*39 | Trust Me

81 8 6
                                    


Baekhyun

Kini seluruh isi pikiranku masih tertuju pada gadis yang sedang terlelap di sebelahku. Bisa-bisanya dia tidur sangat nyenyak disaat keadaannya sedang terancam.

Taerin.

Sampai detik ini belum pernah sekalipun aku memanggilnya begitu. Bibirku selalu terasa kelu tanpa alasan. Dan itu salah satu yang membuatku tidak menyukainya. Sebab saat ada dia, aku seperti menjadi diriku yang lain. Jangankan sikap, perasaanku pun kadang berubah-ubah.

Mungkin itu kenapa aku menjadi sosok yang menyebalkan di matanya.

Aku menghela napas sambil mendongak menatap langit yang sama sekali kosong. Tidak ada penerangnya sama sekali. Malam ini menjadi salah satu malam yang tidak kusukai karena terlalu gelap dan aku berakhir dengan banyak pikiran di otakku.

Atensiku beralih lagi pada Taerin yang gelisah dalam tidurnya. Dia terus mengigau. Kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak terlalu jelas, tapi aku bisa mendengar satu kata. Takut.

Taerin masih ketakutan?

Bahkan dalam tidur pun dia berusaha mengepalkan tangan seerat mungkin. Hingga tanpa sadar aku meraihnya. Menggantikan tangan sebelah kiriku yang dia cengkeram sangat kuat. Bisa kurasakan tangannya dingin dan banyak berkeringat. Sepertinya ia sedang mimpi buruk.

Sebelah tanganku yang bebas, kudekatkan di depan wajahnya. Satu persatu cahaya mulai keluar berhamburan mengelilingi kami berdua dengan cahaya redup.

Aku takut jika cahayanya terlalu terang akan mengganggu tidurnya. Cahaya-cahaya itu turut menerangi wajahnya sampai bisa kulihat betapa tidak nyaman tidurnya.

Kuusap pelan jemari dingin itu dengan satu ibu jariku. Aku tidak berpikir itu akan membuat tangannya hangat, tapi yang kuharapkan Taerin bisa melonggarkan pegangan tangannya yang terlalu kuat. Lama-kelamaan jemarinya mengendur, namun masih setia memegangi tanganku.

"Hey, kau sudah tidur 'kan?"

Tidak ada jawaban.

Sambil memandangi Taerin, aku mendekat perlahan. Tubuhku sudah setengah berbaring sebelum aku berkata pelan, "Aku mulai mengantuk, izinkan aku berbaring di sampingmu ya."

Tanpa menunggu sahutan darinya, tubuhku sudah sempurna menyentuh tanah. Berbaring di sebelah Taerin dengan tanganku yang masih digenggamnya. Untuk kali ini aku merasa berbeda. Ribuan bahkan mungkin tidak terhitung berapa kali aku membaringkan tubuhku, dimana pun tempatnya dan kapan pun waktu serta suasananya, aku rasa malam ini yang paling berbeda. Entah apa yang membuatnya lain dengan malam-malam sebelum ini.

Apa karena ada seseorang yang tertidur lelap di sampingku?

Bisa jadi itu alasannya. Dan bisa jadi juga, Taerin adalah alasan yang sama kenapa aku mendadak tidak bisa tidur.

Mungkin karenanya.

Malam itu selain melihat pekatnya langit malam, aku hanya memandanginya dengan cahaya redup di antara kami. Segala pikiranku yang sedari tadi berkecamuk kembali datang. Hingga malamku ini di penuhi segala tentang Taerin.

"Bisakah aku tahu masalahmu? Kupikir ini akan terasa aneh saat aku membantumu tanpa alasan."

***

Aku terbangun dari tidurku yang singkat. Rasanya baru beberapa detik yang lalu aku menutup mata. Dan sekarang matahari bahkan sudah meninggi meninggalkan pagi.

Satu-satunya hal yang menyambutku selain sinar matahari adalah wajahnya. Wajah dari sosok yang tangannya kugenggam semalaman. Sosok yang wajahnya menutupi silaunya matahari, hingga mataku bisa terbuka lebar.

Lost in EXOplanet ✔Where stories live. Discover now