Secret Place

72 25 4
                                    

Michel melengketkan handphone Vey pada telinga kirinya. Kenapa cowok ini terus mengganggu kehidupannya? Bisakah cowok ini berhenti mengganggu kehidupnya yang datar?. Dasar laki-laki!.

"Apa?" Michel tak mau berbasa-basi, ia sudah lelah meladeni kakak kelas berpangkat wakil ketua OSIS itu.

"Ngapain lu bohong in gue?"

"Lah, bohong apanya?"

"Ini bukan nomor handphone lo Chel, yang artinya lo udah bohong sama gue."

"Iya, okay, fine"

"Sekarang juga bilang ke gue, berapa nomor handphone lo yang sebenarnya."

"08132356xxxx"

"Makanya jangan suka bohong jadi manusia. "
Tiit.. Michel memutuskan sambungan telepon.

"Vey"

"Hm"

"Nih" Michel menyodorkan handphone dengan wallpaper Jimin BTS milik Vey kepada pemiliknya. Michel menarik handphonenya di dalam sarung bantal, sudah lama ia tak menggunakan benda persegi panjang nan tipis itu.

Sebuah lagu dari Linkin Park, grup band legendaris, terdengar saat sebuah panggilan masuk dengan kontak 'unknown number'.
"Apaan sih kak Raka!"

"Maaf, ini Devan."

"Ups, maaf kak. Kirain...."

"Iya, nggak apa-apa. Lagi nunggu Raka nelpon ya?"

"Nggak kok. Emangnya kenapa kak?"

"Nggak cuma mau cek bener ini nomor lo. Eh, ternyata bener. Save ya!"

"Iya, kak."

Tak perlu menunggu, beberapa saat setelah Devan memutuskan sambungan telepon. Raka menelponnya. Michel memutar bola matanya 360°, menandakan ia malas meladeni si wakil ketua OSIS.

"Halo"

"........." Raka tak menjawab. Hanya terdengar suara sepoian angin yang bersahut-sahutan.

"Halo" Michel kembali mengatakan 'halo'.

"Gue matiin nih!"

"Sabar woi" akhirnya Raka menjawab setelah lama terdiam.

"Chel, bisa keluar sekarang?"

"Kenapa?"

"Iya, iya, bisa"

"Gue tunggu di gerbang, izinnya udah gue urus." Michel mengganti baju kausnya dengan sweater putih, celana jeans hitam dan tas selempang berwarna senada.

Selesai, Michel keluar asrama setelah pamit pada Felic.

"Ya udah. Hati-hati." Felic tersenyum tipis. Ia tau Michel akan pergi bersama Raka dan ia tau bahwa Raka kakak kelas yang baik.

"Kak, mau kemana sih?" Michel masih memasang wajah kesal seperti biasa ketika bertemu Raka.

"Ikut aja. Nggak bakal lama." Raka menjalankan motornya. Raka membawa Michel menuju tempat yang lumayan sunyi, park Michel pun berpikir tak karuan. Ia takut Raka akan melakukan sesuatu yang melewati batas, Michel menatap lekat wajah berahang tegas itu tengah fokus mengendalikan motornya. Michel menatapnya terlalu lama sehingga membuat sang empu yang ditatapnya tersadar.

"Kenapa liat gue kayak gitu?"

"Kak Raka gak bakal lakuin apa-apa kan?" Raka berpikir sejenak apa yang dimaksud Michel dengan apa-apa. Okay, sekarang ia mengerti.

"Haha, tenang aja. Gue cuma mau nunjukin sesuatu kok." Michel menghela nafas, lega setelah mendengar jawaban cowo itu. Raka dapat mendengar helaan nafas Michel pun berbicara dengan hatinya.

Michella [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang