25. Ritual Sebelum Tempur

16.3K 846 11
                                    

"Nemuin Kaila," jawabnya menghentikan tingkah konyol Raka.

"Pantes senyum-senyum nih bang Ai!" Ucap Raka, mencolek dagu Aiden secepat kilat dan mendapat tatapan tajam dari Aiden.

"Ngomong apa aja lo?" Tanya Aksa kembali.

"Gak ngomong apa-apa," jawab Aiden jujur.

_____________________

"Serius anjirr!" Kesal Aksa pada Aiden.

"Gue juga serius," jawab Aiden tak acuh.

"Gue belom siap nih di seriusin," saut Raka cengengesan.

"Jadi ngapain aja lo nemuin Kaila," tanya Aksa tak memperdulikan tingkah gila Raka yang tengah mengemut kulit kuaci sebelum dikupasnya. Asin asin gurih katanya.

"Kepo banget dah!" Sentak Aiden dengan suara dinginnya.

Aksa hanya mendengus pelan. Harus sabar menghadapi sahabatnya, Aiden.

"Cuma minta ritual penyemangat," jawab Aiden sedikit serius, senyumnya perlahan memudar sejak tadi.

"Sebelum tempur?" Sambung Aksa cepat.

Aiden hanya mengangguk sekali, "jika diperlukan," katanya.

Raka menyemburkan kulit kuaci dari dalam mulutnya dan hampir mengenai Aksa.

"Eh nanti lo jadi mau gituan?" Tanya-nya menatap Aiden, berharap lelaki itu mengatakan tidak.

"Gituan apaan njirr," kekeh Aiden, berusaha mencairkan suasana-walaupun dia tau si kepo satu ini tak bakal putus asa untuk bertanya.

"Gue serius!" Bentak Raka menatap Aiden kesal.

"Menurut lo?" Jawab Aiden mengeluarkan smirk-nya.

"Jangan-jangan lo sama Raffa bolos dari kemaren gegara ngerencanain ini, kerjasama buat nyerang Devil's Brother?" Lanjut Raka yang mendapat tamparan di kepalanya. Aiden lagi-lagi mengangguk mengiyakan.

"Jangan gede-gede ngomongnya bego! Tau semua ntar makhluk ghibah Cendana," Ucap Aksa mengingatkan Raka.

"Bukan nyerang, gue dan yang lain cuma mau minta kebenaran," Aiden memperbaiki kalimat Raka.

"Sama aja, kalo mereka ngelak lo bakal nyerang juga 'kan?" tanya Raka lagi

"Bisa jadi," Aiden mengeluarkan senyum iblisnya-lagi.

"Pihak sekolah gak taukan tentang ini?" Tanya Aksa harap-harap cemas.

"Bisa iya bisa juga nggak," kata Aiden, "ngapain sekolah repot-repot ngurusin kami? Yang bakal mati juga kami 'kan?"

"Mulut mu mas minta ku cium," ucap Raka, "jangan asal ngomong mati lah anjir!" Gemasnya.

"Lo belum jelasin ke kita kenapa kejadian lama bakal keulang lagi," desak Aksa.

"Apa ada hubungannya sama Kaila?" Tanya Aksa kembali, "Waktu Kay di godain Vano maksud gue."

"Iya tapi nggak juga," jawab Aiden malas dan dibalas dengusan kasar dari dua sahabatnya.

"Lo ingetkan sahabat gue Deon? Gue udah tau penyebab dia meninggal," Aiden menarik nafas pelan, namun tatapannya semakin menajam.

"Beberapa Minggu yang lalu gue dapet surat dari sepupu Deon yang juga sekolah di sini. Isinya curahan hati Deon mungkin bisa disebut diary." Aiden mengedikan bahunya.

Aksa mengerutkan keningnya, meminta kelanjutan cerita Aiden.

"Ternyata Deon pernah punya masalah sama salah satu anak Devil's Brother dan masalahnya cukup serius, doi pernah disekap sama para sodara setan itu," Aiden memulai cerita.

"Gue jadi inget waktu itu Deon gak mau ketemu gue karena banyak luka memar di wajahnya. Doi takut gue tau siapa yang nonjok dia, dia kenal sifat dendam gue," Aiden terkekeh padahal sama sekali tidak lucu.

"Tapi dia gak pinter nyembunyiin luka itu dari gue dan gue juga bodoh gak tau siapa yang ngelakuin itu ke dia, gue gak bisa ikut nyelesain masalah dia. Sampe dia meninggal pun gue masih keliatan bodoh, gak tau apapun," sambungnya, menghela nafas pelan penuh penyesalan.

"Dan sekarang gue udah tau siapa yang bunuh dia walaupun masih abu-abu, tapi gue bakal bales orang itu," mata elang Aiden semakin menajam.

"Gue kira gue orang pertama yang tau. Tapi Raffa lebih dulu tau masalah ini, gue salah sangka ternyata dia lebih peduli ke Deon dibanding gue," Aiden tersenyum kembali, mengingat Raffa-sahabatnya dahulu.

"Gue yakin perang kali ini gak bakal main-main dan gue terima konsekuensinya kalaupun harus mati di tempat kalau si iblis satu itu gak mau ngaku," Aiden kembali menatap kedua sahabatnya.

"Eh tapi bukannya nyawa harus dibayar nyawa yah?" Canda Aiden namun kedua sahabatnya yakin itu bukan sekedar candaan.

"Gila lo ah, males gue kalo bahas nyawa," kesal Raka pada Aiden.

"Kalo terjadi sesuatu sama gue, gue nitip Kaila, jagain dia kek kemarin kemarin waktu gue gak di sekitarnya. Gue tau lo juga sayang sama Kay," kali ini lebih tertuju pada Aksa.

"Tapi inget dia punya gue, karena gue gak bakal mati di tempat," kekeh Aiden setelah itu.

"Apaan dah lu ngomongin mati mulu, beneran pengen gua cium?" Tanya Raka yang masih setia mengemut kulit kuaci seraya menyimak cerita Aiden.

"Jijik tau gak?!" Bentak Aiden menunjukan ekspresi tak suka.

"Jaga diri lo! Kay gak mau sama gue, maunya sama lo," kata Aksa memasang ekspresi lesu lalu terkekeh setelahnya.

"Oh yaa jelas!" Balas Aiden penuh percaya diri.


🍡🍡🍡🍡🍡
Langsung up next chapter atau nanti aja nih?

Tapi vote dan komen dulu dong gaes hihihi

Posesif (Ex)Berandal [ COMPLETED ]Onde histórias criam vida. Descubra agora