Rencana (berjalan)

1 2 0
                                    

Raka menaikan kecepatan motornya, menyalip semua kendaraan di jalan raya, usai Raja mengshareloc tempat Michel, Raka langsung meninggalkan sekolah. Jalan yang Raka tempuh mulai sunyi, hanya ada beberapa penerangan dari beberapa rumah, di ujung jalan ia sampai pada tempat yang Raja maksud. Raka melihat motor-motor anggota daredevil terparkir rapi diluar bangunan mirip ruko yang ditinggal pemilik. Raka memasuki bangunan itu hingga menemukan gadis yang diikat di kursi menggunakan tali, ia menyadari gadis itu, Michel. Michel mengisyaratkan agar menjauh, tiba-tiba sebuah tepukan tangan memenuhi ruangan, Alfian muncul.

"Selamat datang ahli waris keluarga Pratama."

"Lepasin Michel, dia nggak ada sangkut pautnya sama keluarga gue!"

"Oh, bukannya dia pacar anda. Jadi, tentu saja dia memiliki sangkut pautnya dengan keluarga anda."

"Berengsek!" Raka melayangkan tonjokkan pada pipi Alfian, pertengkaran dimulai penuh dendam, Raka melawan Alfian sekuat tenaga. Ia harus menyelamatkan nyawa Michel, ia tidak mau kehilangan orang yang ia sayangi, lagi. Bayangan tentang masa lalu memenuhi benak Raka. Pukulan demi pukulan dilayangkan Raka.

"Sudah cukup main-mainnya tuan muda."

"Apa?" mata Raka membulat melihat Alfian mengeluarkan sebilah pisau lipat dari sakunya, Alfian tertawa kejam bak penjahat di film-film action. Kaza, ayah angkat Raka, datang membawa dua bodyguardnya, hanya sekejap Alfian membuat keduanya terkapar.

"Ayah dan anak terkumpul."

"Apa maumu lagi?!" tanya Kaza geram, orang yang selama ini paling ia percaya ternyata mengkhianatinya demi harta.

"Tak banyak, aku hanya meminta seluruh aset keluarga Pratama." selagi Kaza mengulur waktu dengan mengajak Alfian berbincang, Raka membuka tali yang mengikat Michel, dan berlari menjauhi Alfian. Alfian yang menyadari kedua mangsanya terlepas, berbalik, lantas menancapkan pisau lipatnya. Pisau tertancap tidak di perut Raka, melainkan perut Nakula. Semua orang kaget melihat tubuh Nakula yang terjatuh, Michel menghampiri Nakula yang kesadarannya mulai menipis. Michel menangis, ini semua salahnya, ia merasa sangat bersalah.

Flashback on

Michel terbangun, obat tidur yang tercium tadi tak bertahan begitu lama. Michel mengambil handphone lantas memanggil kontak seseorang pada daftar panggilan paling atas, dengan kesadaran yang belum penuh, Michel menekan kontak dengan nama Nakula. Seseorang membuka bagasi mobil, dimana Michel ditahan sementara, Michel yang sudah sadar kembali dibekap dengan sapu tangan yang sama. Sebelum kesadarannya menghilang, handphone Michel bersuara.

Flashback off

Alfian memggertakkan giginya, bersiap menusuk perut Raka, disaat bersamaan, suara sirine mobil polisi terdengar dari kuar bangunan.

"Bajingan, siapa yang telpon polisi hah?!"

"Gue." sahut Raka, semua anggota kepolisian memenuhi ruangan.

"Angkat tangan, jatuhkan senjata!" perintah salah satu polisi.

"Alfian Semantis ikut saya ke kantor polisi." Alfian berusaha lari, sebuah tembakan tepat sasaran mengenai kaki kiri Alfian, membuat Alfian berteriak kesakitan.

"Iptu Herman tangkap dia." perintah seorang polisi.

"Siap komandan! Laksanakan!"

"Pak Kaza, Raka, Michel, tolong ikut saya ke kantor untuk menceritakan kronologi."

"Tapi pak, saya harus bawa temen saya ke rumah sakit." Michel menyela, kondisi Michel juga mulai melemah, namun ia tidak mau ada yang mengetahui kondisinya. Raka juga meminta hal yang sama.

"Baiklah, saya izinkan." Kaza mengikuti komandan anggota kepolisian, Michel dan Raka memasuki ambulance yang membawa Nakula, sementara anggota daredevil yang terluka diberi perawatan ringan di tempat kejadian. Alfian dan seluruh bodyguardnya dibawa ke kantor kepolisian untuk ditindak lanjuti. Michel menggenggam tangan Nakula, ia tidak menyangka hal ini akan terjadi, jika ia tau hal ini terjadi pada Nakula, mungkin ia mau menerima Nakula sebagai pacarnya saat itu. Nakula yang baru dikenalnya selama beberapa minggu telah dua kali menyelematkan nyawanya, juga Raka. Beribu rasa bersalah dan terima kasih terucap dalam hatinya. Raka yang duduk berhadapan dengan Michel kembali terbakar rasa cemburu, kali ini mati-matian Raka menahan rasa cemburu, ia paham situasi. Nakula langsung dilarikan ke ICU sesampainya di rumah sakit. Michel menunggu di depan pintu ICU sembari menelepon Aster, di handphone terdengar suara Aster menangis histeris, untuk kedua kalinya Nakula mengalami hal buruk. Raka menyelesaikan seluruh urusan administrasi rumah sakit, jauh di dalam lubuk hatinya, Raka merasa berutang budi pada Nakula. Nyawanya terselamatkan karena Nakula. Teman-teman Michel dan Raka sampai setelah Raka selesai mengurus administrasi. Aster dipenuhi air mata, ia tidak mau kehilangan Nakula.

