Rumah

2 1 0
                                    

Semua siswa Ben memenuhi mading sekolah, Aster menarik tangan Michel yang ogah-ogahan masuk ke dalam kerumunan, diikuti Ara, Felic, dan Vey. Vey baru kembali dari Filipina minggu lalu. Michel? Ia sudah bisa berlari lima kali putaran lapangan basket, walau anemianya belum sembuh total. Tubuh Aster yang kecil bisa melewati lautan manusia di depan mereka, membuat lorong kecil, membuka jalan bagi empat teman karibmya

"Liat, Chel! You win!"

"Menang apaan weh? Emangnya Michel ikut lomba? Perasaan dua hari lalu uda ditempelin di mading soal dia menang lomba." sewot Ara.

Michel melihat lekat apa yang ditunjuk Aster, peraturan baru tentang bully-ing, setiap siswa yang melakukan bullying, baik di jam di sekolah maupun asrama akan dikeluarkan dari sekolah, tanpa pengecualian, tidak peduli ia akan lulus atau baru terdaftar sebagai siswa Ben.

"Peraturan baru?" tanya Vey. Aster mengangguk-angguk, Michel masih melongo melihat pengumuman, Felic ditarik Ara sedikit jauh dari mereka, Ara menunjuk bagian atas mading.

"Woi, liat tuh!" Ara menunjuk-nunjuk ke arah atas, tapi teman-temannya malah melihat ke arah lain.

"Bukan itu anjir! Yang diatas noh! Paling atas!" seru Ara menggebu-gebu, entah apa yang akan diperlihatkannya.

"Acara kelulusan ama prom night!" Aster, membuat atensi gerombolan manusia teralihkan oleh suaranya.

"Gue yakin, lo pasti jadi the best student dan queen of the year tahun ini!" Aster menunjuk Michel.

"Gue?"

"Ya, iyalah secara lo kan cantik secara lahiriah dan batiniah." Vey mengangguk-angguk mengiyakan ucapan Aster.

"Ya, Ara dong queen of the year tahun ini, secara kan Ara baik, tidak sombong, suka membantu.." sifat narsis Ara mendadak naik pesat.

"Iyain." sahut Felic dan Aster kompak.

"Udah, ayo keluar! Sesak nih lama-lama gue, serasa dikepung setan!" Ara menarik-narik temannya keluar dari keramaian ke kelas.

"Gimana? Kita jadi healing ga hari ini?" tanya Ara, heboh.

"Nggak deh, lagi bokek." tolak Aster.

"Masa anak donatur sekolah bokek, Fel ayo!" ajakan ayo Ara ke Felic mengartikan bahwa mereka akan menggeledah tas dan saku Aster. Ara tidak menerima penolakan, kecuali dari Michel, gadis itu akan menjelaskan panjang lebar jika ditanya alasannya, dan menepuk kepala Ara jika melakukan penggeledahan.

"Heh!" Aster tidak menerima Ara membuka tasnya, lantaran tidak menemukan dompet di saku baju maupun rok sekolahnya.

"Nah, nemu nih! Duit merah!" penggeledahan Ara selesai, ia menemukan dompet Aster, dan selembar uang seratus ribu rupiah di dalam tas Aster.

"Gue ngalah, kali ini gue treat deh." Aster pasrah, jika sudah begini, pasti ia harus mentraktir temannya yang mata duitan walau dirinya kaya, siapa lagi kalau bukan Ara.

"Ok!" kompak mereka mengiyakan kecuali Michel, ia hanya mengangguk kecil.

"Gue kayaknya nggak bisa deh, besok jadwal check up gue."

"Cie yang udah rajin check up karena ditemenin mas pacar." goda Felic, virus Ara, Aster, dan Reza telah menyebar banyak pada temannya yang satu ini, sangat disayangkan.

"Raka temenin Michel tranfusi?" tanya Ara kepo.

"Kepo banget sih kamu kayak dora! Iya, kak Raka nemenin dia mulu, soalnya kan dia tranfusi darah didonorin ama kak Raka." jawab Aster, mereka berbicara  seolah-olah Michel tidak mendengarkan.

"Kata Nakula, kak Raka yang bawa ama jagain pas kemarin pas dia drop." kali ini Vey mulai ikut-ikutan berdasarkan fakta yang ia dapat dari Nakula.

"Padahal kan mereka nggak jelas hubungannya apa, putus enggak, balikan juga enggak, hts-an juga enggak, prenjon apalagi." Felic menimpali.

Michella [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang