• 42 •

28.8K 3K 572
                                    

#42— Arran's girlfriend

*kok kalian bisa nemuin cerita ini sih?

• • •

Suasana hening mendominasi ruang makan itu, sesekali hanya terdengar bunyi dentingan sendok dan garpu yang berbenturan dengan piring.

Kedua orang tua Valletta saling tatap, berbicara lewat tatapan mata sambil sesekali melirik pada putri bungsunya yang sedari tadi kebanyakan melamun dengan tampang suram.

Valencia yang duduk di samping Valletta jelas bisa merasakan gerak-gerik kedua orang tuanya. Sambil menenggak susu rendah lemak kesukaanya, Valencia ikut memerhatikan wajah adiknya dari samping lalu beralih pada kedua orang tuanya.

"Dih, Mama sama Papa kenapa sih ngeliatin adek mulu?" tanya Valencia heran. Mulai gerah dengan adegan saling tatap dan memerhatikan dalam diam seperti itu. Mereka seperti menahan-nahan sesuatu yang ingin dibicarakan. Valencia jadi gregetan sendiri.

Mendengar kalimat Valencia itu, Valletta yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri kini mengangkat wajah, menatap pada kedua orang tuanya.

"Kenapa? Mah, Pah?"

Mama tersenyum pada Valletta dengan hangat. Ia menatap putrinya itu dengan sorot mata yang sangat lembut, membuat Valletta dilanda perasaan bingung pada sikap orang tuanya hari ini.

"Sayang, kamu baik-baik aja? Kayaknya beberapa hari ke belakang Mama perhatiin kamu murung terus," ujar mamanya dengan suara amat lembut dan hati-hati.

"Letta baik-baik aja, Mah. Letta cuma lagi ngerasa cape aja banyak tugas sama ujian ini itu."

Valletta memberikan senyum menenangkan, ia tahu kedua orang tuanya khawatir terhadap dirinya.

"Jangan terlalu dipakasain sayang, kalau kamu cape, istirahat dulu enggak apa-apa."

Tidak menyahut, tapi Valletta mengangguk patuh sambil senyum pada papanya yang baru saja berbicara.

Mama masih menatapi Valletta, seperti ragu ingin mengucapkan sesuatu. Valletta melihat gelagat itu dengan jelas. Tidak mau terlalu mendesak, Valletta dengan sabar menunggu.

"Sayang, Papa harus dinas ke luar kota selama lima hari," kata papanya mendahului. "Enggak apa-apa, 'kan kalau kamu ditinggal?"

"Sama Mama juga?" tanya Valletta sambil menatap mama. Anggukan dari wanita yang melahirkannya itu langsung membuat raut wajah Valletta kembali terlihat muram.

Meskipun diawal-awal mereka berjanji untuk tidak sering-sering meninggalkan Valletta, nyatanya mereka tetap tidak bisa melakukan itu. Tetap saja, pekerjaan bagi mereka adalah yang paling utama.

"Yaudah, aku bilang enggak boleh juga Mama sama Papa harus tetep pergi, 'kan?" kata Valletta dengan suara sangat pelan.

Lain dengan Valletta yang merasa tidak suka dengan kepergian orang tuanya, Valencia justru senyum-senyum senang sambil bersorak girang dalam hati.

"Udah, enggak apa-apa! Mama sama Papa tenang aja deh, Letta aku yang jaga di sini." Valencia berusaha untuk tidak membuat kedua orang tuanya berubah pikiran.

"Ini yang terakhir, Papa janji setelah ini kita libur panjang. Kamu mau liburan ke luar negeri, 'kan? Nanti kita pergi ke Venezia mau?"

Ditawari seperti itu, mau tidak mau Valletta langsung tersenyum senang. Jarang sekali ada kesempatan untuk berlibur ke luar negeri bersama kedua orang tuanya. Apalagi, tempat yang akan dikunjunginya adalah kota impiannya.

BAD GAMESWhere stories live. Discover now