Part 21

1K 49 0
                                    

Definisi hari selasa untuk Nadia itu adalah selasa, hari hari nelangsa bikin putus asa. Fariz yang telat jemput ke rumah terus maksa maksa Nadia untuk menunggunya.
Akhirnya jadilah Nadia dan Fariz yang dihukum di bawah tiang bendera.

Padahal Nadia ada sarapan ulangan kimia jam pertama, kedua, dan ketiga. Belum lagi sejam ada kuiz Fisika sebelum bel istirahat di mulai. Habislah sudah riwayatnya. Apalagi tidak diadakannya susulan.

"Na, jangan ngambek dong." Lirih Fariz sambil menyikut lengannya.

Iris mata Nadia menatap Fariz dengan tajam. Lalu memutar bola matanya-malas.

"Na, sumpah tadi ga ada yang bangunin gue. Mbak, itu siapa sih gua lupa namanya. Pokoknya tadi dia katanya ngurus anaknya dulu dirumah lagi sakit. Masa gue harus ngomel ngomelin dia kan kasihan."

Iris mata hitam legam itu menatap Nadia dengan pasrah. Dirinya sebenarnya gatal ingin menarik Nadia langsung pergi dari sekolah. Otaknya trus berputar memikirkan cara cara emejing yang muncul di otak.

Tangan kekar Fariz tiba tiba menarik tangan Nadia melangkah mendekat ke arah Pak Yanto yang sedari tadi turut menjaga serta.

"Pak soto."

"Yanto."

"Iya Pak soto. Ini calon masa depan dari anak anak saya ini harus dibebas tugaskan dari tugas negara yang bapak berikan."

Fariz mengedipkan sebelah matanya ke arah Pak Yanto yang sedang menatapnya heran. Lalu Fariz menganggukan kepalanya beberapa kali membuat Pak Yanto mengerti maksud dari Fariz.

"Boleh."

"Tuh boleh Na. Gih masuk kelas."

Setelah memberi aba aba ke Nadia untuk kembali ke kelas. Nadia menolak masih menatap horor ke Pak Yanto.

"Gapapa kan pak?"

Pak Yanto menganggukan kepalanya sambil tersenyum licik. "Gapapa."

"Tuh Na, udah sana." Ucap Fariz dengan cepat memotong ucapan Pak Yanto yang sekarang meliriknya tajam.

Nadia melirik malas ke arah Fariz. Yang berusaha mendorongnya agar masuk kelas.

"Ck. Lo tuh-"

"Balik ke kelas atau lo gue ketekin selama hormat disini?" Ucap Fariz memotong ucapan Nadia

"Oke. Oke."

Fariz mengusap kepala Nadia lembut.
"Gitu dong nurut sama gue."

Nadia mendengus kesal lalu berbalik, mencium punggung tangan Pak Yanto. Lalu berjalan menjauh menuju kelasnya.

"Na, ini sama calon suami kok ga salim?" Ucap Fariz sebelum Nadia pergi menjauh.

"Ga mau! Najis!" Ucap Nadia langsung melangkah cepat menjauh dari lapangan tempat dimana Fariz berasal.

Setelah Nadia menjauh Fariz menoleh ke arah Pak Yanto. "Makasih loh Pak." Ucap Fariz sambil tersenyum.

Tatapan mata Pak Yanto yang sedari tadi terus mengarah ke arah Fariz berganti menjadi tersenyum membuat Fariz melirik heran.

"Bapak kenapa? Naksir saya pak? "Ucap Fariz sambil menaik turunkan alisnya

"Kamu tuh kepedean banget."
"Bisa jadi cowok yang bertanggung jawab juga kamu ya. Sok romantis kamu nih." Ucap Pak Yanto dengan menggelengkan kepalanya.

"Adanya bapak yang sok romantis. Manggil aja pake aku kamu. Saya aja sama pacar saya lo gue pak." Ucap Fariz terkekeh pelan.

"Enak aja. Bapak masih demen cewek. Udah udah nanti ga kelar kelar. Kamu mending ikut saya aja."

My BadBoy Only One [slow Update]Where stories live. Discover now