18

48.5K 2.4K 74
                                    

"Woy! Bagi gue jawaban dong! Gue belum ngerjain PR!", seru Zanta yang baru datang.

"Zanta ambil aja di tas Keyla", balas Keyla sembari memakan kripik kentangnya.

Tatapan Zanta langsung berbinar dan segera menghampiri Keyla sembari berlari kecil.

"Lo mah pengertian banget sih Key!", ucap Zanta lalu memeluk Keyla.

"Eh bagi juga dong tugas lo Key", celutuk Tiar.

"Ambil aja Yar", balas Keyla setelah Zanta melepaskan pelukannya.

Zanta dan Tiar mengangguk antusias dan mengambil buku tugas fisika Keyla untuk dicopas jawabannya. Padahal aslinya mereka pintar, hanya saja malas berfikir.

Mereka semua juga sudah menjalani sekolah selama satu bulan lebih. Dan selama satu bulan lebih ini, hubungan persahabatan mereka menjadi semakin erat. Pelukan dan ciuman sudah biasa bagi mereka, karena mereka saling menganggap selayaknya kakak dan adik yang harus sama-sama melindungi.

Hubungan Keyla dan Kevan? Seperti biasa saja, tak ada lagi tatapan tajam bak elang yang biasa lelaki itu lemparkan padanya seperti waktu dulu. Hanya tatapan andalannya. Apa lagi kalau bukan datar, cuek, dingin, dan kaku.

Hubungan Keyla dan Jhonny? Bertambah buruk saja. Jhonny sering menatap tajam Keyla terang-terangan saat gosip itu sudah beredar ke hampir seantero sekolah. Ia tak suka jika ada yang membicarakan dirinya di belakang. Sedangkan Keyla, ia hanya berusaha bersikap layaknya gadis ceria, seperti biasanya.

Ah, mengenai Aldo? Dia sudah jera menganggu Keyla setelah berhasil membangkitkan jiwa hyena dalam diri the boys IPA 1.

Kring! Kring!

Bel tanda masuk telah berbunyi dengan lantangnya. Siswa-siswi bergegas memasuki kelas masing-masing dengan kocar-kacir tidak jelas.

Begitu pula dengan anak-anak 10 IPA 1 yang selama sebulan ini juga terkenal akan kebandelan dan kenakalan mereka. Seperti halnya menaruh ular mainan di tas En selaku guru BK, menyembunyikan penghapus papan tulis, kompak tidak mengerjakan PR, melabrak kakak kelas tanpa rasa takut, sering mengoda Mesha selaku wali kelas mereka, dan lain sebagainya.

Tapi untuk kali ini, mereka sepakat untuk mengerjakan PR, sesekali jadi anak baik bolehlah. Begitulah pikir mereka.

Tak lama dari bel dibunyikan, masuklah Mamat selaku guru fisika yang mengajar dijam pertama ini.

"Hai pak bomat!", sapa Milia dengan senyum jahilnya.

'Pak bomat',  adalah julukan yang mereka berikan kepada 'Pak Mamat' yang dimana kata 'Bo' dari (bo)mat berarti botak karena tak ada sehelai rambut pun di kepala guru itu. Sedangkan kata 'mat' dari bo(mat) adalah namanya sendiri, Mamat. Alhasil, jadilah pak bomat atau di masa milenial ini dikenal dengan kepanjangan 'BOdo aMAT'. Murid yang baik bukan?

Mamat memutar kedua bola matanya jengah menghadapi kelakuan kelas ini. "Kumpulkan tugas kalian", suruhnya.

Semua anak-anak 10 IPA 1 hanya diam tak menanggapi. Sedangkan emosi Mamat sudah naik ke atas ubun-ubun, padahal masih pagi.

"Kalian tak mengerjakan tugas lagi?! Sudah berapa kali saya bilang! Tugas itu harus dikerjakan dan dikumpulkan tepat wak—", ucapan Mamat terpotong saat anak-anak 10 IPA 1 malah tertawa terbahak-bahak melihat muka Mamat yang sudah memerah layaknya tomat. Ah, namanya saja beda tipis, bomat dan tomat, right?

"Kalian kenapa? Ngetawain saya?", tanyanya tak suka.

"Calm down dong pak, kita ngerjain tugas kok, buat kali ini. Yok gais, kita kumpulin. Kasian pak bomat mukanya udah mirip tomat!", seru Steve sambil menekankan kata 'bomat' dan 'tomat'.

KEYLASYA STORYWhere stories live. Discover now