Gevan tertawa puas ketika membuat genna salah tingkah didepannya, benar-benar lucu. "Siap?"

Genna mengangguk kemudian menggandeng tangan gevan.

Genna duduk disalah satu sofa yang terletak didalam ruangan gevan, sedari tadi genna hanya memperhatikan gevan sesekali ia juga berjalan mengelilingi ruangan gevan untuk menghilangkan rasa jenuh.

Genna duduk dibangku tepat didepan meja gevan, ia memperhatikan gevan yang sedang memeriksa beberapa kembar kertas ditangannya. Genna mengetukkan jarinya diatas meja, sebelah tangannya menopang dagunya.

"Kamu bosan?" Tanya gevan disela kegiatannya memeriksa riwayat pasiennya.

Genna menganggukkan kepalanya. "Kakak masih lama? Kepala nana pusing lagi."

Gevan meletakkan kertasnya, lalu menumpuknya menjadi satu. Ia memegang kening genna, hangat. Gevan beranjak dari tempat duduknya lalu mengajak alena untuk berbaring dibankar yang ada diruangannya.

"Kamu tidur saja."

Genna menatap gevan sejenak. "Kalau ada pasien kakak gimana?"

Gevan tersenyum kecil. "Hari ini mereka hanya konsultasi."

"Yaudah genna tidur."

Sebelum genna menutup matanya, gevan mencekak tangan genna yang hendak menaikkan selimut. Genna menaikkan sebelah alisnya. "Besok kamu masuk kuliah?"

Genna mengangguk ragu. "Nana usahakan besok kuliah, tapi mereka?"

"Kamu tidak perlu khawatir mereka sudah diberi sanksi."

"Nana tidur ya."

Gevan mengangguk lalu menutup tirainya.

🌦

"Kak kita kerumah ummi dulu ya."

Gevan melirik genna sebentar lalu kembali fokus untuk menyetir. "Mau ngapain?"

"Mau ketemu ummi sama abang."

Gevan mengangguk kemudian membelokkan mobilnya menuju jalan arah rumah mertuanya. Sepertinya genna sakit bukan hanya karna masalah kampus melainkan juga karna merindukan keluarganya, gevan hanya tersenyum kecil saat menatap genna yanh terlihat tidak sabar sampai kerumah.

Gevan juga sudah mengambil obat yang harus genna konsumsi dirumah. Ah iya, ia jadi teringat ucapan perawat yang menjaga klinik dirumah sakit tadi hari ini ia harus membuktikan kebenarannya.

Flashback on!

"Obat buat siapa dok?" Tanya sang penjaga klinik itu.

"Istri saya."

"Oh begitu, kalau boleh tau istri dokter yang mana?"

Gevan menunjuk genna yang sedang duduk di bangku penunggu yang tak jauh darinya. "Itu yang pakai cadar."

"Namanya siapa dok?"

Gevan menatap datar kearah perawat laki-laki yang tengah memperhatikan genna juga. "Kepo sekali kamu."

Reno--perawat laki-laki, tertawa kecil. "Cuman mau tau dok."

"Genna."

Rani--perawat perempuan, itu membelalakan matanya. "Genna dok?"

Gevan mengangguk. "Kenapa?"

"Wah, benar-benar jadi jodohnya dokter gevan."

Gevan menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya ada apa?"

Rani menggaruk kepalanya kikuk. "Padalah saya disuruh jangan kasih tau, tapi karna keceplosan yaudah. Genna itu teman SMA saya, dia pernah jadi secret admirernya dokter."

Gevan mengerutkan keningnya. "Hah?"

"Itu genna pernah jadi pengagum rahasia dokter, dia udah tertarik sama doker setelah lulus smp gak sengaja ngeliat kakak waktu lagi dicaffe. Dari situ dia mulai cari tau tentang dokter."

Gevan menunjukkan senyumnya. "Terima kasih infonya."

Flashback of!

Gevan memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah mertuanya, ia keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk genna. Gevan merangkul bahu genna karena genna yang sedikit lemas karna masih dalam keadaan sakit.

Gevan mengetuk pintu rumahnya karena tidak ada yabg terpasang pada rumah genna. "Assalamualaikum!"

Sedikit lama menunggu, pintu rumah terbuka terlihat lea--ummi genna membuka pintunya dengan tangan yang masih memegang spatula.

"Wa'alaikumsalam, yaampun anak ummi kenapa pucat gini?"  Lea menangkup wajah genna dengan sebelah tangannya.

Genna menatap sayu pada umminya. "Ummi suruh nana masuk dulu dong, nana pusing."

"Yaudah ayo masuk."

Genna dan gevan masuk kedalam rumah, lea menyuruh gevan untuk langsung membawa genna kekamarnya. Kali ini gevan harus menggendong genn karena kamar genna berada dilantai atas, dengan perlahan gevan menaiki tangga sesekali ia menatap wajah genna yang terlihat lemas.

Gevan merebahkan tubuh genna diatas kasur, setelah itu gevan menutup pintu kamar genna. Gevan kembali kesisi kasur genna. "Mau sesuatu?"

Genna menggeleng lemah. "Nana mau tidur aja."

Gevan mengangguk kemudian beranjak dari sisi kasur, gevan mengamati kamar genna dari sudut kesudut. Kamar genna cukup besar dengan dinding berwarna pink dan biru muda. Gevan mulai melangkahkan kakinya meneliti barang-barang alena.

Ia berhenti tepat didepan meja belajar genna, buku-buku tersusun rapi disitu ia mulai mengamati satu persatu bukunya. Hingga tangannya terhenti pada sebuah buku berwarna pink, ia terkejut ketika membuka halaman pertama disana tertera namanya.

Ternyata kamu memang mengagumi saya.

Gevan mulai membalik halaman-halaman lainnya, tidak banyak tulisan disana hanya foto-fotonya dirinya yang tertempel disana lengkap dengan tanggal, bulan dan tahun. 

Selama itu kamu memendamnya?

🌦

Terima kasih para readers yang sudah membaca ceritaku, jangan lupa komen dan vote ya. Satu lagi follow juga akun ku hehe.

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Where stories live. Discover now