• 43 •

28.3K 3.2K 706
                                    


#43 — Defaldo Reistiawan

*sebelum baca ini kalian harus bilang kalau kalian sayang aku 😡

• • •

Valletta mengetuk-ngetukkan jari telunjuk sebelah kirinya pada permukaan meja, bunyi ketukan itu terdengar cukup menganggu bagi segelintir orang yang saat ini berada di perpustakaan. Suasana hening perpustakaan tentu saja membuat ketukan yang dilakukan Valletta jadi terdengar jelas, beberapa murid hanya menatapnya jengkel tanpa mau menegurnya untuk berhenti melakukan itu. Sebab mereka tahu, jika Valletta adalah senior, dan mereka tidak memiliki keberanian cukup untuk menegur Valletta.

Selagi mengetuk-ngetuk jarinya pada permukaan meja, satu tangannya lagi sibuk mencoret-coret buku catatannya. Valletta tidak sedang mengerjakan tugas, cewek itu hanya mencoret-coret asal kertasnya dengan nama Nerra dan beberapa anak panah yang terhubung dengan beberapa nama cowok. Valletta melingkari nama Aldo dan memberikan tanda tanya besar di samping lingkarannya. Ia berpikir, alisnya mulai berkeriut-keriut, berharap bisa menemukan satu saja simpul yang bisa ia urai, tapi isi kepalanya justru semakin semrawutan.

Kesal karena pemikirannya tidak kunjung menemui titik terang, Valletta merobek kertasnya dan berdecak kesal sampai menutup bukunya dengan bantingan cukup keras. Tindakan Valletta itu makin menimbulkan kegaduhan di perpustakaan.

"Harap tenang, ini perpustakaan."

Teguran yang Valletta yakini berasal dari meja penjaga perpustakaan itu membuat Valletta meringis kecil, agak malu juga sebenernya. Ia melirik sekelilingnya, ada beberapa siswa siswi yang kini tengah memerhatikannya. Valletta hanya memberikan senyum canggung tanda bahwa ia meminta maaf karena sudah menganggu ketenangan mereka.

Diliriknya jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya, waktu istirahat kedua tinggal sisa lima belas menit lagi. Valletta sebenarnya lapar, tapi ia terlalu malas untuk ke kantin sebab ia yakin akan bertemu dengan cowok sinting bernama Arran di sana. Sepertinya, lebih baik ia kembali ke kelasnya saja dan menitip makanan ringan pada teman-temannya yang saat ini berada di kantin.

Valletta bangkit dari posisi duduknya dan segera merapikan buku catatnya. Ia melangkah keluar dari perpustakaan setelah mengangguk sambil tersenyum pada penjega perpustakaan.

Keluar dari area perpustakaan, Valletta langsung menghentikan langkahnya saat dari jauh sudah mendapati sosok Arran dan juga Agra. Kedua cowok itu tengah berjalan sambil berbicara sesuatu entah tentang apa. Malas melewati jalan yang sama dengan cowok itu, Valletta memilih putar balik dan memilih jalan lewat bagian belakang perpustakaan. Meskipun jaraknya lebih jauh, tidak apa asal ia tidak berpapasan dengan si sinting Arran dan temannya yang menyebalkan.

Valletta agak terbatuk saat melewati area gudang peralatan kelas, matanya memicing saat mendapati sosok yang tengah bersandar pada dinding gudang sambil merokok. Valletta melangkah semakin dekat, memastikan jika siswa yang sedang merokok di area sekolah itu adalah Aldo.

Benar, itu memang Aldo. Sepertinya pilihan Valletta untuk menghindari Arran benar-benar tepat. Sebab dewi fortuna mendadak berbaik hati padanya dan langsung mempertemukan dirinya dengan Aldo yang keberadaanya sedari pagi ia cari-cari. Ia pikir Aldo tidak masuk sekolah, ternyata cowok itu bolos kelas sedari pagi.

"Dilarang merokok di area sekolah," ujar Valletta saat jaraknya hanya beberapa meneter saja dari Aldo. Cowok itu menoleh sekilas, dan kemudian kembali pada kegiatannya. Tidak memedulikan Valletta sama sekali.

"Kayaknya tulisan itu dicetak gede banget di setiap sudut sekolah ini, entah lo-nya yang emang enggak bisa baca atau lo selalu pura-pura buta," kata Valletta dengan sangat ringan dan diiringi senyum. Akan tetapi kalimat itu justru membuat Aldo geram bukan main. Ingin rasanya ia menjotos Valletta, tapi ia masih memiliki sedikitnya rasa kasihan dan tidak tega.

BAD GAMESWhere stories live. Discover now