"Chel, lo becanda, kan? Orang di dalem bukan abang gue, kan?" Michel tidak bisa menjawab pertanyaan Aster, air matanya tidak berhenti turun.

"Chel, lo lagi becanda, kan? Yang di dalem bukan abang gue, kan? Chel, jawab gue!" Aster menggocangkan tubuh Michel seperti orang tak bernyawa. Michel tidak kunjung menjawab. Aster beralih pada Raka, menanyakan pertanyaan yang sama, Raka memilih bungkam, setitik air mata turun, pertahanannya runtuh.

"Kenapa kalian berdua nggak jawab gue?!" Ara memeluk Aster, mengusap-usap punggung temannya, menenangkannya.

"Abang gue kenapa, hah?! Lo berdua pada budeg apa? Gue nanya ama lo berdua! Abang gue kenapa?!" Raka dan Michel tetap diam, air mata Aster memgucur deras.

"Biar gue yang tenangin dia." pinta Askar pada Ara, Askar menenangkan Aster, memeluk gadisnya.

"Abang gue kenapa by?" tanya Aster.

"Sst." Askar menenangkan gadisnya.

"Abang gue.." Aster terus menanyakan Nakula. Michel memijat keningnya yang terasa pusing.

"Lo nggak apa-apa, chel?"

"Nggak." Michel kehilangan keseimbangannya, tubuh Michel terjatuh, Felic menangkapnya. Raka yang baru menonjok dinding, membawa Michel, Felic mencari dokter untuk menangani Michel.

"Fel." panggil Michel.

"Iya? Ada yang sakit? Lo nggak apa-apa?"

"Ini salah gue, gue minta maaf." Michel pingsan. Michel diperiksa, dua kantong darah digantung untuk tranfusi darahnya.

Raka kembali setelah mentranfusikan darahnya untuk Michel, lantas menonjok dinding di depannya, Reza menarik Raka dari dinding, mendudukkan Raka di kursi tunggu ICU.

"Ka, tenang. Nggak semua harus pake emosi." Reza menenangkan Raka.

"Sekarang tugas kita tungguin dokter keluar, mungkin ada satu dua hal yang diperluin Nakula." Askar menimpali, Raka menghela nafasnya. Kurang lebih tiga puluh menit kemudian dokter keluar dari ruang ICU. Semua orang berdiri mendekati dokter, terutama orang tua Nakula yang baru tiba.

"Luka yang dialami korban cukup dalam, sehingga korban kehilangan banyak darah. Kantong darah di rumah sakit telah habis, diantara kalian siapa yang memiliki golongan darah AB?" tidak satu pun diantara mereka, bahkan orang tua Nakula yang memiliki darah AB, Raka mengingat Ulza ketika mamanya keguguran, Ulza memerlukan banyak kantong darah dengan golongan AB.

"Mama gue golongan darah AB." Raka langsung menghubungi Ulza.

"Mama berangkat sekarang." jawab Ulza.

Ulza sampai di rumah sakit tergesa-gesa, menghampiri anak bungsunya, tanpa basa-basi ia langsung mendonorkan darah yang dibutuhkan Nakula. Darah telah ditranfusikan pada Nakula, operasi dilanjutkan setelah Ulza mendonorkan darahnya. Ibu Nakula dan Aster menangis tersedu-sedu, ayah Nakula menenangkan istrinya. Ulza dimasukkan ke ruang rawat untuk beristirahat, Michel yang telah selesai tranfusi darah kembali ke depan ICU menunggu kabar mengenai Nakula. Dokter yang menangani Nakula keluar dari ruangan.

"Kami sudah mengusahakan yang terbaik, tapi Tuhan berkata lain, Nakula Sadewa dinyatakan meninggal dunia. Suster tolong catat jam dan tanggal kematiannya." Michel kembali menangis, ia masuk ke dalam ICU, melihat tubuh Nakula yang kaku, mengenggam tangan Nakula yang dingin.

"Nggak mungkin! Nakula, lo bercanda kan? Bangun Nakula! Gue disini, gue mau jadi pacar lo! Andai gue tau itu permintaan terakhir lo, gue pasti mau jadi pacar lo! Nakula bangun!"

Halo reader jangan lupa vote dan komennya!
Terimakasih telah membaca, ditunggu next part ya!

Michella [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang