Trio gesrek

2 1 0
                                    

"Pokoknya, gimana caranya gue harus balikan ama Michel." Raka membuka obrolan antara dirinya, Askar, Reza, dan satu anak nyasar, Nakula. Sejak insiden Alfian, Nakula diajak bergabung dengan mereka bertiga.

"Wah, nggak boleh gitu Ka! Itu namanya pemaksaan!"

"Bener tuh!" Nakula menimpali perkataan Reza. Askar yang biasanya ikut-ikutan menimpali omongan Reza, malah mengaduk-aduk semangkuk bakmi di depannya.

"Woi, Askar!" teriak Reza tepat di telinga Askar.

"Anjir! Lo mau gue budeg?!"

"Makanya, kalo orang lagi ngomong tuh dengerin!" Reza menjitak kepala Askar.

"Sakit asu! Lo mau gue tumpahin nih es teh ke baju lo?!" sahut empu yang menjadi sasaran jitak.

"Jangan atuh, mas." Nakula menengahi. Bisa dibilang Nakula terinfeksi virus Reza yang terkadang seperti banci.

"Untung ada Nakula. Kalo nggak, habis lu!" Raka menggeleng pasrah, ia kira menambah satu spesies dengan otak yang berjalan lancar bisa membuat kedua otak spesies lainnya menjadi normal, ternyata hasilnya nihil, malah Nakula yang ikut-ikutan gila.

"Lo kenapa sih, Kar?" tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Raka. Askar yang di depannya ini, benar Askar Seismolog yang menjadi panutan di SMA Ben?

"Jadi gini, gue.." Askar memulai ceritanya.

"Oh, gitu ceritanya." sela Nakula dan Reza kompak.

"Belum woi!" seru Askar, membuat keduanya kicep.

"Gue disuruh make kostum beruang pas prom night, ntar."

"Aster yang nyuruh?" otak Nakula mulai berjalan lancar, terbukti ia bisa menebak siapa yang menyuruh Askar memakai kostum beruang.

"Iya, siapa lagi coba yang berani nyuruh gue kayak gitu?"

"Ya, kali siapa gitu?" jawab Reza.

"Bentar." Nakula menelpon seseorang, lalu kembali pada topik pembicaraan.

"Kaga jadi, sesuai kesepakatan kita. Kita pake jas." mereka langsung bisa menebak Nakula menelpon siapa. Sebab Aster hanya menuruti permintaan Nakula.

"Alhamdulillah gusti!" rasanya Askar ingin bersujud syukur karena tidak jadi memakai kostum dan menjadi maskot.

"Sekarang kita susun rencana balikannya Raka ama Michel." otak Nakula sudah terjamin kelancarannya untuk saat ini.

"First, apa yang harus kita lakuin?" tanya Askar.

"Nyanyi lagi?" tanya Reza, balik.

"Bisa aja, soalnya dia suka dengerin musik." Nakula mengiyakan perkataan Reza, lagi. Selama hubungan Raka tidak ada kejelasan, Nakula dan Michel semakin akrab sebagai sahabat.

"Tapi gue udah nyanyi kemarin." Raka menolak ide bernyanyi, mengingat ia sudah melakukannya di acara tahunan sekolah.

"Terus apa?" tanya Askar.

"Chobha thanya amha mbah ghughel aja." usul Reza dengan mulut penuh dengan bakmi.

"Nah, boleh tuh. Tumben otak lu kepake." Askar mengiyakan.

"Males." Raka juga menolak ide untuk bertanya pada google.

"Gue tau!" Nakula menggebrak meja.

"Anjir!" seru Reza kaget.

"Apa?" tanya Raka.

"Gimana kalo lo balikannya di rooftop? kan Michel sering ke sana kalo istirahat bareng kak Devan, kita panggil ajakin kak Devan, terus.."

Michella [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang