*9| Cool & Warmth

301 30 3
                                    

"Dingin dan hangat, dua perasaan yang tidak sama itu nyatanya bisa terasa di waktu yang sama. Namun di detik yang berbeda."

***

Dingin!

Tubuhku menggigil menahan hawa dingin sejak melangkahkan kaki di tempat beku ini. Nuansa putih ada di setiap mata memandang. Aura ajaib sangat terasa kala kakiku melangkah lebih dalam memasuki sebuah hutan.

Hutan yang tidak terlalu lebat dengan pohon yang dedaunannya bersampul salju. Juga batang pohonnya seperti balokan es padat. Menambah kesan beku pada tempat ini.

"Tempat apa ini?" gumamku seraya menggosokkan kedua tangan untuk mengurangi dingin di tanganku yang sudah menggigil.

Padahal baru beberapa menit yang lalu aku sampai di tempat ini. Dan karena rasa penasaranku-lah akhirnya aku sampai di sini.

Seharusnya aku tak pergi sendirian dan meninggalkan Jongin begitu saja. Apa dia sudah bangun? Semoga saja dia sudah bangun dan langsung mencariku kesini.

Sekelebat gumpalan putih bergerak di depanku. Seperti menarikku untuk mengikuti jejaknya. Kulihat dari jarak dekat, ternyata benda putih itu adalah seekor kelinci salju yang tengah melompat dengan lincahnya di atas salju yang dingin.

Tanpa sadar aku mengikuti arah perginya. Masuk lebih dalam ke hutan beku. Entah karena kelinci itu terlalu lincah atau aku yang sudah tidak mampu lagi mengejarnya, yang pasti aku kehilangan kelinci itu dan terjebak dalam hutan.

Aku berusaha memeluk lebih erat tubuhku, berharap mendapat kehangatan. Namun tetap saja, dinginnya tempat ini telah menurunkan suhu tubuhku. Aku benar-benar tidak sanggup lagi!

Dingin sekali!

Dengan langkah yang mulai melemah, aku berusaha mencari jalan keluar dari tempat ini. Walaupun kaki dan tanganku gemetar hebat, aku tetap memaksakan diri.

Entah hanya halusinasiku saja atau memang benar ada seorang pria di tengah...

BADAI SALJU!!!

hujan salju tebal di sertai angin dingin yang membekukan kulit. Ia ada di dalamnya!

Pria itu diam di tempatnya. Aku tak bisa melihat wajahnya karena posisinya yang membelakangiku. Tiba-tiba kelinci yang ku ikuti tadi melintas di depannya. Dan sesuatu terjadi...

Seperti sebuah sihir... atau bahkan trik sulap. Yang dia lakukan itu mempermainkan logikaku. Membuatku berfikir ribuan kali untuk bisa mempercayai apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri.  Dengarkan aku baik-baik... pria itu... MEMBEKUKAN SEEKOR KELINCI!!!

tanganku berusaha menutup mulut rapat-rapat. Supaya pria asing itu tidak mendengar jeritan yang tertahan dari mulutku. Namun percuma saja aku menutup mulutku rapat-rapat, jika langkahku sendiri yang membuat pria itu menengok ke arahku.

"Siapa disana?!" tanyanya seraya mendekat ke arahku.

Cerobohnya aku yang tidak sengaja menginjak ranting kayu hingga menimbulkan suara yang tidak terlalu kencang tetapi mampu terdengar olehnya.

Aku kagum dengan pendengarannya yang sangat tajam. Tapi aku sadar jika sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengagumi seseorang.

Aku yang ketakutan dengan apa yang dia perbuat tadi, langsung berlari secepat yang kubisa untuk menghindarinya. Berlari dan terus berlari ke depan tanpa menoleh ke belakang, itulah yang kulakukan. Meskipun udara dingin seringkali membuatku terjatuh, namun aku berusaha bangkit lagi. Semua itu karena aku takut padanya. Pada makhluk es itu.

Lost in EXOplanet ✔Where stories live. Discover now