis dalam pelukan Risa. Begitu juga dengan Risa, yang menangis memeluk Nathan. Kesedihan ibu dan anak yang memilukan. Saat keduanya harus membuka luka lama. Nathan dengan segala kebodohannya dan Risa dengan seluruh rahasia yang sengaja ia tutup rapat. Tentang sebuah cerita yang belum sepenuhnya benar-benar hilang.

'Terimakasih Ra, lo udah ngasih tahu gue yang sebenarnya. Meskipun ini terlalu menyakitkan, tapi ini yang gue butuhin. Sebuah kebenaran.'



____________________
_______



Thankyou buat kalian yang masih stay dicerita ini. Thankyou juga buat kalian yang suka Vote & comment. Kalian adalah semangat Ra buat terus nulis cerita ini, semoga kalian terhibur dan seneng saat baca ini. :')

Selalu tinggalkan jejak!
Vote & comment ❤

UnPerfect Couple [End]√Where stories live. Discover now