26

40.4K 2K 42
                                    

"Key! Ya Allah! Bangun Key!" Mata Keyla mengerjap-erjap guna menyesuaikan cahaya yang masuk. Pasokan udaranya kini dipenuhi dengan aroma minyak kayu putih. Ah, kepalanya terasa sangat pusing sekarang. Ada apa ini?

"Bu-bunda", gumam Keyla parau.

Keyla mencoba duduk, tentunya dibantu Hannah. Kepalanya ia sandarkan di penyangga tempat tidur.

"Kamu kenapa bisa pingsan kayak gini?", tanya Hannah was-was. Sebenarnya ia tahu apa alasan Keyla sampai pingsan, apalagi kalau bukan surat vonis yang menyatakan bahwa ia mengidap kanker darah.

Keyla menatap Hannah dengan nanar. "Bunda bohongin Keyla" Gadis itu berucap dengan sangat pelan, nyaris seperti sebuah bisikan.

Hannah menghembuskan nafasnya kasar. Memang seharusnya dari dulu dia sudah memberitahu Keyla tentang penyakitnya. Namun ia tak tega bila harus melihat Keyla sampai down seperti ini.

"Bunda dari kapan sakit, hiks" Suara tangisan lolos begitu saja dari bibir Keyla. Ia menggenggam erat tangan bundanya, membujuk Hannah untuk segera jujur.

"Dari satu tahun yang lalu" Mau tak mau, suka tak suka, Hannah akhirnya menjawab. Bagaimana pun Keyla adalah anak semata wayangnya yang wajib tahu.

Tangisan Keyla semakin mengencang namun dengan kuat ia tahan. "Ja-jadi bunda lewatin semua ini sendiri?", tanya Keyla sesegukan.

Hannah menganggukkan kepalanya lemah. "Bunda cuma gak mau bikin kamu kepikiran, Key", jawab Hannah tak berdusta.

"Alasan bunda gak izinin Keyla kerja karena bunda gak mau Keyla kecapean terus ikut sakit-sakitan kayak bunda?"

Lagi dan lagi Hannah mengangguk saja. Toh, apa yang Keyla tanyakan memang benar adanya.

"Bunda bisa sampe sakit kayak gini karena bunda terlalu kecapean", imbuh Hannah.

"Terus kenapa bunda tetep kerja?!" Kali ini Keyla bertanya dengan nada suara tak terbantahkan.

Hannah memegang kedua pundak Keyla sesekali mengelus rambut anaknya itu. "Bunda harus cari nafkah untuk kita berdua, sayang. Selain bunda siapa lagi? Ayah kamu udah ninggalin kita", papar Hannah.

"Kan Keyla bisa kerja, bun. Keyla bisa bantu bunda cari uang", ucap Keyla tak mau kalah.

"Gak! Bunda gak mau biarin kamu kecapean terus sakit-sakitan kayak bunda", tolak Hannah cepat.

"Gak! Kali ini Keyla menentang keras keinginan bunda! Sekali aja bun, izinin Keyla bahagiain bunda! Izinin Keyla jadi anak yang berguna", ujar Keyla dengan suara melembut.

Hannah menggeleng cepat. "Kamu udah bahagiain bunda, sayang. Kehadiran kamu sudah cukup buat bunda"

Keyla merubah raut wajahnya menjadi datar. "Bunda harus berhenti kerja, titik! Biar Keyla yang gantiin posisi bunda!"

"Tap—"

Keyla menyela ucapan Hannah dengan cepat. "Bunda harus sembuh! Keyla gak mau bunda kayak gini! Tanpa bunda, Keyla bisa apa? Pokoknya bunda jangan sampe kecapean", tutur Keyla.

Hannah mengangguk lemah. Benar yang Keyla ucapkan. Dia memang harus mulai fokus dengan kesehatannya sendiri.

"Bunda bakal izinin kamu kerja" Perkataan yang dilontarkan Hannah membuat Keyla refleks melebarkan matanya.

"Tapi ada satu syarat", lanjut Hannah.

"Apa?", tanya Keyla.

"Bunda bakal berenti kerja jadi guru SMP. Tapi bunda bakal tetep ngajarin anak-anak les", jawab Hannah.

KEYLASYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang