Part5

8.9K 404 4
                                        


Fikri POV.

Setelah aku mengantarkan Nadia pulang. Aku langsung kembali ke sekolah dan menghampiri Dinda.

Seenaknya saja dia menampar wajah Nadia yang telah aku jaga selama ini. Apakah tak cukup, mengganggu kehidupanku?

"Lo ikut gue. Sekarang!!" Ucapku sambil menatap matanya tajam.

Dinda yang sedang tertawa bersama teman temannya langsung terdiam mendengarnya. Dia langsung berdiri dan menggelayuti tanganku.

"Mau kemana sih sayang." Ucapnya manja. Jijik.

"Lepas tangan gue. Dan ikut gue." Kataku menghempas tangannya.

"Kok kamu gitu sih my honey." Akupun terpaksa menariknya ke taman belakang sekolah. Jika dia berbicara seperti ini trus bisa bisa kuping ini pecah mendengarnya

Saat sampai. Aku langsung melepas tangannya.

"Gak puas ya lu ganggu hidup gue. Trus sekarang lu ganggu hidupnya Nadia juga. Udah berapa kali sih gue bilang jangan ganggu hidupnya Nadia. Atau lu bakalan berurusan sama gue." Sarkasku.

"Ta-tapi Fik."

"Gue gak mau denger apapun dari lu. Lu tuh bukan siapa siapa gue. Gausah ngejar ngejar gue, Din. Gue capek sama lo." Kataku. Dia pun menatapku tidak percaya.

"Fik lo tuh egois ya ternyata. Hati gue tuh bukan batu Fik yang gak punya rasa. Lu tuh trus maki maki gue. Hina gue. Lu pikir gue gak capek? Gue kayak gini karna lu-" ucapnya dengan airmata yang lolos terjatuh mengenai pipinya.

"Lo gak usah nangis depan gue kayak gini, Din. Percuma, karena gue gak bakal ngeliat ke arah lu. Lu tuh gak pantes buat gue. Cewe murahan kayak lu gak pantes buat gue." Ada perasaan tak enak ,saat aku mengatakan kalimat terakhir. Sungguh aku tak punya niatan untuk menyakiti hatinya. Tetapi emosi dalam diriku terus memenangkan hati dan pikiranku

"Oh ya. Sekali lagi Din jangan ganggu Nadia karna gue sayang dia. Kalo lu mau tau, dia adik gue Din. Sampe lu nyentuh dia sedikitpun lo gak akan bisa ketemu gue lagi dan lo gak akan bisa nginjek lantai sekolah ini lagi." Sarkasku tepat di depan wajahnya. Mendengar itu airmatanya trus mengalir lebih banyak.

Aku langsung pergi meninggalkannya yang trus trusan menangis. Sebenarnya aku takkan tega melihat seorang wanita menangis tetapi dia sudah kelewatan. Aku yang tidak pernah menampar adikku dan dia berani beraninya menampar adikku sampai pipinya merah seperti itu.

"Lo emang cowo brengsek ya Fik. Bisa bisanya lo buat Dinda nangis. Sedangkan lo tau dia suka sama lo." Ucap seseorang yang menghalangiku.

Saat aku menatap wajahnya. Dia menatapku tajam seakan mata itu yang akan membunuhku.

"Lo gak tau apa- apa Lang. Jadi gak usah ikut campur masalah gue." Ucapku langsung meninggalkannya.

Sebelum aku meninggalkannya lebih jauh dia sudah lebih dulu menarik tanganku.

Bugh.

Pukulan tangannya mengenai ujung alisku. Aku langsung membalasnya dengan pukulan di rahang,perut dan wajahnya. Sebelum aku memukulnya untuk kesekian kali pukulanku sudah ditangkap lebih dulu. Dia pun melakukannya sama seperti ku menyerangnya. Bibirku mulai mengalirkan darah segar karna pukulannya membuat bibirku sobek. Melihat itu aku langsung membalasnya lagi.

Aku terus menerus melakukan adu jotos dengannya sampai para murid HB mengelilingi kami berdua dan Guru BK datang di arah yang berlawanan. Aku serta seluruh orang yang berada disana terdiam dibuatnya.

"Kalian berdua ikut bapak. Sekarang!!" Kata Pak Yanto dengan menaikan suaranya lebih tinggi.

Kami pun berakhir di ruangan terkutuk ini. Aku berhadapan dengan Pak Yanto Guru BK yang membuatku kualahan untuk menjawab seribu pertanyaan yang dia miliki.

My BadBoy Only One [slow Update]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن