46 | Penjelasan

7K 223 5
                                    

"Memberimu kesempatan mencintai dalam ketidakpastian hanya akan memberikan luka yang begitu dalam"




Instagram : @hraa_124

      Azzyra bergerak meninggalkan kantin. Berjalan dengan wajah dingin dan angkuhnya melewati berbagai tempat dan siswa-siswi disana. Beberapa siswa-siswi yang mengenal Azzyra sempat menyapa, namun hanya dilihat sekilas atau paling naas hanya diabaikan begitu saja.
     Bukan ia ingin menjadi manusia yang antisosial  dan mahal akan senyum. Namun jangan salahkan ia jika itu semua karna permainan takdir yang begitu rumit. Beberapa hal tak bisa ia mengerti . Tentang cara kerja Tuhan yang amat rumit dan bagaimana kita menjalani takdir dengan rasa sakit disetiap pijakan nya.

        Azzyra sudah pernah berusaha untuk membuka diri, terlihat ramah. Namun, itu semua terasa aneh untuk dirinya. Azzyra pikir, ia akan luluh dan berubah seiring keinginan nya untuk berubah. Itu sia sia saja. Semuanya tetap sama.

         Langkah Azzyra terhenti begitu saja setelah mendengar handphone nya bergetar. Seseorang berusaha menghubungi nya , dengan nomor yang tidak ia kenal Azzyra dengan cepat menggeser icon hijau itu ke kanan.
     Beberapa detik berlalu, suara seorang perempuan disebrang sana langsung terdengar.

       Setelah telpon nya terputus, Azzyra langsung memasukan handphone nya kedalam saku dan bergegas melangkahkan kakinya menuju tempat tujuannya tadi.

▪▪▪

         Aroma coklat panas yang menguap tercium kuat oleh indra penciuman. Dimeja pesanan terlihat para pelayan yang sibuk kesana kemari mengantarkan  pesanan para pelanggan yang datang ke caffe itu. Rata rata diantara mereka baru berusia belasan, remaja yang sedang gencar gencar nya mencari spot foto yang menarik untuk mereka upload. Azzyra mendengus saat mendapat sepasang anak remaja yang seperti nya tengah berpacaran. Ditempat umum, dengan duduk berdempetan dan saling menautkan tangan mereka diatas meja.

      Menyisir tempat yang lain matanya menangkap seorang ibu dan anak yang tengah menikmati minuman mereka . Sesekali mereka bercanda dan tertawa pelan. Wajar saja, anak nya seperti usia enam tahun dan ibu itu terlihat masih muda sekali. Ah, menyenangkan sekali. Menatap nya Azzyra seperti terlempar kemasa lalu. Masa saat ia masih bisa merasakan pelukan hangat sangat ibu. Tak ingin berlama lama dengan dunia nya, Azzyra segera tersadar dan kembali menatap coklat panas didepan nya.

       Uap nya semakin menipis, pertanda coklatnya akan segera dingin. Azzyra menatapnya tanpa minat.

"Maaf maaf, saya telat" Rusuh seorang perempuan paruh baya yang langsung menggeser kursi dan duduk dihadapan Azzyra.

"Ada apa? " Tanya Azzyra tak sabaran.

"Sebentar, apa saya boleh pesan minum dulu?. Saya tau kamu tidak suka basa-basi seperti ayahmu, tapi saya benar benar haus" Ucapnya sambil melambaikan tangan pada seorang pelayan.

      Azzyra menatap lekat kearah perempuan itu. Dengan mata penuh tanda tanya ia memperhatikan interaksi didepannya. Setelah perempuan tadi memesan minum, ia menatap Azzyra lamat.
Senyumnya mengembang sempurna. Menatap Azzyra yang begitu cantik , sama dengan anaknya.

"Maaf Bu, ini pesanan nya. Selamat menikmati" Ucap sang pelayan dengan senyum ramah dengan meletakkan segelas minuman dingin disana.

"Nah, Azzyra karna sebelumnya kita belum saling mengenal"

"Saya sudah tau" Pungkas Azzyra yang nyaris menghilang kan senyumnya.

"Ah ya! Kamu sudah tau, tapi saya ingin kita berkenalan secara resmi. Perkenalkan nama saya Dewi. Kamu bisa panggil saya apa saja, " Mengulurkan tangan kanannya, hendak menjabat tangan.

"Zyra" Singkatnya mengabaikan tangan yang tengah menggantung diudara.

      Dewi tersenyum menatap tangannya yang tak kunjung mendapat balasan, dengan cepat ia menarik tangannya.

"Jadi, ada apa? " Tanya Azzyra.

    Dewi menghembuskan nafasnya kasar. Wajahnya mendadak berubah menjadi sendu dan muram. Ia tak lagi menatap pada Azzyra, tatapan nya sudah beralih kearah kaca yang menghadap langsung keluar.
"Sebenarnya,,,, "

      Azzyra mendengarkan semuanya dengan baik. Setiap huruf yang keluar dari mulut Dewi seakan mengunci seluruh pendengaran nya agar fokus pada ucapannya saja.

     Satu hal yang harus ia sadari, bahwa mengenal sudut pandang orang lain adalah hal terpenting yang harus ia ketahui. Bukan hanya sekedar untuk mempersepsi kan pandangan diri sendiri.
Mendengar itu adalah hal yang mudah, namun menerima semua yang kamu dengarkan adalah perkara yang sulit.
     Bukan soal menerima kebohongan tapi menerima berapa kenyataan itu sangatlah sulit dan teramat sakit.


TBC 🔜



UnPerfect Couple [End]√Where stories live. Discover now