• 15 •

53K 4.1K 360
                                    

#15 - You're Special

• • •

"Ih, gue masih penasaran sama siapa yang naro beling-beling itu di kolong meja Valletta," ujar Seina antusias sambil membalikan badannya untuk menghadap Agatha.

Jam pulang sudah lewat lima menit yang lalu, tapi mereka masih ada di kelas dan belum bersiap-siap untuk pulang. Beberapa murid lainnya pun masih ada di kelas untuk sekedar berbicang, melakukan piket, mengerjakan tugas bagi yang terlalu rajin, dan banyak lagi. Ada juga yang langsung memilih pulang.

"Nada sama temen-temennya mungkin enggak, sih?" tanya Agatha. Saat ini, cewek yang dekat dengan Arran dan nempel terus pada cowok itu adalah Nada. Cewek itu memang sangat menyebalkan dan tidak menutup kemungkinan berotak jahat sampai berani mencelakai Valletta.

"Bisa jadi!" seru Seina dengan berapi-api. "Karena Nada enggak berani labrak dan ngerjain Valletta secara langsung karena tahu dia temen kita, cewek itu diem-diem neror Valletta. Mungkin, 'kan?"

"Mungkin sih. Tapi kalau emang Nada yang neror Valletta karena Arran. Harusnya Nada juga kasih semacan peringatan yang mengarah ke sana, misalnya pake surat yang isinya suruh jauhin Arran gitu? Kalau kayak gini doang, motifnya enggak jelas. Valletta juga enggak bakal ngeh langsung ke Arran dan ambil keputusan buat jauhin dia hanya karena ada beling di kolong mejanya." Berlina berkomentar sambil menarik resleting tasnya.

"Jadi maksud lo, bisa aja ini bukan ulah seseorang yang ada kaitannya sama Arran?" tanya Agatha.

"Bisa jadi memang bukan. Atau kalau memang ini ulah Nada, bisa jadi untuk yang pertama ini dia sengaja enggak ngasih peringatan tertulisnya, kalau kayak gitu ... kemungkinan besar bakal ada teror lagi ke Valletta."

"Tapi kemungkinan besarnya emang diantara cewek-cewek yang nge-fans sama Arran. Di antara mereka pasti banyak yang enggak suka karena Valletta dengan cepat bisa dapet tempat special setelah Nerra enggak ada," kata Agatha. "Selain mereka, siapa lagi coba yang kira-kira enggak suka sama Valletta?"

Berlina dan Seina diam, keduanya mulai berpikir. Seina nampak pusing, alisnya mengkerut bingung, cewek itu mengetuk-ngetukan ponselnya ke dagu dengan cemas.

"Aduh, pusing gue." Seina menyerah.

"Lagian kok Letta enggak mau lapor pihak sekolah, sih? Tiap kali ada kejadian enggak enak, dia selalu enggak mau dilaporin, kenapa sih dia?" tanya Agatha bingung.

Berlina dan Seina mulai memikirkan hal itu juga. Valletta selalu menolak melaporkan hal tidak menyenangkan yang terjadi padanya kepada pihak sekolah. Cewek itu seperti malas memperpanjang masalah dan membiarkan apa yang terjadi padanya berlalu begitu saja tanpa ditindak lanjuti. Hal itu jelas saja menimbulkan tanda tanya di benak ketiga temannya.

"Hai calon ibu dari anak-anakku, kok kamu belum pulang?" tanya sebuah suara dari pintu kelas 12 IPA 4.

Agatha hapal suara itu. Ia langsung menggertakan giginya saat Agra tersenyum dan berjalan mendekati mejanya. Ada Arran juga di belakang cowok itu, Agatha tebak pasti ia mencari Valletta.

"Mau pulang sama siapa hari ini?" tanya Agra. Cowok itu membungkuk, sedikit merentangkan kedua tangannya dan bertumpu di meja Agatha.

"Deva," jawab Agatha ketus.

"Deva terus, sama akunya kapan, Sayang? Kamu janji katanya kalau aku enggak ganggu kamu selama setahun, kamu bakal mau pulang dianter aku."

"Apasih, Gra? Jijik tau, ga?! Dan lagi, ini belum setahun!" bentak Agatha kesal.

Mengabaikan Agra yang sibuk menggoda Agatha dan mulai dikompori Seina, Arran berbicara dengan Berlina.

"Lo balik sama siapa?" tanya Arran.

BAD GAMESWhere stories live. Discover now