Part29

726 43 6
                                    

Saat dirasa tubuhnya sudah membaik. Matanya perlahan terbuka. Bibirnya menarik simpul melihat tangannya masih menggenggam tangan mungil itu. Lalu tangan yang bebas terangkat mengambil tangan kanan milik Nadia yang masih berada di sela rambutnya yang sesekali bergerak mengusap lembut.

Tubuhnya bangun terduduk. Menatap wajah Nadia yang sedang tidur. Lalu melepaskan tangannya pada genggaman tangan Nadia dan beralih mengelus pipi Nadia yang lembut.

Fariz bangkit lalu menggendong Nadia kemudian ditaruhnya ditempat ia tidur tadi. Tangannya menarik selimut sampai dada Nadia.

"I Love You," Bisik Fariz di telinga Nadia pelan. Lalu berbalik berjalan meninggalkan Nadia yang masih terlelap.

Saat Fariz sudah sampai di pintu depan rumah Nadia. Ia berpapasan dengan Fikri yang baru kembali, maybe.

"Gue balik bang. Thanks udah nolongin gue."

Ucap Fariz dengan menepuk lengan Fikri pelan.

"Jangan cepet mati lo." Balas Fikri dengan kekehan yang di balas kekehan juga. "Bisa aja lo bang."

Kakinya pun melangkah menjauh dengan menahan sakit di semua area tubuhnya. Saat dirinya berdiri di depan garasi ia baru teringat bahwa motornya masih berada di sirkuit balap.

"Syalan!"

Tangannya meraba celananya mencari handphone-Nya. Dirasa tidak ada tangannya naik mencari di saku jaketnya. Setelah menemukannya Fariz langsung menelpon Sandy.

'Semoga dia masih melek.'

Tut ...
Tut...
Tut ...

"Sialan!" Desah Fariz frustasi. Tatapan matanya melirik post satpam di dekat gerbang rumah Nadia. Kakinya berjalan mendekat mencoba mencari kemungkinan.

"Misi pak?"

Mang ujang- satpam rumah Nadia menoleh melirik siapa yang memanggilnya.

"Eh ini den Fariz kan ya?"

"Iya pak."

"Ayo mau pulang kan den?"

Ucap Mang Ujang sambil berlari ke arah bagasi lalu menaiki mobil milik keluarga Abraham.

Saat mobil sedan itu berhenti di depannya. Mang ujang membuka kaca jendela lalu berseru membuat Fariz tersentak kaget.

"Ayo den, naik!"

"Hah? Oh iya."

Fariz langsung melangkah memasuki mobil.

"Makasih ya pak." Ucap Fariz saat sudah duduk tenang.

"Iya den, tadi saya disuruh den Fikri pas baru balik sini."

"Oh gitu. Tumben pak rumah sepi?"

"Iya soalnya Tuan lagi ngurus perusahaannya di luar negri. Trus Nyonya juga lagi ke rumah sakit di singapore."

"Rumah sakit?"

"Iya kan Non Nayla sakit. Jadi tiap bulan harus ngecek."

Fikri hanya ber'oh' ria. Mengingat kembali saat Nadia bilang padanya jika orang tuanya sibuk bolak balik kerumah sakit.

Matanya terpejam merasakan rasa nyeri di area tubuhnya. Sesekali mulutnya berdesis. Mang Ujang berada di depan ikut meringis juga melihat wajah Fariz yang sudah berantakan.

Saat berada di lampu merah. Mang ujang lupa jalan apa yang tadi sudah di sebutkan oleh Den Fikri.

"Den, rumahnya di jln. varenika F/17?" Tanya Mang ujang yang hanya di angguki oleh Fariz.

My BadBoy Only One [slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang