Part 32.

774 36 1
                                    

Dengan keringat yang memenuhi pelipis serta seragam yang masih terbungkus rapih digenggamannya Rahardian berjalan lurus mengembangkan senyumnya. Tatapan matanya pun jatuh pada tangan Nadia yang digenggam erat menyentuh jantung musuh besarnya. Hawa panas langsung melingkupinya seperti tersulut oleh api.

Rahardian menggeram tak suka. Senyumannya berganti dengan geraman tertahan, rahangnya berubah mengeras. Tatapannya juga berubah menajam dengan tangan yang sudah terkepal kuat.

Langkah besarnya melangkah pasti. Tangan Rahardian langsung menarik tubuh Nadia kebelakang tubuhnya menatap tajam cowok didepannya yang sedang tertawa hambar.

"Haloha loser ?"

Sambutan Fariz yang tengil membuat Rahardian langsung meninju Fariz yang dengan cepat ditahan cowok itu. Rahardian menatap tajam. Emosinya sudah berada dipuncaknya jika saja Nadia tak menarik ujung kaosnya mungkin Rahardian sudah melayangkan pukulannya lagi.

"Rahardian. Ayo," bisik Nadia membuat Rahardian menoleh dan langsung menarik tangan Nadia. Tetapi baru selangkah saja Rahardian merasakan langkah kaki Nadia berhenti.

Saat ia berbalik, tatapan matanya jatuh pada genggaman tangan Fariz yang ikut menarik tangan Nadia yang kosong. Nadia yang merasakan hawa panas pun menggeleng menatap Fariz, berusaha melepaskan genggaman tangannya.

"Bangsat!" Ucap Rahardian berbisik

Rahardian yang sudah benar benar dikuasai oleh amarahnya langsung menendang Fariz kencang.

"Rahardian!" Seru Nadia saat melihat Fariz yang terjatuh. Saat kakinya ingin melangkah mendekati Fariz tangannya yang masih digenggam Rahardian pun langsung ditarik menjauh.

Kaki panjang Rahardian membuat Nadia menjadi berlari pelan berusaha mengikuti langkah besar itu. Setelah memasuki pintu yang dikhiasi dengan wangi obat-obatan barulah Nadia mengatur napasnya yang berantakan.

Cewek yang sedang berjaga di UKS menatap kedua orang itu dengan tatapan heran yang langsung dibalas oleh Rahardian dengan tatapan tajam membuat cewek itu langsung membuang mukanya dan berjalan keluar UKS.

"Bisa gak sih Cha, gausah deket deket sama dia lagi?"

Nadia yang masih mengatur napasnya menatap Rahardian tak suka.

"Sadar yan, lo bukan siapa siapa gue lagi-"

"Dari dulu sampai sekarang. Kamu masih punya aku Nadia. Kamu yang ngucapin kata pisah dan yang harus kamu tau Nad. Aku gak pernah sekalipun ngucapin kata itu. Aku benci waktu kamu bilang itu."

"Tapi emang itu kenyataannya."
"Lo yang lebih dulu pergi. Perbuatan lo yang lebih dulu memilih untuk kata kita gak ada lagi."

Nadia menatap Rahardian dengan tatapan kecewanya membuat Rahardian berpaling tak tahan untuk melihat mata itu. Mata yang selalu menatapnya dengan penuh binar kini berganti dengan tatapan penuh kecewa.

Dengan masih menunduk Rahardian membuka mulutnya.

"Kamu yang gak pernah mau denger penjelasan aku, Nad. Aku capek ngejar kamu yang selalu menghindar. Aku selalu nyari kamu sejak saat itu dan kamu emang paling jago buat sembunyi ya Nad?"

Tatapan mata Nadia tak pernah berpaling sedikit pun melihat Rahardian yang menunduk dengan posisi menyender pada tembok di belakangnya serta memasukan sebelah tangan kirinya kedalam saku celananya dengan kaki kanan yang di tekuk menjadikan kaki kirinya sebagai tumpuan.

"Hh, selalu kayak gini ya? Lo yang selalu natap kebawah. Lo yang selalu nunduk setiap boong sama gue--"

Kepala Rahardian pun langsung mendongak dengan mata yang memerah. "Karena aku selalu takut bakal nyakitin kamu, Nad. Aku takut kamu makin kecewa."

My BadBoy Only One [slow Update]Where stories live. Discover now