142. Ego Sang Bunga -2-

Mulai dari awal
                                    

Hyuuga Natsu, wanita yang berada di balik pakaian hitam itu, nampaknya harus mengakui bahwa Naruto dan Sasuke memang pantas dinobatkan sebagai samurai terhebat di tanah Heian, ia kualahan untuk menangkis serangan dari Naruto dan Sasuke yang dilayangkan kepadanya. Ia berusaha untuk terus menyerang, dan mendekat ke arah Tenten, namun selalu gagal, gerakannya kalah gesit dari Naruto dan Sasuke, posisinya kian terpojok dan ia sendirian saat ini, sulit untukknya menang dari Naruto dan Sasuke yang menyerangnya secara bersamaan.

...

"Hinata..." Sakura menggenggam erat telapak tangan putih Hinata. Mereka berdua sekarang berada di gerbang depan paviliun milik Shikaku. Halaman itu nampak sepi, beberapa samurai  yang terkapar oleh serangan Naruto dan Sasuke sudah pergi bersembunyi menyelamatkan diri, hingga Hinata dan Sakura tak menemukan jejak-jejak terjadinya penyerangan disana.

Hinata menoleh ke arah Sakura yang berdiri di sisinya, dari emerald milik sahabatnya itu Hinata menangkap keraguan besar dari mata menantu Uchiha itu.

"Hinata kau yakin ingin menyelamatkan wanita itu?" Tanya Sakura memastikan.

Hinata mengangguk menjawab pertanyaan Sakura, tatapannya tertuju pada pintu paviliun yang tertutup rapat.

"Hinata, wanita itu yang sudah menyebabkan rahimmu rusak..." Suara Sakura terdengar parau, tabib wanita itu hampir menangis. Ia tak habis pikir terbuat dari apa hati sahabatnnya itu. "Penyakit yang kau alami saat ini, putri kecil yang tak bisa kau beri pada suamimu... wanita itu adalah penyebabnya, dan kau ingin menyelamatkannya....?"

"Sakura...." Air mata merembes dari mata bulan Hinata ketika Sakura kembali mengorek luka hatinya. "Aku bisa hidup sampai saat ini bersama Naruto-kun, Boruto bisa lahir kedunia dengan selamat, dan aku bisa merasakan indahnya menjadi seorang ibu.... semua itu dikarenakan pengorbanan Neji-nii, dan saat ini, aku berada disini,  bukan untuk menyelamatkan wanita yang telah merusak rahimku, tapi aku sedang berjuang menyelamatkan darah daging Neji-nii..."

Brakkkkk

Pandangan Hinata dan Sakura teralih, pintu utama paviliun itu hancur, sesosok manusia berpakaian hitam terpental dari sana. Suasana haru itu pun buyar, Hinata buru-buru mendekat pada seseorang berpakaian hitam yang kini terkapar di halaman.

...

"Uhukkkk!!!" Natsu memuntahkan darah kental, dari balik cadar hitamnya, pukulan Naruto pada dada kanannya cukup untuk membuatnya menderita luka dalam, ia tahu betul bahwa pria yang melayangkan pukulan itu padanya adalah suami dari nonanya, siapa lagi anggota keluarga kekaisaran yang memilik mata biru seperti samudera itu. Ia mencoba bangkit, ketika Naruto dan Sasuke mendekat kearahnya. Namun keadaannya yang terluka parah membuat gerakannya melambat, ia kalah cepat. Ketika ia akan bangkit, Naruto sudah mengayunkan katana di hadapannya. Tenaganya sudah habis untuk menyerang, ia memejamkan mata, menerima bila ia harus mati di tangan Naruto seperti Ayahnya dan para tetua Hyuuga lainnya.

Trang

Suara peraduan katana terdengar jelas di telinganya, rasa sakit tusukan pedang panjang itu sama sekali tak menjamah kulitnya. Sebuah katana menangkis ayunan katana milik Naruto, menghalangi Natsu merasakan panasnya goresan katana api milik sang Kaisar.

...

Trang

Katana api itu jatuh ke tanah, tangan sewarna madu pemiliknya bergetar hebat, safir birunya membulat tak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya. "Hi... Hime..."

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang