Bagian 17

1.2K 147 8
                                    

Caramel dan Jingga sampai di pekarangan sekolah, Caramel turun dari motor dengan perlahan. Jingga melepas helmnya dan merapihkan rambutnya sejenak.

"Mel, lu langsung ke kelas aja gua mau ke ruangan bokap gua dulu." Ujar Jingga.

"Iya, thanks ya ngga."

Setelah melihat respon Jingga yang menggaguk, Caramel langsung pergi menuju kelasnya. Jingga menatap punggung Caramel yang semakin menjauh. Dia menghela napasnya, Jingga merasa  belum dapat jawaban yang memuaskan dari Caramel, tentang benda yang di pakai itu. Tapi sudahlah biarkan Caramel yang menceritakan sendiri kepadanya.

.........

Caramel menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai tiga, ditengah anak tangga dia melihat Vania bersama dengan Rizal. Entah akhir-akhir ini dia sering melihat Vania selalu bersama Rizal setiap hari, atau mungkin Vania punya hubungan dengan Rizal. Jika iya, Caramel harap Rizal bisa menjaga Vania dan tidak menyakiti Vania.

"Hey Van, Zal. kalian mau kemana?" Tanya Caramel, kepada meraka berdua.

Vania tidak menjawab pertanyaan Caramel, malahan Vania langsung berjalan menarik tangan Rizal, seolah tidak ada yang bertanya kepada mereka.

Caramel yang mendapatkan respon tersebut hanya terdiam, apa Vania masih marah kepadanya. Padahal sudah berkali-kali dia meminta maaf, ya Caramel rasa Vania hanya cemburu karena dirinya selalu bersama Jingga. Tapi diluar dari itu, Caramel dan Jingga sungguh tidak ada hubungan apa-apa selain berteman.

Caramel pun melanjutkan menaiki tangga untuk menuju kelasnya, dirinya sudah sesak ingin rasanya istirahat sejenak di kelasnya, sungguh benda ini sangat membuat dirinya menderita.

......

Jingga baru saja keluar dari ruangan Papahnya, seperti biasa dirinya diberikan ceramah pagi dari Papahnya. sungguh membosankan, padahal akhir-akhir ini dirinya belum berbuat ulah di sekolah, tapi ceramah masih saja rutin setiap hari.

"Hai Jingga,"

melihat ada Vania di depannya, Jingga menaikan satu alisnya.

"Iya, kenapa?" Tanya Jingga

"Aku mau nanya, kamu sama Caramel ada hubungan apa?" Dengan keberanian dan dorongan dari Rizal, Vania memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya duluan kepada Jingga.

Sedangkan Jingga hanya menatap Vania bingung.

"Hmm, soalnya aku sering ngeliat kalian bareng-bareng. Makannya aku penasaran. Bener kalo kalian cuma temenan-kan?" Ucap Vania gugup,

"Caramel emang temen gua, tapi. Gua sayang dia." jawab Jingga dengan santai.

Vania hanya diam dengan Jawaban yang dilontarkan Jingga, Vania sudah menduga, jika Jingga memang menyukai Caramel.

"Sorry, gua mau ke kelas." Lanjut Jingga kemudian melewati Vania yang masih diam di tempat.

Jingga tidak mengerti mengapa Vania yang sebenarnya sahabat Caramel, bertanya kepadanya. Seharusnya dia tanya sendiri ke Caramel, ya sepertinya ada sesuatu yang terjadi kepada mereka berdua.

........

Jingga sampai dikelasnya, dia melihat Caramel sedikit kesulitan menulis, karena memakai benda itu. ingin rasanya dia bertanya, apakah penting benda itu melakat pada tubuh Caramel. Jika tidak, buat apa Caramel susah-susah menggunakan benda itu.

"Mel, lu sama Vania lagi ada masalah?" Tanya Jingga setelah duduk di kursi sebelah Caramel.

"Kok lu ngomong gitu?"

"Yeuh, malah balik nanya. Tadi Vania nanya sama gua, ada hubungan apa gua sama lu, soalnya kita sering bareng-bareng katanya." Ucap Jingga mengingat pertanyaan Vania tadi.

"Terus lu jawab kita cuma temen sekelaskan?" Ujar Caramel, Caramel takut kalo Jingga bilang macem-macem kepada Vania.

"Gua bilang kita pacaran,"

"HAH! Lu serius, ngapain bilang gitu sih. Bisa-bisa Vania tambah marah sama gua." Caramel memukul lengan Jingga berkali-kali, dirinya sebal mengapa mulut Jingga itu tidak punya aturan.

"Ehh, sakit Mel ya ampun." Jingga mencoba menangkis semua pukulan yang dilayangkan Caramel kepadanya.

"Karena lu bodoh, gua gak mau tau lu bilang sama Vania. kalo yang lu bilang itu cuma bercanda alias BOHONG." Teriak Caramel yang masih melayangkan pukulan bertubi-tubi kelengan, dada, muka. Semua yang terjangkau pada tangannya.

"Astaga Mel sakit woy, gua bohong elah. Iya-iya gua bilang kita cuma temen kok, ampun dah."

Caramel menghentikan pukulan kepada Jingga, napasnya berburu karena perbuatannya itu.

"Bener ya lu, awas aja kalo sampe Vania makin marah semuanya salah lu." Ujar Caramel.

Entah mengapa Caramel bisa seimut ini saat sedang emosi, gemas Jingga ingin mencubit pipi Caramel yang memerah karena kelelahan. Tapi semua pikiran itu langsung dia hilangkan, bisa-bisa Caramel ngamuk lagi.

"Iya, tapi ada lanjutannya lagi setelah itu." Ucap Jingga menggantung.

"Lanjutan apa?"

"Keeepooooo," Jingga langsung berlari keluar dari kelas.

"JINGGA!!!"

Jingga keluar kelas dengan sedikit tertawa, membayangkan betapa menggemaskannya wajah Caramel yang sedang marah-marah seperti itu.
Entah ramuan apa yang sudah Caramel taburkan, sampai membuat seorang Jingga Gamali merasakan sesuatu yang sudah lama tidak pernah dia rasakan, bahagia ya sudah lama sekali Jingga tidak sebahagia ini setelah kepergian Mamahnya.

Haii, maaf kalo lama updatenya 😢, terima kasih masih stay sampai sekarang. Semesta menyayangimu ❤

Don't forget for Vote 😍

Ochi.R
01.05.19

Secret Of Caramel Gadis 90°✓ {Revisi}Where stories live. Discover now