Part7

8K 346 6
                                    

Fariz POV

Hari yang paling tidak ku nantikan. Akhirnya datang juga. Upacara di lapangan yang panas dengan suara Burwanto Utama --kakek-- yang menggelegar seantero sekolah. Utama merupakan pemilik sekolah Harapan Bangsa. Terkadang aku sedikit bangga dengannya bisa membuat sekolah yang tingkat akredibilitasnya tinggi. Dengan waktu yang cukup lama akhirnya upacara selesai. Seperti biasa aku langsung berjalan menuju kantin.

"Woy babang Fariz." Kata sandy dengan menepuk bahuku.

"Ah ganggu aja lo." Kataku dengan memasang muka tidak suka.

"Heheheheheh maap maap suka kelepasan riz kalo deket lu bawaannya napsu." Kata sandy.

"Lama lama gue takut sama lu San. Gue takut lu nanti malah suka sama gue." Kataku dengan seringaian yang membuatnya mendelik.

"Ah babang Fariz. Gue belai juga lo lama lama." Kata Sandy dengan tatapan mesumnya membuatku bergidik ngeri.

"Eh san, gue ke kantin dulu ya. Minjem buku PR lu dong yang lu contekin ke Icha." Kataku dengan tampang memelas.

"Nih. Jangan ampe ilang ples rusak." Katanya dengan menatapku tajam

"Aw acu atut" Kataku dengan kekehan.

"Najis."

Saat berada di persimpangan jalan antara ke kelas dan ke kantin. Sandy mengeluarkan bukunya yang langsung memberinya kepadaku. kenapa ia terlihat buru buru banget?

"Cha."
"Cha."
"Icha." Suara Sandy yang masih terdengar.

"Modus terus bor." Seruku menanggapi.

"Bacot njing." Teriaknya membuatku tertawa. Lalu, melangkah menuju kantin

Sesampainya dikantin aku kembali menyesap rokokku sampai tersisa sedikit. Aku langsung membuang putung rokok tersebut dan mengambil satu batang rokok lagi . Aku melakukan hal sama seperti rokok sebelumnya.

Tiba tiba ada orang masuk yang membuatku tersentak. Aku langsung membuang putung rokok yang tinggal setengah itu. Betapa kasiannya rokokku. Aku memperhatikan seseorang yang baru saja memasuki kantin ini. Sepertinya aku mengenalnya, Rendi bukan ya?

"Rendi?"tanyaku pada diri sendiri.

Ternyata benar, sialan rokok gue . Tumben banget dia kesini,tetapi diakan anak osis. Kenapa dia berjalan ke arah ku?.Aku masih menatapnya yang sedang berjalan ke arah ku. Sedang apa dia disini? Yang ku tau dia paling anti dengan hukuman.

"What's up bro. Tumben gak ngisep?"tanya Rendi tepat berada di depanku.

"Ini juga gegara lu Ren. Ngapain lu kemari?"kataku menatapnya yang sedang duduk di depan mejaku saat ini.

"Bosen gue dikelas sepi" Katanya dengan raut kesal.

Sudah lama tidak ngobrol bareng . Mungkin Rendi sibuk akan osisnya . Tidak heran jika dia bisa terpilih masuk osis.Lihat dari pakaian nya dan cara bicaranya yang kadang membuatku jengkel sendiri.

"Oh ya Riz. Lu kenal Nadia?" Kata Rendi dengan penuh selidik.

"Kenal. Cewek so cakep, kenapa lo?" Kataku meledek.

"Dia emang cakep goblok. Susah banget Riz dapetin tuh cewe. Cewe lain yang tanpa gue harus deketin dateng sendiri ke gue. Dia boro boro nyamperin gue ngelirik gue aja ga pernah. Penasaran gue jadinya sama tuh cewe." Kata Rendi dengan nada frustasi.

"Lebay lo, kan gue bilang dia tuh so kecakepan. Kasih aja ama gue Ren paling juga nempel." kataku meremehkan. Aku saja belum yakin dia akan mau denganku, melihat sikapnya saja terkadang membuatku ingin melemparkannya ke sudut sudut antartika.

My BadBoy Only One [slow Update]Where stories live. Discover now