• 21 •

48.1K 3.8K 249
                                    

#21 — Hush

• • •

"Tunggu di sini," ujar Arran sambil melepas sabuk pengamannya. Ia membuka jas dan menggulung lengan kemejanya sebelum keluar dari mobil dan melangkah menuju minimarket.

Di dalam mobil, Valletta mengembuskan napas gusar, ia melihat jam di ponselnya yang menujukkan pukul setengah sembilan malam kurang. Arran belum berniat mengajak Valletta pulang, cowok itu terus mengajak Valletta ke tempat-tempat aneh tapi Valletta juga menolak berkali-kali. Pada akhirnya, mereka hanya berputar-putar tidak tentu arah sambil mengobrol ini itu.

Bosan menunggu di dalam mobil, Valletta keluar berniat menyusul Arran ke minimarket. Ponselnya lalu berdering, tanda panggilan masuk. Valletta mengerutkan alis karena nomor itu tidak dikenalnya. Akan tetapi, ia takut yang menghubunginya itu orang penting, maka dari itu Valletta memutuskan untuk mengangkat panggilannya.

"Hallo?"

Hening, tidak ada sahutan dari seberang sana.

"Ini siapa, ya?"

Masih tidak ada sahutan, alis Valletta semakin bertautan karena bingung. Selagi menunggu penelepon itu bersuara, mata Valletta menjelajah jalan di hadapannya. Matanya sedikit memicing saat melihat sosok bertopi dan masker hitam di sebrang sana—di deretan ruko-ruko yang sudah tutup. Orang itu tidak bergerak, terus berdiri mematung menghadapnya.

Satu yang membuat Valletta menjadi penasaran, orang itu tengah mengangkat tangan kanannya seperti sedang menelepon. Perasaanya jadi tidak enak. Valletta dengan cepat berprasangka bahwa orang di seberang sanalah yang tengah meleponnya kini.

"Ada yang lo cari?"

Valletta langsung merinding saat mendengar suara si penelepon yang serak dan sangat rendah itu. Mendadak ia merasakan angin malam ini terasa sangat dingin menerpa kulitnya.

"S-siapa? Ini siapa?"

Tidak ada sahutan. Pandangan Valletta masih tertuju pada sosok di seberang sana yang kini tengah menurunkan lengannya dan memasukan sesuatu ke saku jaketnya.

Valletta langsung menatap layar ponselnya dan ternyata panggilan itu sudah diputuskan. Sekarang Valletta yakin, orang di seberang sana adalah orang yang baru saja meneleponnya.

Karena terlalu penasaran, Valletta memutuskan untuk menyebrang jalan mengejar orang itu. Ia penasaran pada apa maksud dari kalimat orang itu. Mengapa dia bertanya tentang yang Valletta cari?

"Hey, tunggu! Lo yang barusan nelfon gue, 'kan?" tanya Valletta sambil mengikuti cowok itu di belakang. Ia agak kesusahan karena wegdes yang dikenakannya.

Tidak ada sahutan, orang itu terus berjalan dengan sangat cepat.

"Lo siapa sih? Enggak usah sok misterius deh. Lo pasti orang yang gue kenal, 'kan? Karena itu lo bisa punya nomor gue. Terus apa maksud lo ngomong kayak gitu tadi?" tanya Valletta masih terus mengekori orang itu tanpa sedikit pun merasa takut. Ia bahkan tidak sadar jika orang itu terus membawanya menjauh dari tempat asal. Memasuki gang sempit dan gelap.

Masih tidak ada jawaban, Valletta yang kesal berusaha menyusul dan mendekat untuk meraih lengan jaket orang itu. Saat ia berhasil meraih lengan jaket orang itu, dengan cepat ia berbalik dan mendorong Valletta keras hingga bagian samping kepalanya membentur tembok gang.

Pusing, Valletta merasa kepalanya sangat sakit sekali. Valletta jatuh terduduk, ia lalu mendongak, melihat orang itu berjalan mendekat dan membayanginya. Ia tidak bisa melihat jelas wajahnya karena masker yang digunakan ditambah wilayah ini cukup gelap. Valletta mendadak linglung, ia tidak tahu di mana ia berada saat ini.

BAD GAMESOnde as histórias ganham vida. Descobre agora