Namun karena ceroboh, Ameli berlari ke tengah jalan dan saat itu juga sebuah truk pengangkut barang melesat dan menabrak tubuhnya.

BRAK!

Suara tabrakan yang cukup kuat itu membuat pria tadi melarikan diri karena takut menjadi tersangka. Sedangkan sang sopir truk tampak frustasi lalu meninggalkan Ameli yang kepalanya sudah bersimbah darah.

Sebelum kesadaran Ameli habis, ia masih sempat mendengar teriakan seorang wanita yang berlari ke arahnya.

"Ya Allah! Kamu kenapa nak?!"

Keyla terbangun dari mimpinya dengan penuh sesak. Nafasnya naik turun karena mendapatkan mimpi yang sarat akan arti itu, tapi ia masih belum tahu pasti apa maksud dari semua ini.

"Ameli? Ameli itu siapa?" gumam Keyla seraya menetralkan nafasnya yang memburu.

"Ameli itu Keyla?" Ia masih ingat betul wajah Ameli di mimpinya, dan gadis kecil itu seakan menjadi Keyla versi kecil.

Namun yang anehnya adalah, wajah Abang dan kedua orangtuanya sama sekali tidak terlihat, seakan memang sengaja diblur.

Keyla menarik nafasnya lalu memperhatikan ruangan serba putih yang ia tempati. Dari bau dan desain ruangannya saja Keyla sudah tau bahwa ia sedang di rumah sakit. Tangan Keyla terangkat untuk memegang kepalanya yang sudah dibaluti perban.

Pikirannya tiba-tiba berkelana pada kejadian saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Hiks, Keyla salah apa sih sama kalian?" Saat itu ia menangis tersedu-sedu.

Teman-temannya tertawa. "Eh kamu itu gak punya Papa ya? Kamu anak pungut kan?" Salah satu dari mereka bertanya dengan begitu lancangnya.

"Mukanya aja gak mirip sama Mamanya! Aku yakin dia memang anak pungut!" seru suara yang lain.

Keyla semakin menangis. Kala itu, tidak ada siapapun yang membantunya.

Keyla tersenyum miris, ternyata apa yang dibilang teman-temannya dulu memang benar, dia anak pungut.

Seakan tersadar oleh sesuatu, Keyla segera mencabut jarum infus di tangannya lalu keluar dari ruangan. Dan tepat saat ia keluar, anak-anak 10 IPA 1 yang awalnya duduk menjadi refleks berdiri karena melihat kedatangan Keyla.

"Lo kenapa lepasin infus lo?" tanya Shilla shock.

Keyla mengacuhkan pertanyaan itu lalu dengan cepat ia balik bertanya. "Keadaan Bunda sekarang gimana?"

Mario menghela nafas. "Bunda lo masih belum dioperasi karena tahu keadaaan lo sekarang yang abis jadi korban tabrak lari," jawabnya.

"Berapa lama Keyla pingsan?" tanyanya sekali lagi.

"Dua jam lebih," sahut Steve.

Keyla melotot lalu ia berlari menuju ruang operasi. Mau tidak mau, para sahabatnya menyusul di belakang.

Keyla masuk ke dalam ruang operasi lalu mendapati Adel, Annisa, Valdema, Kenzo, dan Gita. Sedangkan Aisyah sudah dari tadi pulang karena ia tak bisa meninggalkan anak-anak panti terlalu lama.

Dengan langkah cepat, Keyla berjalan mendekati Hannah lalu mencium punggung tangan kanan Bundanya secara berulang-ulang.

"Maafin Keyla, Bun! Maaf!" Kepala Keyla tertunduk kemudian ia terisak.

Gita mengisyaratkan semuanya keluar agar Keyla dan Hannah bisa berbicara berdua. Setelah semuanya pergi, barulah Hannah membuka suara.

"Kamu gak papa, sayang?" tanya Hannah khawatir.

KEYLASYA STORYWhere stories live. Discover now