• 19. The End •

700 46 13
                                    

Happy Reading 😊

"Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri dahulu kepada Om dan Tante, Nama saya Aditya Raka Pratama biasa dipanggil Raka." Raka menahan rasa gugupnya ketika berbicara dengan kedua orang tua Ara.

"Jadi niat saya ke sini itu tak lain tak bukan adalah meminta izin kepada om dan tante untuk menjadikan Destiara Silvia Putri Dinata, putri om dan tante sebagai tunangan saya. Jika kalian mengizinkan saya akan membawa kedua orang tua saya ke sini secepatnya," terang Raka dengan satu tarikan nafas.

Indro dan Karin saling menatap satu sama lain. Senyuman terbit di bibir Karin, berbanding terbalik dengan Indro yang sudah menahan geramnya.

"Saya apresiasi niat kamu, tapi apa tidak terlalu cepat untuk tunangan. Bahkan kalian berdua saja belum lulus sekolah. Dan Om belum mengenal keluarga kamu Raka." Raka menghela nafas panjang.

"Saya selalu orang tua Ara memang tidak membatasi pertemanan Ara dengan lawan jenis asal tahu batasan saja. Saya tidak mau anak saya menangis karena orang yang belum tentu menjadi imam nya kelak."

"Tapi, dengan keberanian yang kamu miliki, saya semakin yakin kalau kamu itu anak yang baik. Saya tidak mau kamu terburu-buru dalam mengambil keputusan, coba dipikirkan terlebih dahulu. Mungkin jika memang kalian berdua jodoh, setelah lulus sekolah kamu bisa datang memboyong keluarga kamu ke sini. Rumah kami selalu terbuka lebar." Raka menatap papa Ara dengan gembira. Mendengar kalimat yang terucap dari Indro, membuat Raka semakin percaya diri.

"Terimakasih atas kesempatannya om, tante, dan sekali lagi izinkan saya untuk mengatakan cinta saya ke Ara. Saya takut jika saya tidak memberi tahu Ara sekarang, nanti keburu ada yang lain." Semua yang ada di ruangan itu terharu sekaligus tertawa mendengar celotehan Raka.

*****

Sore harinya Ara sudah rapi dengan seragam kebanggannya yaitu putih abu-abu lengkap dengan almamaternya. Ara pun sudah siap untuk pergi ke taman belakang sekolahnya tentunya untuk mengikuti rapat OSIS, sesuai dengan apa yang dikatakan Ifa.

Setelah taksi online yang Ara pesan datang, dengan segera Ara memasuki taksi tersebut. Ara bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Untuk apa rapat OSIS dilakukan pada sore hari? Dan kenapa harus di taman belakang sekolah? Bukannya di ruang osis lebih enak?

Sesampainya Ara di depan sekolah, dengan langkah ragu, Ara berjalan memasuki gerbang sekolah yang sedikit terbuka. Di sana Ara telah di samput dengan kedua satpam sekolahnya.

Ketika Ara akan tiba di taman belakang sekolah, tiba-tiba sepasang tangan kecil mentutupi matanya. Ara sangat kenal dengan pemilik tangan tersebut.

Ya- Ifa, itu adalah tangan milik Ifa. "Ish, apaan sih Fa! Main nutup-nutup mata gue aja," omel Ara sedikit kesal.

"Udah diem aja, gue ada kejutan buat lo," ucap Ifa.

"Kejutan apa? Jangan macem-macem ya Fa!" Ifa hanya terkekeh.

Dengan hati-hati Ifa menuntun Ara menuju ke suatu tempat. Dengan mata yang masih tertutup , Ara mengikuti arahan dari Ifa.

"Setelah gue buka, jangan buka mata dulu ya Ra. Tunggu aba-aba dari gue, baru lo boleh buka mata." Ara mengangguk sebagai jawaba.

Perlahan Ifa melepaskan tangan yang menutupi mata Ara. Setelah Ifa merasa jika semuanya sudah siap. Ifa memberi kode kepada Ara untuk membuka matanya.

"Setelah hitungan ketiga lo boleh buka mata. Satu- dua- tiga- " Dengan perlahan Ara membuka matanya. Hal pertama yang Anisa lihat adalah sosok laki-laki memakai pakaian seragam pramuka lengkap dengan atributnya, sedang berdiri agak jauh di depan nya, laki-laki tersebut membawa boneka kambing yang sangat besar. Raka, satu nama itu yang memenuhi pikirannya saat ini.

Tak lama kemudian Raka berjalan mendekati Ara. Raka berhenti tepat di depan Ara yang diam tak berkutik. Sambil tersenyum Raka berkata,
"Lo inget saat kita ngobrol di pinggir sungai waktu itu, orang yang gue suka itu lo Ra."

Mendengar perkataan Raka barusan, jantung Ara seakan berhenti berdetak. Ia nyata atau hanya sekedar mimpi Ia tak tahu. Namun, jika benar ini mimpi tolong jangan bangunkan Ara saat ini.

"Semenjak saat itu, setiap gue mau mejamin mata selalu ada bayangan lo. Gue seneng saat ngelihat lo ketawa."

"Lo tahu, betapa khawatirnya gue saat lo nyasar di dalam hutan waktu kemping itu. Dan betapa senangnya gue saat gue bisa nemuin lo waktu itu. "

"Gue memang gak pintar mendeskripsikan apa itu cinta. Tapi yang gue tahu cinta tak butuh banyak pendeskripsian. Dan cinta lebih memperutamakan bukti dari pada janji." Mata Ara berkaca-kaca menatap Raka yang berada di depannya.

"Gue gak mau banyak bertele-tele yang gue tahu gue cinta sana lo," ucap Raka tulus dari hati.

"Dan jujur, awalnya memang gue gak suka sama lo atau bahkan gue benci banget sama lo karena persaingan di organisasi kita. Namun, gue sadar bahwa cinta dan benci itu beda tipis keberadaannya. Gue gak bisa nembak lo buat jadi pacar gue, tapi gue udah ngantongin restu dari kedua orang tua lo, agar setelah kita lulus nanti gue bakal bawa keluarga gue ke rumah lo untuk ngelamar lo," lanjut Raka.

Perlahan air mata Ara membasahi pipinya. Bukanlah air mata kesedihan yang keluar, melainkan air mata haru.

"Iya gue akan selalu tunggu," lirih Ara parau.

Semua orang yang ada di sana larut dalam kebahagiaan.

Perbedaanlah yang menyatukan kita
Bencilah awal munculnya Cinta ini
Aku sangat berterimakasih kepada rasa benci, karena telah menyatukan dua hal yang berbeda menjadi satu.

YANG BERAWAL DARI
KETOS VS PRADANA
BERUBAH MENJADI
KETOS ♡ PRADANA

The End

Terimakasih kepada para Reader's yang telah membaca cerita ini. Dan aku minta maaf jika cerita ini tidak seperti yang kalian harapkan.

Jangan lupa nantikan cerita aku yang berikutnya

Bay-bay 😊

See you next story 😍

KETOS VS PRADANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang