Part 42.

386 19 4
                                    

Jangan lupa di klik dulu bintangnya!
Vote jangan lupa yaaa ☆
Jaga kesehatan kaliaan!!!
Oh ya, maafin aku yaa. Aku lupa kalau Nadia itu kelas 11 bukan kelas 12 😂😂
Pantesan kemarin Nadia ngomel-ngomel ke aku*canda deng boong😊

Iris mata coklat madu itu menatap lurus kedepan menatap lebar layar televisinya yang sangat besar di depannya. Tetapi, pikirannya selalu saja mengarah pada pembicaraan tadi tentang ia dan Robi Bagaswara. Pria yang sudah berkepala empat itu masih terlihat cukup tampan untuk orang seusianya.

Tatapan tajam bak elang itu tak pernah lepas menatap Nadia saat itu. Bertanya keberadaan putranya dengan suara yang mengintimidasi untung ada Ditho disampingnya saat itu walaupun cowok itu hanya diam tak bergeming.

Nadia sering bertemu dengan Robi dulu saat ia masih bersama dengan Rahardian. Ya, Robi adalah ayah dari laki-laki yang pernah mengisi hatinya waktu itu. Robi bercerita bahwa Rahardian kembali menerbitkan senyumnya setelah sekian lama ia meninggalkan Indonesia. Ia sempat melamun sebentar sebelum Robi kembali menyadarkannya. Benarkah Rahardian mengeluarkan senyumnya hanya untuk dia?

Perlakuannya selama ini selalu membuatnya geram. Rahardian terlalu berbahaya, ia sangat menyeramkan. Mengingat saat malam itu, malam dimana Rahardian menjadi seperti apa yang belum pernah ia melihatnya. Iris mata yang gelap semakin gelap saat malam itu. Air mata yang mengalir begitu saja saat itu. Tapi, ia masih ingat sangat jelas tatapan lembut Rahardian saat melihatnya menangis walau secepat kilat berubah begitu saja. Rahardian terlalu banyak teka teki.

Tuk

Nadia mengerjap-ngerjap beberapa kali. Merasakan ketukan di kepalanya. Ia melihat didepannya sudah ada Fikri yang tertawa terbahak melihatnya kemudian beralih duduk disebelahnya mengalungkan tangannya di pundak Nadia.

"Lagi mikirin abang yang ganteng ini ya?"

Nadia menoleh lalu mendelik melihat abangnya yang super super sangat tinggi kepercayaan dirinya itu. Tatapan Nadia jatuh pada rambut abangnya yang masih basah serta wangi woody bercampur wangi mint khas abangnya sekali.

"Loh kok?"

"Kenapa lagi zeyeng?" Ucap Fikri sambil menaik turunkan alisnya.

Nadia melepaskan rangkulan abang nya lalu duduk menyamping memperhatikan abangnya.

"Kapan pulang? Kok aku ga tau?"

Fariz memutar kedua bola matanya lalu ikut duduk menyamping mengikuti Nadia.

"Kamu yang dari tadi diem serius nonton tv. Tapi pas abang balik lagi kamu masih diem dengan posisi yang sama. Ternyata bukan tv yang kamu tonton."

"Mau cerita? Hmm..."

Tatapan Fikri dalam menatap iris mata coklat madu itu didepannya. Nadia tetap bungkam tanpa ada sepatah kata keluar dari mulutnya. Tetapi lama kelamaan Nadia mendekat menidurkan kepalanya diatas paha Fikri. Dengan segera Fikri pun mengubah posisinya agar Nadia lebih nyaman tidur di pahanya.

"Bang, abang sama yang namanya Dira-dira itu udah pacaran atau belum?"

Kepala Fikri menunduk menatap Nadia yang menatapnya. Tangannya sibuk mengelus surai hitam milik Nadia.

"Kenapa nanya gitu?"

"Sebelum sama Dira abang pernah gak cinta sama cewek? Atau sebelum sama Dira abang pernah ga pacaran gitu sama orang?"

"Pernah, tapi ternyata makin berjalannya waktu abang sadar gak seharusnya abang punya perasaan sama cewe itu."

"Kenapa?"

My BadBoy Only One [slow Update]Where stories live. Discover now