Part 20

1K 57 0
                                    

Fariz kini masih menarik tangan Nadia ke tempat yang lebih privasi. Tetapi, tiba tiba saja Nadia berhenti membuatnya ikut berhenti serta membalikan badan menghadap Nadia yang sekarang menunduk.

"Lo kenapa ?" Tanya Fariz sambil menyelipkan beberapa helaian rambut kebelakang telinga Nadia.

Fariz terperangah melihat Nadia yang sudah berkaca kaca. Tanpa mengucapkan apapun Nadia langsung memeluk Fariz erat dengan air mata yang tak bisa ia bendung lagi.

"Maaf kali ini aja gue pinjem badan lo."

Fariz yang mendengar itu hanya berdehem tetapi tangannya membalas pelukan Nadia sambil sesekali menepuk punggung cewek itu.

Degupan jantung Fariz membuat Nadia menjadi lebih tenang. Matanya perlahan menutup agar lebih merasakan detak jantung Fariz yang beritme cepat. Air matanya masih terus mengalir membasahi kaos hitam dipelukannya. Rahardian Putra Bagaswara.

Ah. Nama itu lagi. Manusia itu lagi. Kenapa ia harus kembali? Pelukannya masih hangat, masih sehangat dulu. Ia rindu, sangat.

Nadia mendongak saat merasakan hembusan nafas dikepalanya. Iris mata hitam gelap itu menatapnya teduh. Seolah dirinya sedang menyelami pemilik mata hitam gelap itu. Seperti banyak rahasia yang ada dilam sana. Mysteri.

"Dia masa lalu gue. Dia orang pertama yang bikin gue jatuh cinta. Dia juga yang pertama kali bikin gue patah hati. Dulu dia yang selalu ngapus semua kesedihan gue. Dulu dia yang selalu ada bikin gue ketawa. Dulu dia yang selalu ngertiin gue. Dulu-"

Kalimatnya tersendat, tertahan di tenggorokannya. Terlalu banyak Dulu, terlalu banyak kata terlontar yang begitu saja keluar dari bibir mungilnya.

Nadia mengeratkan pelukannya guna menahan tangisnya yang akan luruh kembali. Tangan besar cowok itu mengelus lembut surai rambutnya.

"Pulang aja ya? Gue yakin Fikri bakal ngerti kalo keadaan lo kayak gini." Ucap Fariz membuat Nadia menengadah menatapnya.

"Ga mau pulang." Ucap Nadia kembali menenggelamkan kepalanya.

"Kenapa? Lo harus pulang." Nadia tetap tidak mau menggelengkan kepalanya dengan air mata yang masih mengalir.

"Lo tega liat gue digebukin sama abang lo."

"Pliis Riz, kali ini aja jangan bawa gue pulang. Gue takut dia bakal temuin gue disana."

"Yaudah lo ngumpet aja."

Nadia memukul punggung Fariz sembari berkata " Gamau pokoknya gue ga mau."

"Yaudah ayo." Ucap Fariz yang membuat Nadia menengadah menatap Fariz bingung.

"Mau kemana? Lo gak bohongin gue kan?"

"Enggak Nad, "

Fariz kembali menarik tangan Nadia menuju basement untuk mengambil motor kesayangannya.

Setelah sampai Fariz langsung menyodorkan helmnya Nadia pun menerima helm itu dengan ogah ogahan.

"Pake buruan!" Seru Fariz saat Nadia tak juga memakai helmnya sembari menaiki motornya.

"Pake helmnya Nadia." Ucap Fariz lagi, membuat Nadia mau tak mau memakai helmnya.

"Lo aja ga pake helm."

"Ini gue mau pake." Balas Fariz sambil memakai helmnya.

"Lo beneran mau gue tinggal ya ?" Ucap Fariz yang tak sabaran yang melihat Nadia masih berdiri disamping motornya.

"Lo gak bawa gue pulang kan?"

"Enggak. Cepetan naik, Nad." Ucap Fariz menarik tangan Nadian untuk segera naik ke motornya.

My BadBoy Only One [slow Update]Where stories live. Discover now