*37 | Uninhabited Planet

73 8 4
                                    

"Jongin ... bagaimana cara kita pergi dari tempat ini?"

Dia hanya diam di tempat. Menghela napas panjang, lalu menunduk setelahnya. Tidak ada jawaban apapun yang terucap. Sampai akhirnya aku tahu bahwa jawaban Jongin adalah satu-satunya jawaban yang tidak ingin kudengar saat ini.

"Lalu kita harus apa?" tanyaku frustasi. Sudah cukup untukku berada di planet asing, kumohon jangan lagi.

"Kamu tenang saja, aku akan cari cara supaya kita bisa kembali lagi ke EXO planet," ujar Jongin seraya membenarkan rambutku yang masih sedikit berantakan dengan jemarinya.

"Sekarang yang paling penting kita harus bertahan hidup di planet ini untuk waktu yang belum bisa dipastikan," sambungnya. Aku hanya mengangguk singkat.

Jongin tersentak saat tanganku terjulur untuk menyentuh sisi wajahnya. Dia hanya meringis saat aku menyentuh lebamnya yang tergores hingga berdarah sedikit. Aku yakin itu pasti menyakitkan.

"Apa sakit sekali?" tanyaku sambil memerhatikan mimik wajahnya yang tidak terlihat baik.

"Tidak, hanya sakit sedikit ... jangan khawatir."

"Bagaimana aku bisa tidak khawatir melihat keadaanmu seperti ini," Aku merunduk. Merasa bersalah padanya. "Ini pasti karena kau berusaha menyelamatkanku."

"Hei ... hei... jangan begitu, aku menyelamatkanmu karena memang keinginanku, aku harus menyelamatkan gadis cantikku ini," ujarnya seraya memainkan rambutku. Entah kenapa ia senang sekali bermain-main dengan rambut hitam legamku. Pun aku senang ia melakukannya.

"Tapi kau jadi terluka."

"Terluka untukmu, bukan masalah besar untukku."

"Ahh benarkah? Bukan masalah besar?" Tanganku sengaja menekan luka di pipinya. Tidak terlalu kuat, tapi cukup untuk membuatnya mengerang sakit.

"Aargghh!!!"

"Bukan masalah 'kan?"

"Tapi jangan ditekan juga lukanya ... ini sakit," sahut Jongin kesal. Wajahnya membuatku tergelak. Dia lucu jika sedang kesal. Namun tetap saja, aku tak tega melihatnya seperti itu.

"Sakit 'kan? Itu kenapa aku tidak mau kamu terluka ... sebab rasanya sakit. Dan melihat orang lain kesakitan karena diri kita sendiri, itu jauh lebih sakit ...," ucapku pelan sembari mengelus luka di pipinya lembut.

" ... jadi aku harap, kamu tidak lagi rela terluka demi menyelamatkan orang lain. Dan sebaliknya ... kamu harus berusaha baik-baik saja untuk dirimu sendiri, kamu mengerti?" Netraku menatap lekat iris hitam kecoklatan itu. Dan Jongin pun membalasnya dengan tatapan yang penuh arti.

Kruuk... kruuukkk...

Seketika segala aura romansa yang tercipta luruh begitu saja saat suara memalukan itu terdengar samar, namun tetap jelas untukku. Sontak aku memegangi perutku yang sedang tidak bisa diajak kompromi. Demi apapun aku sangat malu hingga wajahku memerah. Aku harap Jongin tak mendengarnya.

Namun, tawanya yang tiba-tiba itu membuatku sadar bahwa ia mendengarnya.

Isshh, tidak ada yang lebih buruk dari hal memalukan ini. Rasanya ingin sekali aku menyeburkan diri ke dalam sungai yang ada di dekatku.

"Ihh, jangan tertawa begitu ... aku malu." Aku memanglingkan kepalaku seraya menunduk malu.

"Aku suka saat kamu malu seperti ini, terlihat lucu dan menggemaskan." Perkataan Jongin malah semakin membuatku malu.

Tak lama Jongin akhirnya bangkit berdiri. Dia sempat bergerak selangkah sebelum aku meraih tangannya cepat.

"Mau kemana?"

Lost in EXOplanet ✔Where stories live. Discover now