48

37.4K 2.1K 188
                                    

Gadis kecil berusia tiga setengah tahun itu menoleh ke sekeliling dengan tatapan polosnya. Dengan pelan ia bergeser lalu bersembunyi di belakang tubuh Abangnya.

"Bang, Ameli gak suka keramaian, Ameli mau pulang," ucap gadis kecil itu membuat tangan sang Abang terangkat untuk mencubit kedua pipinya.

"Kok Ameli mau pulang? Kan kita jalan-jalan disini," balas Abangnya gemas.

Ameli cemberut seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Ameli bosen, Bang!" Sang Abang geleng-geleng takjub menanggapi. Adiknya diumur segini sudah bisa berbicara dengan lancar, bahkan adiknya sudah bisa mengekspresikan segala sesuatu dengan caranya sendiri.

"Jangan pulang dong, entar Mama sama Papa kecewa," ucap Abang Ameli sembari menunjuk kedua orang tua mereka yang sedang duduk di kursi taman yang tampak ramai.

Menyadari Ameli hanya diam saja, sang Abang menghela nafas gusar. "Yaudah, Abang beliin es krim, mau?"

Sontak mata Ameli berbinar-binar setelah mendengarnya. Lalu gadis itu mengangguk dengan semangat.

Mereka menghampiri orangtua mereka yang sedang asik mengobrol.

"Pa, Ma, Abang mau beliin es krim untuk Ameli ya," Pria dan wanita paruh baya itu menoleh seraya tersenyum.

"Ameli mau beli es krim?" tanya sang Papa, Ameli mengangguk semangat.

"Mau Mama temenin?" Sang Abang menggeleng tegas atas tawaran Mamanya.

"Jangan khawatir Ma, Pa! Abang kan udah gede, bukan bayi lagi!" cetusnya.

Kedua orangtuanya tersenyum lalu mengangguk saja. "Yaudah, jangan lupa balik lagi ya! Abang jagain adeknya!" titah sang Papa, Abang Ameli memberikan hormat patuhnya.

Sang Abang menggandeng tangan Ameli untuk mencari gerobak penjual es krim. Cukup lama mencari, akhirnya mereka menemukannya. Jaraknya cukup jauh dari kedua orangtua mereka, tapi tak apa.

Setelah mendapatkan es krim yang Ameli mau, mereka duduk di kursi yang tak jauh dari penjual es krim tadi.

"Abang! Ameli mau ke toilet dulu ya! Mau pipis, gak kuat lagi," ucap Ameli lalu berlari terbirit-birit.

Sang Abang yang hendak menyusul menjadi urung kala mendengar seruan Ameli. "Abang disitu aja! Ameli cuma bentar aja kok!"

Ameli berlari sembari mengemut es krimnya yang sudah tersisa setengah. Matanya berbinar karena ia melihat toilet di depannya. Dengan cepat Ameli masuk lalu menuntaskan hajatnya.

Ameli keluar dari toilet dengan alis yang saling menyatu, ia bingung. "Ini dimana?" Ameli bertanya pada dirinya sendiri.

Ameli terlonjak kaget saat kedatangan pria yang tidak ia kenal. Ameli yang masih sangat polos berinisiatif untuk bertanya.

"Om, bisa anterin Ameli ke taman yang deket sini gak? Ameli lupa jalannya," ucap Ameli, pria itu tersenyum miring.

"Yaudah sini ikut Om, Om anterin," balasnya, Ameli tersenyum senang lalu menggandeng tangan pria itu.

Bukannya membawa Ameli kembali ke taman, pria tadi justru membawanya ke sebuah gang kecil yang tersambung ke jalan raya. Ameli mengernyit tak yakin.

"Om, perasaan ini bukan jalannya deh! Aku inget betul kok!" ujar Ameli seraya melirik sekitarnya yang cukup sepi.

Pria itu terkekeh sinis lalu menarik tangan Ameli dengan paksa. Ameli yang sudah takut dengan sekuat tenaga lari menghindari pria itu yang sekarang sedang mengejarnya.

KEYLASYA STORYWhere stories live. Discover now