Part 12

1.7K 81 6
                                    

Matahari sudah semakin naik menerbitkan sinarnya. Membuat cowo jangkung yang sedang mengetuk pintu itu semakin geram karena tidak ada sautan dari dalam pintu.

"NADIAAAA!!! BANGUN LU KEBOOO." Teriak cowo jangkung yang sudah memakai seragam lengkap.

Ia kesal sedari tadi wanita yang sedang tidur itu tidak bangun juga. Padahal ia sudah menggunakan suara toa-Nya untuk membangunkan adek kesayangannya ini dan tetap saja ia sama sekali tidak bergeming. Sekarang sudah pukul 07.01, sedangkan gerbangnya 9 menit lagi akan di kunci.

"NADIAA BANGUN ATAU GUE TINGGAL DAN LO NAIK TAKSI ATAU GOJEK ONLINE. HITUNGAN KE 5 GA BANGUN GUE TINGGAL." Ancamnya masih dengan suara toa-Nya.

"Saatttuuuuu."
"Duuaaaa."
"Tiiigaaaa."
"Emmmppaaattt."
"Liiii-"

Tiba tiba seseorang yang tadinya masih bergelung hangat dibawah selimut bangkit dan bergegas menuju kamar mandi tanpa sepatah katapun yang malah membuat cowo jangkung itu terkekeh melihatnya.

"Gue tunggu depan, 2 menit ga muncul gue tinggal." Ucap cowo jangkung itu yang melangkah keluar kamar menuju ke halaman depan.

Sementara, Nadia yang berada dikamar mandi hanya bisa mengumpat kasar. Ia pun hanya mandi bebek dan langsung memakai baju asal. Lalu, memakai sepatu dengan tergesa gesa. Setelah semuanya sudah rapih ia pun langsung berlari menuju kakaknya.

"Lah kok jadi lo sih? Abang gue mana? " ucapnya saat sampai di depan rumah. Ia menengok ke arah kanan dan kiri tapi tak ditemukan batang hidung dari kakaknya itu.

"Tadi dia duluan. Katanya kesel nungguin lu lama." Ucapnya yang tidak sepenuhnya benar. Padahal tadi ia menyuruh Fikri untuk bergegas pergi walaupun tadi sempat tak mau.

"Udah ayok berangkat bareng gue aja." Ucap Fariz lagi dengan menarik tangan Nadia menuju motornya.

Tapi, sebelum sampai. Nadia melepaskan tarikan tangan Fariz."Gue dirumah aja deh. Males gue kesekolah. Lu aja sana deh yang ke sekolah"seru Nadia

Tangan Fariz terulur untuk mengelus lembut kepala Nadia dan menghujami Nadia dengan tatapan tanya.

"Kenapa?"

"Gapapa."

"Badan lo anget. Na, lu gapapa? "Tanya Fariz ketika ia merasakan kening Nadia lumayan hangat.

Ia pun segera mengambil hp-Nya di kantong celana lalu mendial nomor cowo yang sempat tadi membuatnya memohon.

"-------"
"Iya hallo, adek lu badannya anget gue bawa ke dokter ya?."
"-------"
"Key."

Nadia yang mendengar dirinya akan dibawa ke dokter sempat menahan napasnya lalu menghembuskannya kembali. Ia tidak suka aroma rumah sakit yang begitu menusuk di hidungnya.

"Enggak, gue enggak mau ke dokter." Ucapnya saat melihat Fariz tidak lagi berbicara dengan abangnya.

"Emang siapa yang mau bawa lu ke dokter?"

Nadia langsung terperangah mendengar itu. Wajahnya kembali cerah lengkap dengan senyuman yang menghiasi wajahnya yang membuat Fariz gantian menahan napas beberapa detik jarang sekali ia melihat senyuman seindah itu.

"Manis." Gumamnya pelan.

"Hah? Apaan manis?" Tanya Nadia yang ternyata mendengar suara Fariz. Nadia mengerutkan kening melihat Fariz yang salah tingkah.

'Dia kenapa?' Batin Nadia.

"Maksud gue, gue lagi pengen yang manis manis." Ucap Fariz asal sambil menggaruk tengkuknya.

"Oh... oiya lu ga sekolah?" Ucap Nadia saat teringat tujuan Fariz datang kemari.

"Ga dulu deh. Soalnya yang mau dianterin lagi sakit. Trus gue disuruh jaga lo dirumah. Btw, gue ga disuruh masuk nih?" Kata Fariz dengan menaik turunkan alisnya.

My BadBoy Only One [slow Update]Where stories live. Discover now