*3 | Water Gate...

520 43 3
                                    

"Benarkan... hal menyenangkan bisa saja berubah dalam waktu sepersekian detik."

***

Pagi yang indah. ini adalah pagi pertamaku di pulau yang tak berpenghuni. Aku katakan tak berpenghuni karena pulau ini memang kosong. Hanya ada aku, Taerin dan paman penjaga speedboat yang sekaligus mengawasiku dan Taerin.

Jangan merasa aneh, pulau ini adalah pulau milik ayahku. Pulau ini sengaja di kosongkan agar keluargaku bisa berlibur dengan tenang. Tapi percuma saja, keluargaku berada jauh di benua seberang sana. Suasana di tempat ini membuatku rindu orang tuaku. Biasanya aku dan ayah mendirikan tenda bersama. Dan ibu... dia membuatkan steak spesial untuk kami. Namun untuk saat ini itu semua hanyalah sebuah history indah yang kini tersimpan dalam sebuah album foto.

aku sudah bangun lebih dulu sedangkan Taerin masih berada di alam mimpi. Gadis itu memang sulit sekali bangun jika bukan di rumahnya sendiri. Aneh memang. Tapi gadis aneh itu adalah sahabatku.

hari mulai berangsur siang. Perlahan namun pasti matahari bergerak naik ketempat teratasnya. Taerin akhirnya bangun dari tidurnya. Dengan mata sayu ia merangkak keluar tenda. Lalu menghampiriku yang tengah duduk santai sambil memainkan pasir dengan jari. Membuat sebuah wajah disana. Entah wajah siapa, aku hanya asal menggambar.

"Kapan kau bangun ?" Suara serak khas orang bangun tidur memecah fokusku. Itu adalah suara Taerin.

"Sudah sejak tadi," jawabku singkat. "Ehmm... Taerin ayo kita bermain di pantai !" Ajakanku dihiraukan olehnya yang sedang fokus meneguk segelas air.

Aku menunggu jawabannya.

"Nanti saja, lebih baik sekarang kita membuat sarapan dulu," jawabnya setelah menghabiskan airnya. Benar juga, lebih baik kan jika kita mengisi perut dulu sebelum bermain. Aku mengikuti sarannya. Dengan terampil tanganku menyiapkan bahan-bahan. Dan Taerin mulai bergelut dengan kayu bakar untuk membuat api.

Dalam beberapa menit masakan kami pun jadi. Dua Roti bakar dengan isian daging ham telah siap meluncur dalam sistem pencernaanku yang sebelumnya berdemo minta diisi. Tak menunggu lama aku segera menyantap makan pagiku yang terlihat lezat.

Setelah memenuhi permintaan si cacing dalam perut, aku bersantai kembali untuk mencerna roti dengan daging ham yang baru saja mengisi perut kosongku.

"Kau mau ke pantai ?" Tanya Taerin sembari membersihkan peralatan makan yang belum sempat kubersihkan. Sungguh tak tahu diri aku. Maafkan sahabatmu yang malas ini Taerin-ah.

"Mau !" Sahutku dengan cepat. Persis seperti anak kecil yang ditawari permen kesukaannya.

"Ayo, cuacanya sedang bagus sekarang !" Ajaknya. Aku langsung menyetujui ajakannya yang sudah kunantikan sejak tadi. Aku berlari menuju bibir pantai. Deburan ombak menyapu halus kaki-kakiku. Beruntung hari ini matahari tertutup awan, jadi hari tidak terlalu panas karena terik matahari. Aku dan Taerin pun menikmati saat-saat bermain di pantai. Sekedar berlarian kecil menuju ombak yang bergelung karena angin. Angin disini juga ikut memainkan rambutku hingga berantakan. Tak lupa kutuliskan namaku dengan ukuran besar di pasir. Sungguh hari yang menyenangkan untukku dan juga Taerin.

Lelah bermain air dan pasir, kami pun memasang jaring yang di ikat diantara dua pohon, lalu berbaring di atasnya. Kami asyik dengan kegiatan masing-masing. lagi-lagi aku asyik Mendengarkan musik dari mp3-ku, dan lagi-lagi Taerin sibuk dengan lembaran-lembaran kertas yang amat tebal. Entah berapa banyak buku yang di bawanya, hingga setiap waktu ia terus membaca buku-bukunya. Lama-kelamaan aku dan Taerin pun terlelap.

.
.
.
.

"Seona-ya..."

"Han Seona !"

Lost in EXOplanet ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant