• 14. Kekhawatiran Raka •

Mulai dari awal
                                    

*****

ketika Raka mencari Ara,  tanpa sengaja kakinya menginjak benda yang terdengar pecah, Raka mengamati benda itu. Dan ternyata itu adalah sebuah senter. Raka yakin bahwa senter itu adalah milik Ara. Dengan senyum mengembang Raka langsung melanjutkan mencari Ara.

Lain hal nya dengan Ara yang masih saja berjalan sekuat tenaganya untuk kembali ke tendanya. Karena jalan yang Ia lalui licin, tak sengaja Ara terpeleset dan jatuh. Ara mencoba berdiri namun, hasilnya nihil. Kaki Ara kesleo.

Dengan tubuh basah kuyup dan wajah pucat karena kedinginan, Ara hanya bisa berdo'a agar ada orang yang membantunya.

"Tolong–" lirih Ara.

"Siapapun tolong." Sekali lagi Ara berteriak sekuat tenaga. Saat ini perasaan Ara menjadi tak karuan.

Samar-samar Raka mendengar teriakan meminta tolong. Dan Raka yakin bahwa suara itu adalah suara Ara.

"Ara– Kamu dimana?" Raka berlari menuju suara yang di dengarnya tadi.

"Raka tolong Ara–" Ara mendengar suara Raka yang memanggil namanya.

Suara Ara terdengar semakin jelas di telinga Raka. Dan akhirnya Raka menemukan Ara yang duduk sambil menangis dan ketakutan.

Raka sesegera mungkin menghampiri Ara dan memeluknya. Terdengar dengan sangat jelas isakan yang keluar dari bibir Ara.

Lega, itulah perasaan yang Raka rasakan ketika berjumpa dengan Ara. Perlahan Raka melepaskan pelukannya dan memegang kedua lengan Ara.

"Lo nggak papa kan?" Terlihat dengan jelas ekspresi khawatir yang mendominasi wajah Raka.

Ara hanya mengangguk tak tahu harus menjawab seperti apa. Lidahnya seakan kelu hatinya senantiasa mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, karena telah mengirimkan seseorang untuk membantunya.

Raka kembali memeluk Ara, Ara yang awalnya ketakutan, seketika merasa sangat aman.

"Yaudah balik yuk, kasihan yang lain pasti khawatir," ucap Raka lembut dengan belum melepaskan pelukannya ke Ara.

Ara menganggukan kepalanya.

"Ah." Ara mencoba untuk berdiri,  namun kakinya yang keseleo membuat Ara tak sanggup berdiri dan kembali terjatuh.

"Kaki lo kenapa?"Raka langsung jongkok dan menatap Ara khawatir.

"Enggak cuma keseleo sedikit kok," ujar Ara,

Dan tanpa basa-basi Raka langsung balik badan, menghadapkan punggungnya ke arah Ara,  seraya menepuk punggungnya sendiri.

Ara bingung harus melakukan apa, dan Raka tahu bahwa Ara merasa tak enak.

"Udah naik aja." Raka menengok kebelakang dan tersenyum manis ke Ara.

Dengan perhalan Ara menaiki punggung Raka. Raka langsung menggendong Ara dan melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat kemping.

Ara merasakan jangtungnya berdetak dua kali lebih cepat, ketika digendong Raka. Begitu pula dengan Raka, Ia merasa sangat senang ketika menggendong Ara.

"Makasih ya Ka," ucap Ara tulus.
Raka hanya tersenyum mendengar penuturan dari Ara.

Saat Raka dan Ara sedang melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat kemping, tiba-tiba mereka melihat, sebuah gubuk kecil yang biasanya di pakai sebagai tempat istirahatnya warga sekitar ketika mencari kayu di hutan ini.

Karena hujan semakin deras, dan hari semakin larut, mereka memutuskan untuk berteduh di sana.

"Ka ... Kita bertetuh di sana aja ya," ujar Ara menunjuk Rumah gubuk kecil di depannya.

Tanpa menjawab, Raka langsung menuju tempat itu. Ia pun segera menurunkan Ara di gubuk itu. Raka duduk di sebelah Ara.

Raka yang melihat Ara kedinginan lantas menggesekkan kedua tangannya dan segera menggenggam tangan kedua tangan Ara. LAra terkejut melihat perlakuan Raka kepadanya.

"Udah lebih anget kan" Ucap Raka lembut, Ara hanya mengangguk dan tersenyum.

Hujan mulai reda Raka berusaha membuat api unggun sederhana untuk menghangatkan dan mengeringkan tubuh mereka. Api unggun pun berhasil di buat oleh Raka.

Raka dan Ara segera duduk di dekat api, agar tubuh mereka hangat dan sedikit kering. Selang beberapa menit, hujan kembali mengguyur kawasan ini. Tetapi,  untungnya tubuh dan baju mereka udah hampir kering.

Raka dan Ara kembali ke gubuk itu. Ara yang mulai di serang rasa kantuknya pun, akhirnya tidur di sana. Raka melihat Ara tertidur dengan posisi kurang nyaman, akhirnya memindahkan kepala Ara ke pangkuannya.

Raka menatap wajah natural Ara, dan mengelus-elus kepala Ara.

"Cantik." Tanpa sengaja kata tersebut keluar dari mulut Raka.

Raka yang mulai diserang oleh rasa kantuknya lantas tertidur dengan posisi duduk bersandar ke gubuk itu.

*****

Pagi harinya Ara terbangun terlebih dahulu, Ia melihat jam tangannya yang masih menunjukan pukul 03.47. Pandangan Ara langsung terpusat pada wajah Raka yang masih tertidur pulas.

"Ternyata lo ganteng juga ya Ka," gumam Ara.

"Emang gue ganteng dari lahir, lo aja yang baru nyadar."Ara terkejut,  melihat Raka yang telah bangun. Ara duduk dan menjadi salah tingkah.

"Lo tunggu di sini sebentar ya," pinta Raka.

"Lo– Lo mau kemana?"tanya Ara untuk mengalihkan rasa gugupnya.

"Udah, pokoknya lo tunggu di sini sebentar jangan kemana mana." Ara mengangguk mematuhi perintah yang Raka berikan.

"Ih Ra lo bodoh banget deh. Kan jadi malu sendiri, dasar Ara begoo!" kesalnya.

Tak lama kemudian Raka kembali dengan seekor ikan yang menggantung digengammannya. Ara berusaha menghampiri Raka dengan menahan rasa sakit di kakinya.

"Mau lo apain ikannya Ka."

"Bakar." Ara hanya mengangguk.

Raka langsung membuat api unggun kecil, untuk membakar ikan yang telah di tangkapnya dari sungai di dekat gubuk itu.

"Makasih ya Ka, gue gak tahu harus bilang apa lagi selain kata itu. Mungkin kalau gak ada lo kemarin entah apa yang akan terjadi pada gue."

"Iya sama-sama, kalaupun gue gak ada gue yakin lo gak akan kenapa-kenapa. Gue tahu lo bukan wanita yang lemah." Raka mengalihkan pandangannya dari ikan yang dibakarnya ke arah Ara.

Ikan yang di telah di bakar Raka pun akhirnya matang,  Raka menaruh ikan tersebut ke daun pisang. Dan Raka duduk di samping Ara.

"Boleh gue nanya sesuatu sama lo?" Raka menaruh ikannya, dan menatap Ara dengan wajah serius.

"Mau nanya apa?" tanya Ara penasaran.

"Tapi, lo harus janji kalau lo bakal jawab jujur pertanyaan gue."

"Iya-iya janji, udah cepet lo mau nanya apa?"

"Sebenarnya lo ...

_Walaupun kau belum jadi milikku,  tapi aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk selalu melindungimu:)_

Bersambung...

Terimakasih telah meluangkan waktu kalian untuk mampir dan membaca cerita ku ini. Semoga dapat menghibur kalian semua.

Jangan lupa. Jaga kesehatan kalian ya Reader's. Dan usahakan
#dirumahaja, jika tak ada kepentingan yang mendesak.

***

KETOS VS PRADANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang