Part 37

576 22 0
                                    

Vote duls guys

Matahari sudah memancarkan sinarnya menembus setiap celah menghantarkan hangatnya. Dibawah atap putih yang diikuti warna sekitarnya. Wangi obat-obatan pun terasa menyengat. Dengan suara elektrokardiogram yang terus berbunyi, yang membuat perasaan mereka sedikit tenang walaupun banyak cemas-Nya. berarti masih ada harapan bagi orang yang berharap.

Dengan alat pembantu pernapasan cowok itu masih terbaring. Cowok itu dinyatakan koma setelah dokter keluar membuat perasaan mereka sedikit tenang walaupun banyak cemas-Nya.

Tiba-tiba pintu terbuka membuat beberapa cowok menoleh memusatkan pandangan mereka pada seseorang yang kini berdiri tegap dengan pandangan jatuh tepat di hadapannya. Pundak yang kokoh itupun sekarang terlihat rapuh dengan langkah kaki yang terus saja mengikis jarak.

Tepat disamping brangkar tangannya terangkat mengusap rambut hitam legam seperti miliknya dengan lembut. Beberapa kali, ia lakukan seperti itu. Sedangkan, cowok yang ada disana hanya menatap tanpa berani mengeluarkam suaranya.

"Dia adalah harta saya yang paling berharga."

"Cuma dia."

Ucap Arvandi yang masih saja mengelus lembut kepala anak kesayangannya. Kalau saja Rumah Sakit ini bukan salah satu milik keluarganya mungkin ia takkan tau hal ini.

Tubuhnya berbalik dengan tangannya yang sudah di selipkan di kantung celananya. Tatapan tajamnya menghunus jantung mereka satu persatu. Suasana pun langsung berubah kala tatapan itu semakin menghunus.

"Siapa dalang dari semua ini?"

Suara berat itu terdengar membuat mereka saling melirik satu sama lain. Ganden maju menghampiri Arvandi menatap penuh keyakinan mata tajam itu.

"Rahardian, Om."

Mendengar nama itu tangannya mengepal sempurna sampai buku jarinya memutih, rahangnya mengeras kokoh. Robi Bagaswara telah kembali.

Musuh terbesarnya kembali membawa bendera perang. Orang sialan itu tak pernah mau mengaku kalah.

"GERI!"

Teriakan itu membuat seseorang terburu-buru memasuki ruang VIP ini. Melihat itu Arvandi kembali berteriak.

"CEPAT HUBUNGI DEAN. CARI ROBI DAN HANCURKAN KELUARGANYA TERUTAMA ANAK LAKI-LAKINYA. "

Mereka semua yang berada disana berdiri mematung. Kecuali, Geri yang sudah biasa mendengar itu. Temui dan hancurkan jika perlu dimusnahkan sekaligus. Itulah cara mainnya. Tak boleh ada yang tersisa.

                            🍃🍃🍃

Didalam kamar yang bernuansa biru langit. Nadia masih terlelap sembari memeluk gulingnya. Jendela yang sudah dibuka pun tidak membuatnya bangun walaupun matahari terus beranjak naik.

Napasnya yang teratur tiba-tiba terganggu akibat gedoran dari pintu kamarnya yang terus saja di gedor kencang.

"WOI BANGUN KEBO. NOH UDAH ADA YANG JEMPUT !!!"

Teriakan Fikri yang sungguh dahsyat itu membuat Nadia terperanjak kaget. Juga seseorang dibawah sana yang sempat terhentak sedikit heran.

"Fariz?" Gumam Nadia dengan cepat berlari ke arah kamar mandi.

Setelah beberapa menit Nadia keluar dari kamarnya dengan senyuman manisnya. Saat langkahnya menginjak tangga terakhir Nadia tampak kecewa melihat siapa yang datang.

My BadBoy Only One [slow Update]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin