*48 | Gone

101 10 7
                                    


Tok ... tok ... tok ....

Suara ketukan tangan Chen pada pintu sedikit mengeras, sebab tak kunjung mendapat sahutan dari dalam kamar.

Sejak pagi tadi kedua gadis itu tidak juga menampakkan diri. Chen pikir mereka belum bangun. Tapi sampai matahari berangsur meninggi sosok keduanya benar-benar tak terlihat. Lantas firasatnya mulai tidak enak.

Itu sebabnya, Chen mengetuk-ngetuk pintu itu agak kencang, supaya yang berada di dalam mendengarnya.

"Sedang apa, Chen?" Pertanyaan Kris terdengar bersamaan dengan kemunculannya dari arah pintu depan.

"Hyung! Ini aneh, mereka tidak juga keluar sejak tadi pagi," ujar Chen mengadu, tanpa berniat menjawab pertanyaan Kris lebih dulu. Kris bergeming. Perasaan buruk Chen sepertinya menular cepat padanya. Hingga detik berikutnya laki-laki tinggi itu memutuskan untuk membuka pintu kayu di hadapan mereka.

"Lebih baik kita buka saja. Entah kenapa perasaanku mendadak tidak enak." Chen mengangguk setuju. Lalu tangannya bergerak membuka pintu itu perlahan.

Hal pertama yang ia dapati adalah ruangan itu gelap dan dingin. Mungkin karena jendela di sisi kamar itu masih tertutup. Dari sisi ke sisi, dari sudut ke sudut, Chen tidak menemukan Seona ataupun Taerin di sana. Tempat itu benar-benar kosong.

"Hyung, mereka tidak ada!" pekik Chen ketika menyadari bahwa si pemilik kamar tidak tidur atau tidak sedang berada di dalam.

"Mereka pergi? Bagaimana bisa?" Kris mengernyitkan dahinya. Ia heran bagaimana caranya mereka pergi, sedangkan sejak semalam saja ia berjaga di luar. Mungkinkah lewat jendela?

"Kenapa mereka pergi diam-diam?" Chen bermonolog.

"Apa ini ada hubungannya dengan mereka?" Suara Kris mendadak dingin saat pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya. Chen sepertinya tahu siapa yang Kris maksud. Dan Chen sepertinya mengerti apa makna dari mimik wajah Kris sekarang.

Laki-laki tinggi itu menggertakkan giginya. Rahangnya mengeras. Kepalan tangannya mengerat sampai buku-buku tangannya memutih.  Ia berusaha keras untuk menahan sesuatu yang dapat meledakan emosinya saat itu juga. Lalu setelahnya, tidak ada hitungan detik kelima sampai sosok Kris benar-benar hilang dari tempatnya.

Kris pergi, dengan segala amarah yang tersirat dari dalam sorot mata kelamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kris pergi, dengan segala amarah yang tersirat dari dalam sorot mata kelamnya.

Mungkin tidak pernah ada yang mengatakan bahwa jika seseorang menyulut emosi seorang Levitation, maka bisa dipastikan orang itu akan  benar-benar dalam bahaya.

Sudah cukup untuknya menahan diri selama ini. Jika mereka tidak menyerah untuk tetap berusaha mengenyahkan dua gadis bumi itu, maka Kris pun juga tidak akan tinggal diam lagi.

Persetan dengan status persaudaraan, toh mereka telah mengibarkan bendera perang lebih dulu.

Kekuatan gravitasi Kris sepertinya memberi ia keuntungan. Secepat itu ia menemukan objek yang 10 menit lalu dicarinya. Tak membutuhkan waktu lama untuk Kris kembali memijak tanah. Lalu berjalan mendekati dua sosok yang tengah berada di tepian pantai.

Lost in EXOplanet ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang