Bagian 25

733 64 8
                                    

Jingga kembali tidak sekolah setelah Dari makam ibunya, Caramel tidak tau alasanya. Tapi saat kemarin dia menemani Jingga kemakam Ibunya, Caramel sedikit tau apa alasan dia tidak masuk, walaupun belum tentu benar. Hubungan Jingga dan Caramel semakin dekat, walaupun ini hanya Caramel yang merasakan. Belum tentu dengan Jingga, dan pulang dari sekolah dia dapat jadwal check up, dari dokter Wildan.

Tapi belum sempat dia keluar dari area sekolah, Pak Hendra sang kepala sekolah sekaligus Ayah dari Jingga, memanggilnya.

"Kamu Caramel ya?" Tanya Pak Hendra yang ada di depannya.

"Iya Pak," Caramel menyalami tangan kepala sekolahnya itu.

"Bisa ikut saya keruangan?"

Caramel terdiam, mencerna pinta sang kepala sekolah.  "bisa Pak," Caramel mengangguk menyetujui.

♥♥♥

Dan, di sinilah Caramel, di ruangan yang jarang sekali ada murid yang masuk. Dia duduk di depan sang kelapa sekolahnya itu.

"Maaf sebelumnya, saya tau kalo kamu dekat dengan anak saya." Pak Hendra membuka percakapan.

"Kita hanya teman sebangku Pak," Caramel benarkan, Jingga hanya teman sebangkunya. Tidak ada hubungan khusus diantara mereka, ah atau mungkin belum.

"Ya, apapun itu. Kamu tau banyak tentang anak saya." Pak Hendra membenarkan posisi duduknya. "Jingga pasti ada di apartmentnya, apa kamu bisa kesana, membujuknya untuk sekolah kembali?"

Caramel membisu, dia sedang mencerna permintaan sang pemilik sekolah ini.

"Apakah bisa?" Tanya Caramel.

"Saya yakin kamu bisa, dan tolong sampaikan pada dia. Saya akan membatalkan rencana pernikahan saya, Jika dengan ini Jingga bisa memaafkan saya." Pak Hendra menatap penuh permohonan kepada Caramel.

Caramel mengerjakan mata, dan membuang napasnya pelan. "Baik Pak, saya usahakan." Caramel tersenyum tipis.

♥♥♥

Caramel menatap bangunan tinggi depannya, Caramel sudah di beri tau Nomer unit apartment Jingga. Caramel juga sudah bertanya lantai berapa tempat tinggal Jingga, dan di sini, di depan pintu apartment Jingga. Caramel ragu untuk mengetuk pintu itu, dia takut menggangu Jingga. Dia merelakan jadwal chekupnya untuk membujuk Jingga, Caramel menarik napasnya kemudian mengetuk pelan pintu kayu itu.

Tiga kali Caramel mencoba mengetuk, tapi tidak ada yang membukakan. Atau mungkin dia salah unit, tapi Caramel sudah mengeceknya kembali, dan benar dari Nomer yang di berikan Pak Hendra kepadanya, sama dengan Nomer yang ada di depan pintu itu. Akhirnya Caramel mencoba untuk sekali lagi mengetuk pintu tersebut.

Gagang pintu di depannya bergerak, jantung Caramel berdetak kencang.

"Caramel?" Jingga terkejut melihat Caramel di depan pintu apartmentnya.

Caramel hanya tersenyum, "Hai," Caramel melihat kondisi Jingga yang mungkin baru saja bangun tidur. Jingga membuka lebar pintunya,

"Masuk Mel." Caramel mengangguk dan masuk ke dalam apartment milik Jingga, tidak ada yang special, sama seperti apartment kebanyakan.
Satu ruang keluarga, dua kamar dan satu dapur yang di lengkapi kamar mandi. Caramel duduk di sofa yang tersedia, melihat apakah ada yang menarik di matanya.
Tapi semuanya normal, hanya ada banyak lukisan pemandangan dan tumpukan buku di meja. Jingga datang dengan segelas minuman di tangannya,

"di minum Mel."

"Maaf Jingga,"

"Gua tau, pasti bokapkan yang nyuruh?" Caramel mengangguk.

"Dia mau kamu kembali sekolah Jingga, kita udah kelas tiga, dan sebentar lagi kita ujian."

Jingga hanya bisa terdiam, dia tau perbuatanya memang tidak benar, apalagi dia juga anak pendatang. Bukan murid dari kelas sepuluh, walaupun Papanya adalah pemilik sekolahnya. Sudah sepatutnya dia tetap menataati peraturan sekolah.

"Jingga Pak Hendra bilang, dia akan membatalkan pernikahannya kalo kamu mau kembali." ucap Caramel pelan, dia takut akan membuat Jingga marah, tapi ekspresi Jingga hanya datar saja.

"Gua jahat ya Mel, udah ngelarang bokap gua bahagia."

Caramel beringsut mendekati Jingga. "Gua tau, lu gak mau bokap lu menduakan nyokap lu. Tapi, sekarang posisinya udah beda. Nyokap lu udah gak ada. Dan bokap lu butuh seseorang yang akan mendampinginya di masa tua nanti, dan gua yakin cinta bokap lu ke nyokap lu gak pernah hilang. Apa salahnya kita merestui anggap aja kita lagi berbakti, kalo nyokap gua mau nikah lagi gua gak bakal ngelarang kok. Karena kita hidup butuh pendamping."

"Sorry gua kebanyakan ngomong, gua gak seharusnya ikut campur." Caramel menunduk menyesali perbuatannya.

"Lu gak salah kok Mel, thanks ya. Kalo gak ada lu, gua gak tau meski gimana." Jingga tersenyum kecil, saat Caramel mengangkat kepalanya kembali.

"Jadi besok lu sekolahkan?" Tanya Caramel.

Jingga tersenyum dan mengangguk, setelah itu Caramel memutuskan untuk pulang. Dia tidak enak jika di apartemen berdua saja, sebelumnya Jingga sudah menawarkan untuk mengantarnya. Tapu Caramel tolak, karena dia harus segera ke rumah sakit, dokter Wildan memberikan jadwal baru. Karena besok Dokter Wildan harus terbang ke Bali, jadi Caramellah yang mengalah, dan harus pulang malam untuk hari ini.

Huaaaaaa, kangen kalilah aku sama kalian. Maaf ya baru sempat Up lagi, kemarin banyak sesuatu yang bikin aku gak ada waktu buat nulis dan di tambah mood aku yang turun drastis wooaahh LEBAY :V.

Pokoknya makasih banget buat kalian yang masih stay sama cerita ini.

Dan satu lagi, kalian harus jaga kesehatan yaa. Di mana pun kalian berada, stay safe yaa diem2 aja dulu di rumah jangan ngayab kemana-mana, apa lagi bela2in ngapelin pacar :b

Jaga kebersihan juga, cuci tangan klo abis pengang apa-apa duit misalnya. Pake masker kalo keluar. Pokoknya kalian harus sehat semuaa yaaa luv youu 😘😘

Secret Of Caramel Gadis 90°✓ {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang