• 24 •

41.8K 3.6K 343
                                    

#24 - A-0107

• • •

Arran keluar dari salah satu club dengan langkah santai sambil memasukan kedua lengannya pada saku jaket, meninggalkan kedua temannya-Agra dan Ben-yang sedang sibuk dengan cewek-cewek hasil buruan mereka di club.

Ia sudah tidak berselera berdiam diri di sana hanya untuk minum-minum dan dipepeti cewek-cewek kurang belaian yang malah membuat isi kepalanya semakin kusut.

Hari ini, Arran memang banyak pikiran. Padahal yang ia pikirkan hanya satu orang, tapi kepalanya benar-benar penuh dan tidak berhenti berpikir. Maka dari itu temen-temannya mengajak Arran ke tempat ini berniat untuk membuatnya rileks. Sayangnya, malah kedua orang itu yang bersenang-senang sendiri.

Arran menaiki motornya, memakai helm lalu tancap gas meninggalkan club itu. Ia membelah jalanan malam ibu kota dengan kecepatan sedang. Beberapa menit kemudian, ia sudah sampai di rumahnya.

Mematikan mesin motor, Arran membuka helmnya. Alih-alih masuk ke dalam rumah, cowok berperawakan jangkung itu malah keluar dari gerbang rumahnya dan menuju rumah Berlina.

"Anjir!" pekik seseorang yang baru saja membuka pintu dan kaget melihat Arran yang sudah berdiri di sana hendak mengetuk.

"Ken, bahasanya dijaga ya!" Seorang wanita menegur dari dalam rumah. Bocah SMP bernama Alken itu hanya mendengus menanggapi teguran mamanya.

"Ngapain sih Bang diem di situ? Kaget gue jadinya."

"Baru aja mau gue ketok," ujar Arran tanpa dosa.

"Nih bau-baunya mau ngungsi di kamar gue nih," tebak Alken rada jengkel.

"Malam ini doang Ken, gue kesepian dan butuh teman tidur," kata Arran ambigu. Ia menyunggingkan senyum aneh pada Alken lalu melangkah melewati bocah SMP kelas 2 itu.

"Bun! Ada Bang Arran tuh mau ngungsi lagi. Usir aja Bun usir!" teriak Alken.

"Arran masuk sini, Ar." Mama Alken berteriak dari dalam.

Arran mendengus geli saat mendengar Alken bersungut-sungut sambil pergi meninggalkan rumah. Paling-paling jajan mie tek-tek di depan.

"Tan, Arran nginep ya," kata Arran pada Tante Dewi yang sedang menonton sinetron di ruang keluarga.

"Hmm," sahut Tante Dewi mengiyakan. "Kalau laper, minta bibi angetin aja makan malamnya, Ar."

Arran hanya mengiyakan dengan singkat dan langsung melangkah menuju kamar Alken di atas. Saat hendak membuka pintu kamar Alken, Arran membatalkan niatnya karena kamar Berlina yang ada tepat di seblah kamar Alken pintunya sedang dibuka lebar-lebar.

Dilihatnya Berlina yang tengah membaca novel di sofa dekat jendela sambil ngemil biskuit. Arran melangkah memasuki kamar itu dan langsung menjatuhkan dirinya di kasur empuk milik Berlina.

"Dari mana?" tanya Berlina heran sambil mengangkat wajahnya dari novel yang sedari tadi ia baca.

"Club," jawab Arran cepat.

"Sama anak-anak?"

"Nata enggak ikut, Ber. Tenang aja," kata Arran. Paham betul ke mana tujuan pertanyaan Berlina.

Nata memang tidak pernah ikut-ikutan lagi kalau temen-temannya mulai bejat seperti ini. Temannya yang irit sekali bicara itu sepertinya sudah mulai mengurangi kadar kenakalannya setahun belakangan ini.

Berlina menutup novelnya dan meletakan buku itu di sofa. Ia memperhatikan Arran yang tidur telentang di kasurnya sambil menatap langit-langit kamar.

BAD GAMESWhere stories live. Discover now