12. Gue Bukan Peramal

25.9K 1.6K 36
                                    

Kalo ada apa-apa cerita, kunci hubungan langgeng itu kepercayaan. Kalo gue salah jangan diem, gue bukan peramal yang tau isi hati dan pikiran lo.

🌺🌺🌺


Aiden tidak melihat Kaila hari ini dan juga beberapa hari sebelumnya, membuat perasaannya sedikit tidak enak. Belum lagi Kaila juga tidak membalas pesannya sejak beberapa hari lalu.

"Nyari siapa lo?" Tanya Aksa.

Saat ini tiga sekawan itu sudah ada didepan gerbang sekolah, bersiap untuk melajukan motor dan pulang.

"Nyari Kaila ye lo?" Tanya Raka, Aiden hanya mengangguk mengiyakan.

"Kemana ya? Gak keliatan dari istirahat tadi," ucap Aiden dengan mata yang masih fokus mencari.

"Aa' Aiden udah mulai kangen gaes," ucap Raka menggoda Aiden.

Sebenarnya Aksa dan Raka sudah tau jika Aiden memang menyukai Kaila, terlihat dari sikap Aiden kepada Kaila. Bahkan satu sekolah pun juga tau hal itu.

"Heran aja biasanya dia kan rutin ke kantin setiap istirahat, udah beberapa hari kita gak liat dia dan sekarang kita juga gak liat dia padahal kita muncul disini lebih awal" jelas Aiden panjang lebar.

"Sekhawatir itu lo sama Kay?" Tanya Aksa tersenyum, pasalnya baru kali ini Aiden menceritakan seorang cewek dengan panjang lebar selain tentang Kania.

"Kenapa gak lo cek aja ke kelasnya?" Usul Raka yang disetujui Aksa.

Tanpa ba-bi-bu Aiden menganggukkan kepalanya, memutar balik motor mengarah ke kelas Kaila.

Aiden langsung bergegas mencari Kaila di kelasnya. Ternyata benar Kaila sedang bersama Fely di kelasnya.

"Kenapa belom pulang?" Tanya Aiden mengagetkan Kaila dan Fely.

"Eum itu kak—" jawab Kaila gugup.

Kaila sudah menduga lama kelamaan Aiden pasti akan mencarinya. Beberapa hari lalu juga Aiden sempat mengirim spam chat kepada Kaila namun Kaila pura-pura tidak tau dan malah hampir memblokir Aiden, tapi itu terlalu childish bagi Kaila.

"Kay nungguin Fely kak, mau main ke rumah Fely," ucap Fely tenang walaupun ada sedikit rasa gugup berbicara didepan mantan calon gebetannya satu ini.

"Kenapa istirahat gak ke kantin?" Tanya Aiden menatap Kaila.

"Kay bawa bekal kak," jawab Fely lagi.

"Kok lo terus sih yang jawab?" Ketus Aiden sontak membuat Fely bungkam.

"Kay? Ada apa?" Tanya Aiden lembut menatap Kaila yang sedang tertunduk.

"Gak ada apa-apa kok kak," jawab Kaila memaksa mengembangkan senyumnya.

Aiden mendengus pelan
"Fel bisa tinggalin kami berdua?" Ucap Aiden pada Fely yang sedang memperhatikan mereka. Fely meminta persetujuan Kaila.

"Gue gak bakal ngapa-ngapain Kaila, gue masih waras" ucap Aiden sedikit kesal.

"Gue tunggu di depan Kay," ucap Fely menatap Kaila.

"Pulang duluan, gue yang antar Kaila pulang," pinta Aiden namun terdengar seperti perintah.

"Kak," panggil Kaila. "Aku mau ke rumah Fely," ucap Kaila lirih.

"Gue tau itu alibi lo buat menghindari gue," Aiden menatap Kaila tajam, rasanya kali ini Aiden lebih menakutkan.

"Kaila aman sama gue," ucap Aiden kepada Fely yang tidak ada pergerakan.

"Gue duluan Kay," mau tidak mau Fely pergi meninggalkan Kaila dan Aiden.

"Lo kenapa gak kekantin beberapa hari ini dan kenapa setiap pulang sekolah lo milih pulang paling akhir?" Tanya Aiden dingin ketika Fely sudah benar-benar pergi

"Kan tadi udah dijawab kak," jawab Kaila sedikit takut, takut jika Aiden bertambah marah padanya.

"Oke alibi lo untuk bawa bekal dari rumah bisa gue terima tapi nggak untuk pulang sekolah, masa iya lo main kerumah Fely tiap hari dan kenapa juga harus pilih pulang paling akhiran? Udah hampir seminggu lho Kay," kesal Aiden, Kaila tidak pernah melihat Aiden berbicara padanya sekesal ini.

"Lo mau jauhi gue? Karena apa?" Tanya Aiden lembut dan terdengar lirih.

"Bukan gitu kak—"

"Kay! Kalo ada masalah bilang sama gue, ngomong Kay! Jangan diem, gue bukan peramal yang tau isi hati dan pikiran lo!" Rasa amarah Aiden sudah ada di puncaknya hanya saja Aiden berusaha menahan agar Kaila tidak takut.

"Oke gue emang gak tau isi hati dan pikiran lo, tapi sikap lo ke gue yang buat semuanya jelas kalo lo menghindar dari gue, chat gue juga gak pernah lagi lo bales," lanjut Aiden. Namun Kaila hanya diam tidak berkata apapun.

"Kenapa?" Tanya Aiden sekali lagi, Kaila tetap diam.

"Gak ada kuota atau handphone lo rusak? Ayo kita beli handphone baru sekalian kuotanya sekarang," ucap Aiden terkesan bercanda namun wajahnya nampak sangat serius. Rasanya dia ingin memaki Kaila yang berubah tiba-tiba, namun dia juga sayang pada Kaila. Amarahnya hanya dapat dipendamnya, takut gadisnya akan terluka.

"Kay," panggil Aiden lagi karena tidak mendapat jawaban dari Kaila.

"Udah kak, aku capek mau pulang" pinta Kaila lemah.

"Kay, gue mohon pikirin sekali lagi buat ngejauhi gue. Gue punya hati Kay, gue serius ngedeketin lo dan lo dengan mudahnya menghindar dari gue," Aiden memang sudah terang-terangan mendekati Kaila, namun untuk mengatakan hal seperti ini baru pertama kalinya —saat Kaila mulai menjauhinya.

Kaila hanya memandang Aiden penuh arti. Andai saja Aiden tau, berat juga bagi Kaila untuk menjauhinya seperti ini.

"Kay gue minta sama lo, kalo ada masalah cerita sama gue, okay?" Bujuk Aiden sekali lagi.

"Udah 'kan kak? Aku mau pulang" pinta Kaila, tidak menghiraukan semua ucapan Aiden.

Aiden mendengus kesal mengusap wajahnya gusar.
"Gue anterin!" titah Aiden dingin.

"Aku bisa naik angkot," tolak Kaila.

"Kay!" Ucap Aiden sedikit membentak untuk pertama kalinya "please" ucapnya kembali melembut.

Mau tidak mau, Kaila pun menuruti tawaran Aiden.


🍡🍡🍡🍡🍡
Sangat tidak jelas? Ok sip.

Posesif (Ex)Berandal [ COMPLETED ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن