• 20 •

45.8K 4.1K 99
                                    

#20 — Is That Bad?

• • •

Malam ini, momen yang sangat langka benar-benar terjadi. Valletta beserta kedua orang tuanya dan juga Valencia telah selesai makan malam bersama di sebuah restoran mewah ternama.

Sedari tadi, Valletta yang paling antusias dengan hal ini, sebab kedua orang tuanya itu sangat jarang memiliki waktu luang untuk sekedar berkumpul bersama dan jalan-jalan ke luar rumah.

Sembilan puluh persen perasaan Valletta dibuat senang malam ini. Sebab ia bisa merasakan lagi kehangatan keluarga yang selalu ia impikan. Akhir-akhir ini, mama dan papa sangat perhatian, menanyakan bagaimana sekolahnya, perkembangan terapinya, dan lumayan sering meluangkan waktu untuk keluarga. Namun, sepuluh persen dari perasaanya malam ini justru gusar karena ponselnya tidak berhenti bergetar setiap sepuluh menit sekali karena Arran terus menganggunya.

Valletta sudah mencoba mengabaikan berbagai pesan masuk yang menujukkan seberapa kesal Arran karena sejak jam istirahat di sekolah, Valletta terus menghindarinya dan tidak kunjung membalas pesan atau menjawab teleponnya.

"Kok mama kangen Nata, ya? Kalian satu sekolah, 'kan? Kenapa enggak pernah kamu ajak main ke rumah?" tanya mama tiba-tiba saat mereka baru saja melangkah menjauhi meja tempat keempatnya makan tadi.

"Duh. Udah mantanan kali, Ma. Pada musuhan sekarang," sahut Valencia cuek sambil menggandeng lengan papanya. Membuat Valletta langsung mendelik sebal pada kakaknya itu.

"Ya meskipun udah putus, enggak ada salahnya menjalin pertemanan loh, Sayang. Kalian kan awalnya juga temenan, dari SD malah, jangan musuh-musuhan gitu ah, sayang loh."

Dari sekian banyak yang bisa diobrolkan, kenapa harus Nata sih?

Valletta langsung tidak mood karena hal itu. Ia memilih bungkam, mengeluarlan ponsel dari sling bag-nya sebagai peralihan. Ada banyak pesan masuk dari Arran, dan pesan terbarunya benar-benar membuat Valletta tiba-tiba berdebar panik.

Sayang

Lo benar-benar bikin gue kesel. Lo liat aja apa yang bakal gue lakuin kalau kita masih enggak ketemu dalam 1x24 jam.

Valletta tidak tahu apa yang akan Arran lakukan, tapi mengingat cowok itu sinting, nekat, dan tidak peduli batasan, Valletta jadi cemas.

"Eh?" Mama Valletta bereaksi tiba-tiba saat mereka baru saja keluar dari pintu restoran. "Dara?!"

"Abel?!" Wanita dengan dandanan glamor menghampiri dengan sama hebohnya. Diikuti seorang pria berjas yang wajahnya terasa tidak asing untuk Valletta. Peria berjas itu nampaknya juga kenal dengan papanya karena mereka langsung bersalaman sambil basa-basi sebentar.

"Siapa, Pap?" tanya Valletta saat melihat interaksi kedua ibu-ibu heboh yang kini berpelukan sambil cipika-cipiki.

"Temen kuliah mama, suaminya juga junior papa dulu di kampus," jawab papanya sambil melihat jam di pergelangan tangannya. "Kayaknya, kita batal pulang. Pasti lama ini," bisiknya pada Valletta.

"Nih, Ra ini anak-anakku. Valencia sama Valletta, yang ini bungsu." Mamanya tiba-tiba menarik Valletta. Tersenyum, Valletta langsung menyalami teman mamanya itu lengkap dengan suaminya yang memancarkan aura galak-galak ganteng.

"Cantik-cantik, ya. Valletta ini yang seumuran sama anakku ya, Bel?" tanyanya sambil memperhatikan Valletta penuh minat setelah tersenyum pada Valencia.

"Iya. Sekolah di Adidarma juga, baru aja pindah pas tahun ajaran baru. Mana anak kamu? Enggak ikut, nih?"

"Ikut kok dia," gumam Tante Dara dan mulai celingukan lalu melambai-lambai dengan wajah kesal.

BAD GAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang