15

52K 2.6K 109
                                    

"Iketin rambut gue dong, Key," pinta Shilla, menekuk sedikit lututnya untuk berkaca di spion mobil.

"Mau diapain?" Keyla mulai menyisir rambut Shilla menggunakan jarinya. Mengacuhkan suasana parkiran sekolah yang sudah lumayan ramai.

"Samain kayak lo."

Keyla mengangguk mengerti dan mengikat rambut Shilla menyamai gaya rambut miliknya.

"Selesai!" Keyla tersenyum puas, menatap dua cepolan pada rambut Shilla yang terlihat sangat imut.

Shilla mengekik girang, membuat semua atensi seketika mengarah pada mereka. "Gue tuh cakep banget asli! Dasha Taran aja skip!"

Sembari memutar kedua bola mata, Keyla mendesis sinis. Menyenggol lengan Shilla untuk berhenti bertingkah aneh. "Shill, jangan berisik napa. Gak enak tau diliat orang-orang." Keyla berucap sabar agar temannya satu ini mengerti.

Shilla hanya mengangkat tangan dengan jari membentuk lambang peace, tersenyum lebar seolah tak bersalah.

Mereka mulai berjalan melewati lapangan basket outdoor yang bersebelahan dengan koridor kelas dua belas di lantai satu.

Mata Keyla tiba-tiba terfokus pada lapangan basket. Disana terdapat Kevan dan Adam yang sedang beradu skill. Ah, jangan lupakan penonton setia mereka yang tak henti-hentinya bersorak di tribun.

Sejenak Keyla masuk ke dalam dimensi khayalnya. Menjelajah pada waktu disaat ia masih menjadi kapten tim basket putri SMP. Waktu yang sangat berharga menurutnya, tapi semua kini hanya tinggal kenangan.

"Kenapa?" tanya Shilla heran, membuat Keyla langsung tersentak dan tersenyum kikuk.

"Keinget aja pas Keyla masih jadi kapten tim basket."

Shilla menatap Keyla dengan sorot mata sendu. "Udah, kita doain aja semoga orang yang udah fitnahin lo sampe-sampe dipecat jadi ketua tim basket bisa bahagia."

Keyla tersenyum, tumben sekali Shilla bijak seperti ini.

"Aamiin." Keyla mengaminkan doa Shilla.

"DI JAHANAM!" ujar Shilla lebih lanjut. Menyunggingkan senyum miring sambil menyikap poni.

Oke, Keyla tarik pujian tadi.

"Ish Shilla! Gak baik doain orang kayak gitu!" Keyla menghentak-hentakkan kaki ke lantai, melayangkan sorot kesal yang tampak kentara.

"Lo juga jangan terlalu baik. Sekali-kali balas lah perbuatan mereka!" Shilla menekan kalimatnya. Mencoba mempengaruhi Keyla untuk berubah menjadi lebih tegas agar tidak seenaknya lagi ditindas.

"Gak guna bales dendam! Entar Keyla punya penyakit hati."

Shilla menghela nafas kasar. Bagaimana pun Keyla tetaplah Keyla. Gadis baik yang tak pernah berpikir melakukan hal yang rendah seperti itu untuk sekedar balas dendam. Keyla mempunyai cara balas dendamnya sendiri, yaitu dengan berprestasi.

"Assa—"

Keyla yang hendak salam menjadi urung kala suara Shilla memotongnya.

"Assalamualaikum save bucin!" Shilla berseru girang, menendang kasar pintu kelas sehingga menghasilkan suara yang keras.

"Yang jawab salam gue, gue doain masuk sur—"

"Waalaikumsalam!"

Keyla tersenyum menatap semua anak kelas sudah hadir tanpa terkecuali. Membuatnya lantas mengangguk bangga lalu meletakkan tas ke atas meja.

"Shill!"

Shilla yang hendak mengacau kelas menjadi urung. Berbalik dan mendekati Keyla dengan bingung.

KEYLASYA STORYWhere stories live. Discover now