• 22 •

46.9K 3.9K 746
                                    

#22 - Slighty Mad

• • •

Hal yang paling Valencia syukuri dari berpacarannya Valletta dengan Arran adalah lepasnya kewajiban untuk mengantar jemput adiknya itu ke sekolah. Mulai hari ini, Valletta sudah resmi bukan lagi tanggung jawabnya karena sudah ada Arran yang mengambil alih tugas mengantar jemput itu.

"Dadah adikku sayang, sekolah yang rajin ya. Kakak pasti selalu doain kamu tiap hari biar cepet lulus lalu nikah sama Arran," teriak Valencia dari pintu rumah dengan cengiran bahagia tapi masing setengah sadar.

Valletta mendesis kesal karena tingkah absurd kakaknya itu dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil Arran.

"Ay," panggil Arran saat Valletta sudah duduk di kursi penumpang dan sibuk memakai sabuk pengaman.

"Hmm?" sahut Valletta tanpa menoleh.

Tidak ada sahutan lagi dari Arran. Cowok itu malah diam memandangi Valletta lekat-lekat dari samping. Ia mengetuk-ngeruk telunjuknya pada kemudi, sedang berpikir dan mempertimbangkan sesuatu.

"Kenapa?" tanya Valletta heran. Kini ia menolehkan wajahnya untuk menatap Arran.

Arran diam sejenak lalu memutuskan kontak mata itu. Melupakan apa yang hendak ia bicarakan pada Valletta.

"Dih apaan sih?" tanya Valletta bingung dengan sikap Arran.

"Aylafyu," ujarnya dengan sangat datar lalu menyalakan mesin mobil, membawa mobil itu menuju sekolah.

"Merinding, tapi kesel juga pengen mukul," gumam Valletta ketus.

Arran lalu terkekeh pelan sambil mengacak rambut Valletta dengan sedikit brutal. Valletta hanya mendesis kesal sambil kembali merapikan rambutnya. Ia tidak mengerti dengan Arran, sepertinya cowok itu lupa membawa jiwa normalnya pagi ini. Cowok itu sudah agak sinting padahal ini masih sangat pagi.

Valletta juga jelas bisa melihat wajah Arran masih terlihat mengantuk. Penampilan cowok itu juga lebih acak-acakan dan kusut dari biasanya. Sepertinya Arran kurang tidur. Cowok itu menjaganya semalaman di rumah sampai kedua orang tua Valletta pulang. Kata Valencia, Arran juga yang menggendong Valletta dari sofa dan menidurkannya di kamar. Ia sudah benar-benar bersikap kelewat peduli pada Valletta. Hal itu jelas membuat Valletta makin tersentuh pada perlakuan Arran.

Gimana bisa gue enggak baper sama ni cowok gila satu? Hhhh.

Dan sekarang, melihat Arran terlihat mengantuk dan lelah seperti itu, Valletta merasa bersalah dan juga kahawatir. Gara-gara menemaninya di rumah, Arran harus pulang malam. Padahal, Valletta sudah bilang ia tidak apa-apa, tapi cowok itu batu dan malah stay di rumahnya hanya untuk menemani Valletta tidur di sofa.

"Udah sarapan?" tanya Valletta setelah sadar bahwa sedari tadi ia membawa kotak makan berisi nasi goreng special buatannya sendiri.

"Belum," jawab Arran dengan mata fokus ke jalanan.

"Suka nasi goreng enggak? Gue bikin ini sih tadi."

Arran menoleh pada Valletta lalu tersenyum miring. "Apa nih? Latihan buat jadi calon istri gue?"

"Yaudah kalau enggak mau," sahut Valletta malas karena diledeki seperti itu.

"Mau."

"Nih." Valletta menyodorkan tupperwarenya pada Arran. Agak ragu sebenarnya, takut Arran bilang tidak enak dan tidak suka dengan nasi goreng buatannya.

Arran mengangkat satu alis memandangi kotak bekal yang disodorkan Valletta. Tatapannya kini beralih pada wajah Valletta.

"Enggak lihat gue lagi nyetir? Suapinlah."

BAD GAMESWhere stories live. Discover now